Trust-issue bukanlah kelainan jiwa. Semua orang dapat mengalaminya.
Di saat ekspektasi kita terlalu tinggi dan ternyata tidak tercapai, maka kekecewaan bisa saja terjadi.
Cerita fiksi dengan latar belakang kota London, Inggris di tahun 2019. Semua karakter, nama, tempat, maupun organisasi adalah bagian dari cerita, bukan mewakili kondisi sebenarnya di dunia nyata.
Disarankan berusia di atas 18 tahun untuk membaca cerita fiksi ini karena mengandung adegan kekerasan, pembunuhan, perkataan kasar, penyalahgunaan obat, dan aktivitas merokok.
Cerita mengandung beberapa ungkapan yang ditulis dalam bahasa asing dan istilah keuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suryavajra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 - London, Mayfair - 11/12/2019 1121 HRS
A Soul Laid Bare.
Isabella memberi isyarat untuk mengizinkan pria dari MI5 tersebut masuk, dan petugas CID melepaskannya.
“Good day, Sir Dunn-Clarke.”
“Well, DCI Thornfield, aku yakin bahwa ini akan menjadi kasus kami karena menyangkut keamanan nasional. Bisakah kita bekerjasama? Aku akan membawa pelaku ke GCHQ.”
Isabella menghela napas, “Aku akan mengabari anda nanti, OK? Biarkan CID menyelesaikan tugas dulu, Sir. DI Nazari akan mengabari GCHQ selanjutnya..”
“Tapi ini menyangkut Lord McCloskey, DCI Thornfield,” kata Dunn-Clarke, “Besok sudah pemilu,”
“Well, tahan dulu Sir. Laporan yang kami terima dari kepolisian Kent kemarin, pelaku ada kemungkinan berhubungan dengan kasus pembunuhan Jobs Osbourne."
Karim Nazari menginterupsi pembicaraan. Ia minta maaf kepada Dunn-Clarke, lalu berbisik sejenak dengan Isabella Thornfield.
"Sir, Mohon Secret Service bersabar sedikit. Jika memang benar berhubungan, maka kasus ini masih dalam yurisdiksi kepolisian. Setelah kami selesai dengan Kirchmann, DI Nazari akan mengirimkan happy meal anda ke GCHQ.”
“Siapa itu Jobs Osbourne?”
“Banker penting di TCHB, The Crownstone Harbington Bank.” jawab Isabella, “Osbourne dan Kirchmann bertemu di St Pancras kemarin. Rekaman CCTV ada di pihak kami. Jadi, mohon bersabar sedikit, Sir. Kami tidak ada maksud menghalangi investigasi Secret Service jika memang ternyata mengancam keamanan nasional.”
Maxwell Dunn-Clarke menghela nafas.
"By the way, mengapa Secret Service tertarik dengan kasus ini Sir? Apakah rahasia?"
"Kami ada untuk kerahasiaan, DCI Thornfield," kata Maxwell, "Jika bukan rahasia, maka kantor kami bukan disebut Secret Service."
Isabella tersenyum.
Ia membalikkan badan, “Oh, Seraphina Meadows? Well done! Tindakanmu luar biasa tadi. Sebuah refleks yang bagus."
"Terima kasih, ma'am," balas Seraphina, "Aku hanya kebetulan melihat orang itu mengeluarkan pistol."
"Oh ya! Kemarin kalian yang pertama dalam memberitakan Jobs Osbourne, kan?"
Seraphina mengangguk pelan.
"Hm.. sekarang kalian juga yang pertama meliput penembakan McCloskey. Mohon jangan diambil hati ya, kami akan menginterogasi dengan spesifik. Bukan asal curiga. Aku harap tidak dianggap personal ya, no hard feeling."
"Tentu tidak, DCI Thornfield, " jawab Seraphina, "Kami memahaminya."
Seraphina menjawab sambil menengadah sedikit. DCI Thornfield memang bertubuh tinggi seperti atlet bola voli.
Di London Hospital, Amisha dan Charlotte akhirnya dibolehkan ikut ke ruang gawat darurat setelah selesai diperiksa AFO karena ada prosedur pengepungan perimeter di stasiun St Pancras sebelumnya.
Mereka tadi diperbolehkan keluar dari perimeter karena kondisi darurat, dan baru diperiksa dan konfirmasi CCTV dengan BTP (British Transport Police) ketika mereka sampai di rumah sakit.
Di ruang gawat darurat, Charlotte dan Amisha hanya bisa sampai di balik kaca. Mereka melihat Scarlett terbaring di tempat tidur, dengan selang infus di tangan dan monitor ECG (electrocardiogram) di dadanya.
Siang itu yang bertugas di London Hospital ICU (Intensive Care Unit) adalah dokter Sarah Williams didampingi perawat Nurse Susan Wong dan Nurse Arjun Johnson.
Dokter Sarah Williams dan perawat Arjun Johnson sedang memeriksa Scarlett. Sedangkan perawat Susan Wong sibuk lalu-lalang menyiapkan sesuatu. Mereka tampak serius dan kuatir.
Cardiac arrest adalah kondisi medis darurat yang terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak. Hal ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Pada kondisi normal, jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Ketika jantung berhenti berdetak, sel-sel tubuh tidak dapat mendapatkan oksigen dan nutrisi yang mereka butuhkan, dan mereka mulai mati perlahan.
“Dokter Williams, sudah siap!” perawat Arjun Johnson menghampiri Sarah di pintu.
Amisha dan Charlotte sangat cemas. Mereka kuatir keselamatan Scarlett walau mereka baru kenal Scarlett satu hari yang lalu.
“Apakah ini gara-gara kemarin ia dipukul dan ditendang Char?” tanya Amisha gelisah.
Charlotte tidak bisa menjawab, ia hanya memandang Scarlett dari balik kaca dengan penuh harap teman barunya itu bisa selamat.
“Kita harus mengabari Ann!” tiba-tiba Amisha bergegas mencari telepon selulernya.
“Nanti saja, Misha!” cegah Charlotte, “Scarlett akan membaik.. Seperti kata Scarlett tadi di kereta, mari kita jangan merusak kebahagiaan Ann kemarin sore dengan berita-berita buruk di hari ini..”
Amisha terdiam, tapi ia setuju dengan Charlotte. Dalam hati, ia pun berharap Scarlett Corbyn akan pulih dalam beberapa menit lagi.
“Benar juga..” kata Amisha, “Kita sudah sepakat tadi di kereta, tapi ironis sekali.. siapa sangka berita buruk hari ini justru terjadi dari orang yang mengatakannya tadi.”
Dokter Sarah Williams dan perawat Arjun Johnson melihat ECG. ECG Scarlett menunjukkan adanya gelombang P, QRS, dan T yang tidak normal.
Gelombang P adalah gelombang pertama yang muncul pada ECG. Gelombang QRS adalah gelombang kedua yang muncul pada ECG. Gelombang T adalah gelombang ketiga yang muncul pada ECG.
“Ventrikel fibrilasi!” teriak dokter Sarah.
Mereka menemukan bahwa Scarlett mengalami irama jantung yang tidak normal, yaitu ventrikel fibrilasi - irama jantung yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak.
Dalam kasus Scarlett, gelombang P, QRS, dan T tidak terlihat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa jantung Scarlett tidak berdetak dengan normal.
Perawat Arjun dan Susan segera sibuk menyiapkan defibrillator - alat yang digunakan untuk memberikan kejutan listrik ke jantung.
“200 Joule!” teriak dokter Sarah.
Perawat Arjun kemudian mengatur defibrillator ke jumlah joule yang disarankan untuk kejutan listrik pertama VF, “200 Joule! Stand clear!”
"Berikan kejutan!" kata dokter Sarah.
Amisha dan Charlotte menutup telinga mereka karena mengetahui di stasiun tadi, ternyata suara kejutan dari defibrillator sangat keras.
Defibrillator memberikan kejutan listrik pertama kepada Scarlett. Kejutan listrik ini menyebabkan otot-otot jantung Scarlett berhenti berkontraksi.
Setelah kejutan listrik pertama, dokter Sarah dan perawat Arjun memeriksa ECG Scarlett. Mereka menemukan bahwa irama jantung Scarlett mulai membaik.
“Detak jantung terdeteksi!’ teriak perawat Susan Wong.
“CPR 2 menit sebelum memberikan kejutan listrik berikutnya!” seru dokter Sarah Williams sambil terus memeriksa ECG.
Setelah CPR tidak membuahkan hasil, dokter Sarah kemudian memerintahkan perawat Arjun untuk menyiapkan kejutan listrik kedua, “300 Joule!”
“300 Joule! Stand clear!” ulang perawat Arjun Johnson.
"Berikan kejutan lagi!" kata dokter Sarah.
Defibrillator memberikan kejutan listrik kedua kepada Scarlett. Kejutan listrik ini menyebabkan irama jantung Scarlett semakin membaik.
Dokter kemudian memerintahkan perawat Arjun Johnson untuk siap-siap menyiapkan kejutan listrik ketiga, sementara perawat Susan Wong memberikan bantuan CPR.
“Ayo Scarlett! Ayo! Ayo!” Charlotte memohon di sela tangisnya. Amisha sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dalam hati ia merasa menyesal mengapa melibatkan WEE dalam masalahnya dengan Derig. Jika ia langsung melapor ke polisi, tentunya Scarlett tidak dihajar Scott seperti kemarin dan sekarang terbaring mengenaskan di London Hospital ICU.
"Berikan kejutan terakhir! 360 Joule" kata dokter Sarah.
“360 Joule! Stand clear!”
Suara bising defibrillator menggema di ruang ICU. Kejutan listrik ketiga ini menyebabkan ECG Scarlett menunjukkan adanya lonjakan detak jantung.
Perawat Arjun mengepalkan tangannya ke atas tanda keberhasilan. Tampak perawat Susan juga kemudian melakukan high five dengan Arjun.
Amisha dan Charlotte bernafas lega. Mereka berharap bahwa kejutan listrik ketiga ini akan berhasil menyelamatkan Scarlett.
“Dokter!” beberapa detik kemudian, perawat Arjun Johnson menemukan ECG Scarlett di monitor kembali datar.
Dokter Sarah Williams dan kedua perawat itu menatap monitor ECG Scarlett dengan sedih. Dokter Sarah terlihat berbicara dengan Susan Wong sambil merangkulnya.
Perawat Susan Wong kemudian menghampiri pintu dan berbicara kepada Amisha dan Charlotte, “Nona, dokter mau menyampaikan sesuatu.”
Charlotte dan Amisha langsung lari berhamburan ke dalam ruangan.
"Saya sangat menyesal," kata dokter Sarah. "Dia tidak selamat."
Amisha merasakan kakinya sangat lemas, ia melihat ECG, grafik jantung Scarlett datar. Arjun dan Susan segera menopang Amisha supaya tidak jatuh di lantai.
Charlotte menangis tersedu-sedu sambil memanggil nama Scarlett. Amisha dan Charlotte tidak bisa mempercayai apa yang baru saja mereka dengar.
“Catat waktu kematian.” kata dokter Sarah pelan.
“11 Desember 2019 pukul 11.41 waktu London,” kata Arjun Johnson dengan suara yang parau, “Nama pasien Scarlett Corbyn, usia 26 tahun.”
Susan Wong menutup wajah Scarlett Corbyn dengan selimut putih, mengakibatkan Amisha histeris menangis memegang tangan Scarlett yang mulai dingin.
“Dengan sangat menyesal, kami harus memindahkan rekan anda ke kamar jenazah..” kata dokter Sarah.
“Dokter..” kata Charlotte, “Bolehkah kami minta waktu beberapa menit untuk terakhir kali bersama rekan kami?”
Dokter Sarah menoleh ke dua perawat yang lain, kemudian mengangguk ke arah Charlotte.
Susan Wong beranjak hendak melepaskan elektroda ECG dari badan Scarlett, tapi dicegah Amisha sambil terisak, “Lima menit, nona.. Aku mohon.. lima menit saja.. Jangan dilepaskan..”
Dokter Sarah mengisyaratkan Susan Wong untuk mengabulkan permintaan Amisha. Ia keluar dari ruang ICU kemudian membanting masker medisnya ke tempat sampah. Dokter Sarah Williams kesal sekali karena tidak berhasil menyelamatkan Scarlett.
Perawat Arjun Johnson dan Susan Wong masih di ruang ICU menemani Amisha dan Charlotte yang sedang berduka.