NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:13.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semoga Cocok

Pak Yuda menyunggingkan senyuman kepada Rangga. Senyuman itu tidak berbalas, Rangga menatapnya sebentar, lalu berbisik kepada bapaknya.

"Aduh..., kamu itu kebiasaan ya, pakai saja dulu uang yang ada, masa harus selalu pakai uang Bapak", ucap Pak Dwi pelan, namun masih bisa di dengar oleh Pak Yuda.

"Beda lagi , selama masih ada Papi, semua kebutuhan aku yang harus Papi yang penuhi", ucap Rangga sambil mengadahkan tangan. Pak Dwi pun akhirnya merogoh saku celananya, ia mengambil sejumlah uang dari dompetnya dan menaruhnya di atas telapak tangan Rangga.

"Oke, thanks Papi..., semoga bisnisnya lancar terus", senyum Rangga sambil segera berlalu dari hadapan papinya.

"Hai..., jangan terlalu malam pulangnya, jangan main balapan lagi", teriak Pak Dwi sebelum kembali menemani Pak Yuda.

"Hah..., begitulah Rangga..., anakku itu tidak betah di rumah, sepulang kerja, selalu keluyuran", keluh Pak Dwi.

"Makanya harus cepat dinikahkan, biar dia betah di rumah, kalau sudah ada istri, jadi dia belajar bertanggung jawab", senyum Pak Yuda.

"Rangga itu orangnya pilihan, teman wanitanya padahal banyak, tapi entah mencari yang bagaimana, tidak ada yang serius",

"Bagaimana kalau dengan putri aku", senyum Pak Yuda.

Pak Dwi menatap ke arah Pak Yuda, "Kamu mempunyai anak perempuan?, katanya anakmu laki-laki semua",

"Iya..., anakku yang kedua waktu di USG itu laki-laki, eh..nggak tahunya perempuan, anugerah itu", senyum Pak Yuda.

"Dan anak ketigaku , baru laki-laki ", imbuh Pak Yuda lagi.

"Wah..., jadi anakmu tiga Yud, produktif juga", kekeh Pak Dwi.

"Ya..., itu anugerah Yud, walau hidupku pas-pasan, tapi Alhamdulillah, dua anakku bisa sekolah tinggi, putriku juga sarjana, dan sudah bekerja",

"Emh..., boleh juga tuh, kalau anak-anak kita berjodoh, hubungan kita akan makin erat, aku setuju Yud, kita besanan sekarang", Pak Dwi menjabat tangan Pak Yuda dengan tersenyum bahagia.

"Jangan buru-buru Dwi, bagaimana kalau Rangga tidak setuju", tatap Pak Yuda.

"Kalau anak aku sih sudah setuju, aku sudah bicarakan hal ini dengan Mutia",

"Mutia, nama anakmu Yud?",

"Iya, anakku Mutia Rahma Ayunda", senyum Pak Yuda.

"Wah... , nama yang cantik, semoga secantik orangnya, dan Rangga langsung suka", harap Pak Dwi.

"Dwi..., kamu sendirian di sini?, kok sepi, rumah sebesar ini ",

"Istriku sedang liburan dengan si bungsu, mungkin baru besok mereka kembali, istri aku itu hobinya shopping dan berlibur", Pak Dwi menerawang.

Pak Yuda melirik ke arah Pak Dwi, ia menangkap raut kekecewaan dari wajahnya.

"Emh..., itu bagus kan Dwi, kamu kerja keras untuk kebahagiaan anak dan istrimu kan, apalagi kamu ini sudah berhasil, jadi, sudah waktunya untuk menikmati hasil kerja kerasmu",

"Kalau aku masih panjang, anak bungsuku baru SD", senyum Pak Yuda.

"Iya juga sih..., aku ingin segera punya cucu Yud, rumah ini akan ramai oleh tawa dan tangisan mereka.

"Kita akan jadi Kakek Yud", kekeh Pak Dwi.

"Tenang, Rangga itu bisa aku atur, dia pasti mau kayanya sama Mutia",

"Mending sekarang kita makan dulu, aku ajak kau jalan-jalan, sudah lama kita tidak jalan bareng, ayo...!", Pak Dwi mengajak Pak Yuda makan di luar.

Sementara Rangga, selepas meminta uang dari papinya, ia melesat dengan mobil mewahnya menuju sebuah cafe, di sana teman-temannya sudah menunggu.

"Nah..., ini dia bos kita sudah datang, kita bisa makan enak sepuasnya ", celetuk Edwar, sahabat dekatnya Rangga.

"Boleh...boleh..., hari ini harinya kalian, silahkan nikmati hari ini, kalian boleh makan sepuasnya di sini, asal jangan minta dibungkus saja", kekeh Rangga.

Matanya memindai semua teman-temannya, ia mencari seseorang.

"Dia tidak ada Rangga, Sinta tidak jadi ikut", celetuk Mahes, ia bisa membaca ekspresi Rangga.

Rangga mendekati Mahes, "Kenapa dia...?", tatap Rangga penasaran.

"Kabarnya dia ke Bandara, menjemput seseorang", ucap Mahes.

"Siapa?",

"Kurang tahu juga sih..., tadi si Rahma bilangnya begitu",

"Hey..., Rahma...", teriak Rangga, ia melambaikan tangan ke arah Rahma.

"Iya..., ada apa?", sejurus kemudian Rahma langsung datang menghampiri Rangga.

"Sinta menjemput siapa ke Bandara?", tatap Rangga.

"Menjemput impian", senyum Rahma.

"Iihh..., serius nih",

"Iya...aku juga serius, Sinta ke Bandara menjemput impian, impian untuk bisa menjadi pengantin", senyum Rahma lagi.

"Maksudnya apa?", tatap Rangga.

"Ups..., maaf..., keceplosan", Rahma menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Kamu jangan berbelit ya, ngapain Sinta ke Bandara?", ucap Rangga dengan nada sedikit keras, sampai semua temannya yang ada, kini menatap kearahnya.

"Kamu Rahma, bicara tuh yang jelas, jangan mengganggu suasana dong, kita di sini kan mau senang-senang", ucap Edwar.

"Oke...oke..., aku minta maaf..., Sinta ke Bandara untuk menjemput calon suaminya ",

"Calon suami...", semua terlihat saling pandang, tatapnya mengarah kepada Rangga, mereka semua tahu kalau Rangga dan Sinta itu pasangan, mereka sekarang berkumpul juga untuk merayakan anniversary Rangga dan Sinta, kok bisa-bisanya Sinta berbohong.

Wajah Rangga terlihat memerah, ia sudah diliputi amarah, tanpa banyak bicara, Rangga menyambar kunci mobilnya dan segera neninggalkan cafe itu.

Semua menatap kepergiannya.

"Aduh....Rahma..., kamu benar-benar ya..., merusak suasana saja, kita ini mau senang-senang, sekarang bagaimana?", tatap Edwar kepada semua temannya.

"Ya..., kita makan saja dulu, sayang kan semua makanan ini sudah dibayar", Mahes mulai menyantap makanan yang ada didepannya.

"Iya, mubazir nih, ayo kita makan saja dulu, nanti baru nyusul Rangga", ucap Edwar lagi.

"Kamu sih kok malah ember, padahal diam saja, pura-pura tidak tahu soal Sinta", Edwar menatap Rahma.

"Yeah..., mana aku tahu Rangga menaruh hati kepada Sinta, lagi pula, kenapa Rangga tidak mengetahuinya kalau Sinta sudah punya pacar di Amrik",

"Kalau tahu sejak awal, tidak akan rame", kekeh Mahes.

Rangga yang sedang diliputi amarah, melajukan cepat mobilnya menuju Bandara, ia ingin melihat sendiri apa yang diucapkan Rahma tadi.

"Sinta...Sinta..., pandai sekali kamu bersandiwara, bodohnya aku, percaya saja pada kamu, pantas saja kamu selalu menolak saat aku ingin bertemu orang tuamu, ternyata aku ini hanya kau jadikan selingan", geram Rangga , ia memukul setir mobilnya.

Di depan sebuah pom bensin, Rangga memperlambat laju mobilnya, dengan jelas ia melihat Sinta dengan seorang pria tampan berada di dalam sebuah mobil yang sedang antri menuju SPBU.

"Benar..., itu Sinta...", Rangga pun segera ikut antri , jaraknya dengan mobil yang ditumpangi Sinta hanya terhalang beberapa mobil saja.

"Keterlaluan kamu Sinta", gerutu Rangga lagi. Hatinya makin panas saja.

Rangga memarkir mobilnya di sisi kiri SPBU, tujuannya agar ia bisa melihat Sinta saat keluar antrian.

'Tidak bisa dibiarkan, kamu sudah menipu aku, kamu juga sudah berbohong', kembali batin Rangga bicara.

1
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!