Cinta Suci Bilqis

Putri nampak begitu antusias ketika melihat banyaknya paket yang diterima oleh Bilqis dan wanita itu menganggap bahwa saat ini Bilqis tengah memiliki banyak uang padahal semua itu tentu saja tidaklah benar. Bilqis sudah mencoba mengatakan yang sebenarnya dan Putri malah tak memercayai apa yang Bilqis katakan barusan.

"Kamu pikir aku ini bodoh? Kamu udah sukses kok masih pelit sama Bunda?"

"Bunda, aku kan sudah mengatakan kalau aku tak membeli paket itu."

"Kalau memang kamu tak membeli paket ini maka bagaimana bisa paket ini ada di sini? Sudahlah Bilqis, kamu pikir Bunda ini bodoh?"

"Sudah aku katakan Bunda kalau semua itu tidak benar. Aku tak membeli semua paket ini!"

"Kok kamu malah marah sama Bunda? Kamu takut kalau Bunda akan mengambil salah satu barang ini? Pelit sekali."

"Kalau memang Bunda ingin semua paket ini maka silakan saja! Aku dengan senang hati memberikan semuanya pada Bunda."

Raut wajah Putri mendadak berseri saat mendengar apa yang Bilqis katakan barusan. Putri kembali menanyakan apakah Bilqis serius dengan yang dikatakan olehnya dan Bilqis mengatakan ia sangat serius.

"Kalau memang Bunda ingin maka silakan saja ambil semuanya karena aku tak membutuhkannya."

"Kamu kok sombong sekali, sih? Mentang-mentang sekarang sudah sukses banyak uang jadi memandang rendah Bunda?"

Bilqis kembali menggelengkan kepala tak paham lagi apa yang harus ia katakan pada sang bunda. Bilqis mengatakan bahwa ia masih banyak urusan saat ini dan kalau memang Putri sudah selesai maka silakan Putri pergi. Putri shock mendengar apa yang Bilqis katakan barusan.

"Apakah kamu baru saja mengusir Bunda?"

"Aku sama sekali tak mengusir Bunda, aku hanya mengatakan bahwa saat ini aku sedang sibuk dan tak bisa berlama-lama menemani Bunda."

Putri merasa tersinggung dengan apa yang Bilqis katakan barusan, ia mengambil semua paket yang harusnya untuk Bilqis itu bersamanya sambil mulutnya misuh-misuh tak jelas. Selepas Putri pergi maka Bilqis gegas menutup pintu rumah kontrakannya dan menguncinya.

****

Putri kembali ke rumah dengan membawa semua paket yang harusnya untuk Bilqis karena Bilqis sendiri mengatakan kalau Putri bisa mengambilnya maka tentu saja selepas mebdapatkan persetujuan dari yang bersangkutan maka tanpa banyak bicara langsung saja Putri mengambil semua paket itu.

"Kamu dapat paket?" tanya Eny heran.

"Iya Mbak."

"Kamu dapat uang dari mana bisa beli paket sebanyak ini?"

"Bukan aku sih yang membeli namun Bilqis."

Eny terkejut ketika mendengar Putri mengatakan kalau Bilqis yang membeli semua ini dan Putri kemudian dengan bangganya memperlihatkan banyaknya barang mewah yang ada di dalam paket itu mulai dari baju, sepatu bahkan ada parfum mahal juga.

"Bilqis kok membeli banyak barang branded begini?"

"Mana aku tahu Mbak, anak itu kan sudah sukses sekarang jadi mungkin bisa membeli semua ini untukku."

"Untukmu? Kamu yakin kalau Bilqis membelikan semua ini untukmu?"

"Kenapa memangnya? Apa Mbak tak yakin?!"

"Bukannya Mbak tak yakin hanya saja rasanya Bilqis walau punya banyak uang tak akan membeli semua ini."

"Ah sudahlah, Mbak Eny akan selalu saja membela dia."

Putri merengut kesal sebelum akhirnya ia kembali sibuk dengan semua barang yang barusan Bilqis berikan secara sukarela. Eny sendiri memikirkan kenapa Bilqis bisa membeli semua barang seperti ini.

****

Selang beberapa hari kemudian Suwito menelpon Bilqis dan mengajak Bilqis bertemu sepulang Bilqis mengajar. Awalnya Bilqis menolak untuk bertemu ayah kandungnya itu namun karena Suwito memaksa maka Bilqis akhirnya luluh juga dan mau menemui ayah kandungnya.

"Ada apa?"

"Duduklah dulu."

Bilqis gegas duduk di kursi yang berhadapan dengan sang ayah. Ayahnya itu memasang wajah senyum namun Bilqis sama sekali tak tersenyum dan cenderung tak nyaman kalau harus berlama-lama di sini.

"Ada apa ini?"

"Ayah ke sini untuk memberikan ini."

Suwito memberikan Bilqis amplop hasil tes DNA yang hasilnya baru saja keluar. Bilqis mengerutkan kening heran dengan apa yang dilakukan oleh ayah kandungnya ini.

"Kamu memang anak kandungku dan oleh sebab itu aku memberikanmu banyak barang tempo hari."

Bilqis yang mendengar ucapan sang ayah nampak menatap ke arah Suwito. Bilqis meneliti kedua mata Suwito apakah ayah kandungnya ini sedang berbohong atau tidak namun pada saat ia melihat itu dirinya sama sekali tak melihat ada kebohongan yang tersimpan di sana.

"Jadi anda yang melakukan semua ini?"

"Apa maksud kamu, Bilqis?"

"Maksud saya adalah yang mengirim semua paket barang itu."

"Oh iya, itu memang benar Ayah yang mengirim semua itu. Kamu suka kan barangnya?"

"Sejujurnya semua barang itu sudah diambil oleh Bunda."

****

Eny mendatangi rumah Bilqis untuk menanyakan apakah sebenarnya yang terjadi kenapa Bilqis bisa membeli semua barang mewah itu. Ketika tiba di sana nampak Bilqis juga baru saja pulang dari mengajar.

"Bibi?"

"Bilqis, kamu kok baru pulang jam segini?"

"Iya Bi, aku baru saja menemui ayahku."

"Ayahmu? Untuk apa dia menemuimu?"

"Ayah yang mengirimkan semua paket itu."

Eny terperanjat ketika mendengar apa yang Bilqis katakan barusan. Bilqis masih saja bercerita mengenai apa yang terjadi padanya barusan namun Eny masih terlalu terkejut dengan fakta bahwa rupanya Suwito yang sudah memberikan semua barang itu pada Bilqis.

"Bibi kenapa?" tanya Bilqis yang bisa melihat bahwa saat ini Eny tak baik-baik saja.

"Bibi baik-baik saja hanya saja Bibi terkejut dan tak menyangka kalau kamu mendapatkan hadiah dari ayah kandungmu."

"Kalau Bibi saja terkejut maka bagaimana dengan aku? Aku saja sampai terkejut dan tak menyangka."

Akhirnya setelah mendapatkan penjelasan dari Bilqis maka Eny lega mendengarnya. Ia gegas kembali ke rumahnya untuk memberitahu Putri mengenai asal muasal semua barang mewah yang dikirim ke alamat Bilqis namun setelahnya justru diambil alih oleh Putri.

"Mbak dari mana saja?"

"Apakah kamu tahu dari mana semua pakaian itu berasal? Itu berasal dari ayah kandungnya Bilqis."

"APA?!"

****

Cathrine berusaha untuk keluar dari pernikahan menyakitkannya dengan Rendi namun Rendi maupun keluarganya sama sekali tak membiarkan Cathrine untuk bercerai dengannya. Ayumi malah lebih senang menyiksa mental menantunya itu yang menurutnya lebih mudah ditindas dibanding Bilqis. Puncak kesabaran Cathrine pada nyatanya ada batasnya, ia tak bisa diduakan oleh Rendi karena saat ini dengan santainya Rendi membawa seorang wanita cantik makan siang dengannya dan Rendi sengaja untuk mengajak Cathrine makan siang bersama mereka juga.

"Apa-apaan ini? Siapa dia?!"

"Jangan tak sopan di depanku, duduk!" titah Rendi.

"Siapa dia Rendi? Kenapa ada wanita lain selain aku di sini?!"

"Dia adalah Safira, dia adalah orang yang aku cintai."

"Apa maksudmu?"