Married Via Audition

ISTRI YANG MALANG

Jam menunjukkan pukul 11 pag. Alina baru saja ingin keluar dari kamarnya karena dia harus segera pergi ke kampus. Namun, langkahnya berhen saat dia lagi-lagi melihat nampan makanan yang tertutupi oleh kain putih.

“Cih. Dia sangat percaya diri sekali.” Gumamnya merasa tak suka dengan usaha Irie. Tak mau menyentuhnya lagi, Alina memilih pergi saja dan membiarkan makanan tersebut di lantai.

Sementara di perusahaan Vernandez. Irie masih berhadapan dengan sang mantan kekasihnya yang mulai melantur perkataannya. “Lebih baik kau kembali saja Irie. perusahaan besar seperti Vernandez tidak akan menerima orang pecundang seperti mu!”

Irie diam bukan berarti dia takut menghadapi orang macam Ken. Hanya saja dia teringat dengan kelakuan bejat Ken dan ibu tirinya yang tega mengambil hak rumah peninggalan ayahnya, apalagi kematian ayahnya yang sungguh membuat Irie marah dan jengkel.

Tatapan tajam Irie semakin membuat Ken menggebu ingin memojokkan dirinya.

Pria itu tersenyum licik, mengamati Irie dari atas ke bawah. “Kau tidak berubah ya. Cantik dan sok jual mahal! Aku kasihan denganmu Irie.”

“Kau tidak perlu mengasihani ku. Aku terbebas tanpa kalian dan iya.... Karena perbuatan kalian juga, kehidupan ku berubah. Terima kasih!” tidak suka ucapan Irie benar, karena dia sendiri masih tidak harmonis dengan keluarga barunya.

Setidaknya ucapan Irie barusan berhasil membuat Ken geram. Pria dengan kemeja putih dan jas hitam tadi melangkah maju dengan wajah marahnya dan hendak melakukan sesuatu kepada Irie sehingga wanita itu berjalan mundur dan waspada. Tapi untungnya sang pemilik ruangan datang.

Menyadari kedatangan Arky, Ken langsung mengurungkan kembali niatnya yang jahat tadi. Sementara Arky memandangi kedua orang yang saling berhadapan dengan tatapan curiga. “Sedang apa kau di sini?” tanya Arky kepada Ken.

“Jaga kau.” Gumam pelan Ken menatap ke Irie seperti sebuah ancaman. Namun Irie tak peduli.

Pria itu berbalik menatap ke arah Arky serta menghampirinya dengan senyum palsunya. “Saya ingin melaporkan ini— ”

“Letakkan di meja dan pergilah.” Pinta Arky memotong ucapan Ken.

Kini tatapan Arky mengarah ke istrinya yang terlihat diam dengan kegugupannya. Bagaimana tidak gugup? Jika Arky tahu Ken adalah mantan kekasihnya, apa yang akan Arky lakukan kepadanya? Mungkin dia akan langsung ditendang, atau mungkin dicaci maki dan dihina.

Bukannya pergi dari sana, Ken malah masih mencoba menguping. Saat Arky kembali menatapnya lagi, seketika Ken langsung terkaget hingga dia memilih pergi dari sana dengan rasa penasaran yang tinggi.

“Apa dia benar-benar melamar pekerjaan?” tanya Ken pada diri sendiri.

Di dalam ruangan, Irie merasa lega melihat kepergian Ken tanpa ada cegahan apapun. Sedangkan Arky baru saja duduk di kursi singgahnya. “Duduklah.” Pinta pria itu.

“Tidak usah. Aku datang juga ingin mengatakan soal— ”

“Pilihanmu. Katakan?”

Irie terdiam untuk sesaat, kedua tangannya saling menyatu karena gugup.

“Aku ingin mencobanya sekali lagi.”

Tiba-tiba seringai kecil terlihat di bibir Arky. Entah apa maksudnya, tapi yang pasti pria itu seolah mengejeknya. Sudah Arky duga bahwa Irie sama saja seperti wanita lainnya.

“Jika kau ingin kekayaan, aku akan memberikan imbalan uang. Akan aku berikan satu rumah dan satu mobil untukmu.” Tegas Arky menatapnya bak silet yang tajam.

Itu sangat menghina, tapi Irie memakluminya.

“Alasanku bukan itu.”

Kini pandangan Irie yang nampak serius membuat Arky memandangnya dengan redup. “Ketika aku melihat nampan makanan yang aku bawa diterima oleh Alina diam-diam. Aku merasa puas... Aku tidak pernah menjadi seorang ibu tapi— pada saat itulah aku merasakannya. Itu sangat memuaskan dan membahagiakan!” pandangan Irie yang kosong tadi kembali mengarah ke Arky dengan senyuman lebarnya tanpa sadar.

Senyuman tersebut hilang ketika dia kembali melihat ekspresi wajah suaminya yang menyebalkan.

“Alasan yang sangat cerdik.”

“Terserah, kau mau berpikiran seperti apa padaku tapi yang pasti aku ingin mencobanya sekali lagi.”

Melihat tekad di mata Irie, Arky sangat tahu betul bahwa ucapan Irie bersungguh-sungguh. Tapi wanita itu tak tahu bahwa sikapnya bisa memancing hati Arky.

Dengan wajah datar tanpa amarah, Arky berkata. “Bersihkan seluruh kediaman Vernandez tanpa debu sedikitpun, urus semua pekerjaan pelayan, cuci semua mobil dalam waktu lima jam dari sekarang.”

Rasanya Irie ingin sekali memukul wajah tampannya. Bagaimana bisa mengerjakan seluruh pekerjaan rumah dalam waktu singkat, belum lagi dipotong oleh perjalanan nya. Sepertinya Arky benar-benar ingin mengujinya.

“Sekarang pergilah.” Usirnya secara halus.

Irie bukanlah seseorang yang punya kuasa, jika Arky sudah mengatakannya maka dia akan menurut. Alasannya dia masih bertahan hanyalah Alina, bukan yang lainnya, bahkan Arky sekalipun.

Wanita itu melangkah pergi, namun lagi-lagi Arky menghentikannya. “Apa mereka yang ada di sini tahu bahwa kau istriku?”

“Tenang saja. Mereka tidak tahu.” Jawab Irie terdengar datar tanpa menoleh.

Merasa aneh dengan jawaban tadi, namun Arky mencoba tidak memperdulikannya. Oh, ayolah, kenapa mereka begitu kaku?

Keluar dari ruangan Arky. Seluruh mata pegawai yang ada di sana langsung menyoroti Irie tanpa henti. Mereka semua sudah menebaknya kalau dia adalah istri baru dari bosnya.

Tapi seperti biasa. Irie mengabaikan mereka dan bergegas pergi karena waktu terus berjalan sebelum dia gagal lagi.

...***...

Sesampainya di Mansion Vernandez. Wanita cantik bermata hazel itu langsung bersiap-siap menguncir rambutnya dan bergerak cepat. Dia jadi tahu kenapa para pelayan pergi.

Di sisi lain, Puput tak tega melihat Irie harus membersihkan Mansion sebesar itu dalam waktu singkat? “Biarkan aku membantu Anda. Toh, Tuan Arky tidak akan tahu.” Tawar Puput yang terus mengikuti Irie kemanapun dia pergi.

Sambil mengepel keseluruhan lantai, Irie menjawab. “Tidak usah. Ini juga keinginan ku!”

Keringat Irie sudah hampir seperti seseorang yang baru saja kecebur kolam. Sudah empat jam lewat. Gerakan Irie sangat cepat, memasuki ruangan satu-persatu dan membersihkannya berulangkali. Lalu mencuci semua mobil dan halaman luas di depan maupun belakang tanpa istirahat.

Benar saja, saat dipertengahan membersihkan halaman setelah dia selesai mencuci mobil. Kepala Irie sempat sakit, tubuhnya sempat lelah dan lemas namun— “Sadarlah Irie. Ini hanya pekerjaan kecil bodoh!” ketusnya menggeleng dan menyadarkan dirinya sendiri.

Rupanya bekerja bagai pembantu sendirian lebih sulit dari pekerjaan yang biasa Irie lakukan.

.

.

.

Lima jam lewat, saat itulah Irie langsung terjatuh dia atas sofa dengan napas ngos-ngosan. Wajah dan tubuhnya terlihat kotor, namun ada kepuasan di wajah Irie.

“Aku akan tidur sebentar. Tubuhku rasanya remuk.” Gumamnya mulai berjalan ke arah kamar dengan berhati-hati agar lantai yang dia pijak tidak kotor kembali.

“Nyonya yang malang.” Sedih Puput menatap kasihan.

Beberapa jam berlalu sangat cepat, Irie merasa lebih releks ketika dia bangun tidur. Wanita itu segera mandi lagi, karena jam hampir menunjukkan makan malam, dan saat itulah Arky akan pulang.

Ketika dia selesai mandi dan memutuskan untuk keluar. Deg! Kedua mata Irie rasanya ingin copot saat melihat Alina beserta teman-teman wanitanya datang dan bersenang-senang di ruang tamu. Mungkin ada 8 orang termasuk Alina.

Lantai kotor, barang-barang berantakan dan bungkusan Chiki ada di mana-mana.

Irie segera menghampiri Alina yang tengah asik mengobrol riang bersama temannya sampai salah satu temannya mulai menyadari akan keberadaan Irie di belakang Alina.

Mau tak mau gadis itu menoleh ke belakang dan menatap sang ibu tiri yang kini hanya diam saja. “Kau... Kenapa membawa teman-temanmu??” tanya Irie dengan suara lembutnya.

Alina tersenyum miring mendengarnya.

“Ini rumah ayahku! Tidak ada larangan apapun, lalu kenapa kau berlagak sok menjadi pemilik rumah?” tepat di depan teman wanitanya, Alina mengatakan hal yang lagi-lagi menyakitinya.

“Bukan seperti itu maksudku. Hanya saja— ”

“Baik. Guyss!!! Sebaiknya kita pergi saja karena ada pengacau. Let's go!” ajak Alina sedikit lantang dan kesal.

“Bukan begitu Alina. Aku— ” tak sempat menjelaskannya, Irie hanya memandangi kepergian mereka semua.

Memang benar Arky tidak pernah melarang putrinya membawa temannya, namun hanya teman wanita saja. Tapi saat ini situasinya berbeda. Puput yang melihatnya saja ikut geram dan marah sendiri. Kini Irie harus membersihkan sekali lagi sebelum Arky pulang.