Masa lalu yang telah Ia lupakan kembali hadir dan mengusik kehidupannya. Seolah takdir mempermainkan mereka.
Mira, wanita cantik yang profesi sebagai seorang dokter telah berhasil keluar dari keterpurukannya dan membahagiakan anaknya seorang diri. Ia mampu melakukan semua itu tanpa adanya sosok Rangga, pria masa lalu yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya dan tiba-tiba pergi begitu saja. Menghilang bagai buih.
Disaat Mira tengah bahagia dengan kehidupannya, lagi-lagi pria itu tiba-tiba hadir dalam hidupnya. Takdir kembali mempertemukan mereka sebagai seorang dokter dan pasien.
Akankah Mira berada di sekitaran Rangga sebagai seorang dokter, yang akan menyembuhkannya? Ataukah memutuskan menjadi sosok wanita yang telah dicampakkan, dan membalas rasa sakitnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Mira.
Begitu sampai di rumah sakit, Mira melihat jika Anisa sudah dapat penanganan dari dokter, terlihat selang infus sudah mulai menempel di punggung tangannya. Mira pun langsung mendekat dan menatap wajah cantik sang putri yang masih menutup matanya. Ada sayatan perih di hatinya saat melihat kondisi anaknya itu.
"Bagaimana keadaannya, Bu?" tanya Mira menatap ke arah Biah.
"Dokter bilang dia hanya demam biasa, ini juga sudah turun kok," jawab Biah.
"Syukurlah kalau begitu," ucap Mira kembali mengecek suhu tubuh putrinya dengan menempelkan punggung tangannya.
Mira pun menunggu di kamar itu hingga akhirnya Anisa membuka mata, "Ibu," ucapnya membuat Mira juga langsung berdiri dan menghampiri sang putri.
"Iya, Nak. Ini ibu," ucap Biah yang langsung menggenggam tangan putrinya dan mengecupnya singkat, sementara Mira yang tahu jika ibu yang dimaksud oleh Anisa adalah Biah hanya berdiri di samping Biah dan tersenyum menatap ke arah Anisa yang juga kini menatapnya.
"Ibu juga ada di sini?" ucap Anisa melihat ke arah Mira membuat senyum di bibir Mira langsung mengembang saat mendengar kata ibu yang berasal dari putrinya.
"Anisa tadi panggil apa ke tante?" tanya Mira ingin kembali mendengar panggilan ibu yang diucapkan oleh putrinya itu.
"Ibu," ucap Anisa dengan senyum manisnya.
Mira menatap ke arah Biah membuat Biah pun mengangguk dan Mira pun langsung mengecup kening putrinya cukup lama bahkan hingga meneteskan air mata saking senangnya ia mendengar kata ibu dari putrinya itu.
"Terima kasih ya, Bu. Ibu pasti yang mengajarkannya ya?" Mira melihat ke arah Biah, membuat Biah pun hanya mengangguk.
Biah tak keberatan Anisa memanggil Mira dengan sebutan ibu sama seperti Anisa memanggil dirinya, juga kini Biah sudah menerima jika Mira adalah ibu kandung dari Anisa, Anisa bisa memilih ia ingin tinggal bersama ibu kandungnya atau dirinya.
Malam itu akhirnya mereka bersama-sama merawat Anisa, bahkan Biah yang tahu jika Mira sudah akan pulang mengizinkan Mira untuk lebih banyak merawat Anisa mulai dari bermain bersamanya, memberikan makan, hingga mengganti pakaiannya setelah mengajaknya ke kamar mandi di pagi hari.
"Anisa, ibu pulang yah, Nak. Nanti kapan-kapan kita ketemu lagi."
"Iya, Ibu. Ibu mau bekerja di rumah sakit ya?" tanyanya dengan polos buat Mira pun mengangguk.
Rangga pun ikut mendekati Anisa, dia juga merasa senang saat Anisa memanggilnya dengan sebutan ayah.
"Terima kasih ya, Anisa memang anak ayah yang paling cantik dan paling pintar." Rangga tak menyangka jika Anisa, putri yang pernah ditelantarkannya saat masih dalam kandung ibunya kini mau memanggilnya dengan sebutan ayah. Rangga bahagia mendapat panggilan itu.
"Ya sudah, Bu. Kami permisi dulu, kami harus pulang sekarang," ucap Mira memeluk Biah, tak lupa ia kembali menitipkan Anisa dan meminta selalu menelponnya jika terjadi sesuatu pada Anisa. Ia juga meminta agar mereka secepatnya kembali ke negara mereka setelah urusannya di negara itu selesai. Biah pun hanya mengangguk, ia yang awalnya ingin tinggal di negara itu bersama dengan Erik dan juga Anisa kini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dan hanya Erik yang akan tinggal di sana, mereka hanya akan kesana sesekali. Erik yang sudah dewasa dan mengerti semuanya pun ikut setuju jika mereka berbagi Anisa dengan keluarga Rangga, keluarga kandungnya.
Mira yang seorang dokter juga bisa melihat kondisi putrinya baik-baik saja. Walaupun dengan berat hati ia harus tetap meninggalkannya, akhirnya hari itu pun mereka pulang.
Begitu di bandara Mira sudah dijemput oleh Dita, ia langsung mengajak Shaka untuk naik ke mobil Dita.
"Mira, tunggu!" ucap Rangga menghentikan Mira saat ia sudah akan naik ke mobil Mira, sedangkan keluarganya sudah naik ke mobil yang lainnya. Aldi juga datang untuk menjemputnya.
"Ada apa?"
"Bagaimana dengan hubungan kita?" tanya Rangga ingin memperjelas hubungan mereka.
"Hubungan apa?"
"Ya hubungan kita, aku dan kamu?"
"Hubungan kita sudah berakhir, tak ada hubungan lagi."
"Tapi Mira, bukankah kamu sudah mengatakan akan mempertimbangkan kembali hubungan kita. Mira, walau kita tak berhasil mendapatkan Anisa, tapi setidaknya … Mira tak bisakah kamu memaafkanku?"
"Aku sudah memaafkanmu, kamu boleh bermain bersama Anisa dan juga Shaka, mereka adalah anak-anakmu," ucap Mira dengan senyum di wajahnya tak lagi jutek seperti yang dulu.
"Lalu, bagaimana dengan kita?"
"Kita hanya orang tua mereka, tak lebih dari itu, maaf aku harus pergi. Oh ya, bukankah kamu sudah memiliki tunangan? Aku harap jangan lagi menyakiti hati wanita hanya karena keegoisanmu, hanya karena kamu menginginkan hubungan kita kembali kamu tak memikirkan perasaan wanita yang sudah menjadi tunanganmu. Rangga kita sudah sama-sama dewasa, jangan bersikap egois hanya karena kebahagiaanmu sendiri, kamu mengabaikan hati orang lain tanpa memikirkan perasaannya," ucap Mira kemudian ia pun segera masuk ke dalam mobil, meminta Dita untuk segera meninggalkan bandara tersebut.
Rangga hanya menatap mobil itu dengan pikiran yang kacau, selama bersama dengan Mira ia berpikir jika hubungan mereka sudah baik-baik saja, Mira sudah memaafkannya dan mau kembali melanjutkan hubungan mereka yang dulu, tapi ternyata ia salah. Mira masih tak mau memberi kesempatan untuk bisa bersamanya kembali seperti dulu.
"Kamu tak akan menyerahkan?" ucap Aldi nenepuk punggung Rangga, ia mendengar semua percakapan mereka.
"Tentu saja, Mira tetap akan menjadi milikku. Akan aku taklukkan kembali hatinya dengan cintaku."
cerita nya baguz