Raeesha gadis dingin ,pendiam badgirl ,urakan dan juga ahli beladiri .
Anak pertama yang di asingkan bahkan di anggap sampah oleh keluarganya , gadis penuh luka yang mencoba menutup lukanya sendiri.
Sayangnya dia harus meregang nyawa di tangan ayah kandungnya sendiri hanya karena adik tirinya yang tidak suka akan keberadaannya di rumah mereka , Raeesha yang mengira akan masuk ke akhirat ternyata memasuki tubuh seorang wanita yang menjalani kehidupan pahit dalam bilik rumah tangga , wanita yang terobsesi dengan suaminya sendiri tanpa perduli dengan kebencian dari suaminya.
akan kah Raeesha mampu mempertahankan kehidupan keduanya ? dan menemukan kebahagiaannya ?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
...☠️☠️☠️...
Tiga hari telah berlalu setelah kedatangan orang tua Lucas ke kediaman Zamora, dan malam ini Ruby akan menjalankan rencananya yang sudah dia susun selama beberapa hari terakhir.
Ruby menyiapkan beberapa senjata yang sudah dia beli kemarin malam lewat situs gelap, meski pun Ruby hanya sendirian dia tetap ingin membalas kematian orang tua Ruby yang asli, Ruby mengambil ransel hitam lalu memasukan barang-barang yang dia butuhkan ke dalam ransel.
Sesaat kemudian dia mematut tubuhnya di depan cermin, Ruby memasukan belati ke dalam sepatu miliknya lalu dia mengambil pistol dan memasukannya ke dalam saku jaketnya.
Merasa persiapannya sudah selesai, Ruby mengambil topi hitam lalu memakainya rambut panjangnya dia ikat menjadi satu setelahnya dia keluar dari dalam kamar dan bergegas menuju kediaman om dan tantenya.
Jam sudah menunjukan pukul 01.00 malam, jalanan sudah sangat sepi Ruby memacu kuda besinya menyusuri jalan raya, sorot matanya sangat tajam di balik helm full face miliknya.
Tiga puluh menit kemudian dia telah tiba di daerah kediaman om dan tantenya, namun penjagaan di sana sangat ketat bahkan melebihi ekspetasi Ruby.
"Ck sialan banyak sekali bodyguardnya," gumam Ruby yang sedang menatap kediaman Hansen.
Ruby melepas helm full face miliknya lalu turun dari motor, tak lupa dia memakai kain berwarna hitam untuk menutupi sebagian wajahnya agar tidak ada yang tau identitasnya, dia lebih memilih berjalan kaki agar tidak ketahuan.
Dia mengendap-endap menuju tembok pembatas kediaman tersebut, setelah sampai Ruby mulai memanjat tembok itu agar bisa masuk, untungnya tembok tersebut tidak terlalu tinggi hingga membuat Ruby lebih mudah melewatinya.
HUP.
Ruby berhasil mendarat di tanah belakang mansion tanpa ketahuan, dia bergegas menuju pintu belakang dari ingatan yang dia dapat Ruby yang asli pernah beberapa kali berkunjung ke mansion tersebut jadi dia sudah hafal seluk beluk mansion itu.
Drap. Drap. Drap.
"Aku harus cepat, bisa saja mereka mengetahui kedatanganku," gumam Ruby di sela pelariannya.
Saat tiba di pintu belakang, dia melihat dua bodyguard yang sedang berdiri di depan pintu, Ruby membenarkan kain yang menutupi sebagian wajahnya lalu kembali berlari dan menghajar mereka dengan brutal.
BUAAK.
Ruby memukul tengkuk bodyguard tersebut hingga jatuh ke tanah dan pingsan, satu bodyguard yang tersisa segera menyerang Ruby setelah melihat temannya tumbang.
BUGH.
Ruby menendang dada bodyguard itu hingga dia terhuyung, namun bodyguard tersebut kembali menyerang Ruby hingga mengenai perutnya.
BUUAAK.
Bruuk.
"Akh sialan," Ruby menggeram marah.
Bodyguard tersebut kembali menodongkan pistol ke arah wajah Ruby, "Siapa kau?"
Tanpa menjawab dia kembali menyerang bodyguard tersebut, pertarungan sengit antara mereka berdua berlangsung cukup lama. terlebih bodyguard itu sudah terlatih dan biasa menghadapi hal seperti ini berbeda dengan Ruby yang biasanya hanya berkelahi antar sekolah saat menjadi Raeesha.
Ruby mulai terengah-engah, dia beberapa kali mendapat tendangan di perutnya yang membuat dirinya mulai kehilangan banyak tenaga.
'Apa aku harus membunuhnya?' batin Ruby bimbang.
Dia belum pernah membunuh seseorang dengan tangannya sendiri, namun jika kali ini dia hanya memukul dan menendang bisa-bisa tenaganya habis sebelum dia berhasil menjalankan rencananya.
Bodyguard yang melihat Ruby terdiam kini menertawakan dia.
"Haha kau kira bisa mengalahkan ku dengan tubuh kecilmu itu heh, lebih baik kau menyerahkan tubuhmu baik-baik padaku agar nyawamu bisa selamat haha."
"Ck menjijikan, bajingan seperti kalian selalu saja memandang rendah perempuan." Ujar Ruby sinis.
"Kau benar-benar tidak tau di untung, baiklah jika itu maumu dengan senang hati saya akan menyadarkan dimana seharusnya posisimu jala**!" ucap bodyguard tersebut menggeram tertahan.
Dia berlari ke arah Ruby, bersamaan dengan itu Ruby menarik belati dari sepatunya dan langsung menikam bodyguard tersebut tepat di jantungnya.
Drap. Drap. Drap.
JLEEBB.
"Uhuk..k-kau," geram bodyguard itu.
Ruby menarik belati yang menancap di jantung bodyguard itu lalu menancapkan di leher bodyguard tersebut, hingga seketika darah yang keluar dari leher bodyguard itu mengenai wajah Ruby.
BRUK.
Tubuh bodyguard tersebut jatuh ke tanah, Ruby menarik kembali belatinya dia menatap dingin tubuh tak bernyawa di hadapannya.
Ruby merasakan sensasi yang baru pertama kali dia rasakan selama hidupnya, rasa yang sulit di jelaskan namun membuatnya merasa senang dan puas.
"Jadi seperti ini rasanya membunuh." Sudut bibir Ruby naik ke atas.
Darah yang mengenai wajahnya dia biarkan begitu saja, lalu dia bergegas masuk menuju pintu yang ada di hadapannya sebelum para bodyguard yang lain muncul.
Selang beberapa saat akhirnya dia berhasil masuk ke dalam kediaman Hansen, di dalam mansion semua orang sudah terlelap dan lampu sebagian sudah padam, Ruby berjalan perlahan menyusup masuk menuju lantai dua dimana kamar Hansen dan keluarganya berada.
Tap. Tap. Tap.
Langkah kaki Ruby berhenti tepat di depan pintu kamar bercat coklat, dia melihat sekelilingnya untuk memastikan jika suasana masih aman. Ruby mulai mengeluarkan jepit rambut untuk membuka pintu yang terkunci.
Klek.
Akhirnya usahanya berjalan lancar, dia mulai masuk ke dalam kamar tersebut yang merupakan kamar Hansen dan istrinya namun di ranjang besar tersebut hanya ada Hansen seorang.
'Mungkinkah istrinya tidur bersama, Sesilia?' batin Ruby bertanya-tanya.
Tak ingin membuang waktu, dia melangkah lebih jauh hingga saat dia sampai di samping ranjang Hansen secara tiba-tiba Hansen langsung membuka kedua matanya dan mencekal tangan Ruby.
"Siapa kau?" sentak Hansen.
Kedua bola mata Ruby membulat sempurna melihat Hansen kini menatapnya bengis, dia tidak menyangka jika Hansen akan menyadari keberadaannya.
Tak punya pilihan lain untuk memikirkan cara terbebas dari Hansen, Ruby langsung menyerang Hansen dengan brutal.
BUUGHH.
DUAAK.
Ruby memukul wajah Hansen lalu menendangnya hingga dia terbentur sudut ranjang.
"Aarrghh brengsek, siapa yang menyuruhmu?" bentak Hansen.
Di balik kain yang menutupi bibir dan hidungnya, Ruby tersenyum smirk dia menatap remeh pada Hansen.
"Of course someone wants you dead," sahut Ruby dan kembali menyerang Hansen tanpa henti.
Dia menarik kerah baju Hansen dan melemparnya hingga menghantam lemari kaca yang berhasil membuat kaca tersebut pecah berserakan di lantai, kamar Hansen kedap suara jadi perkelahian mereka tidak akan terdengar keluar.
SREEK.
PRAAANG.
Hansen tak mau kalah, dia kembali berdiri lalu berlari menerjang tubuh Ruby hingga jatuh ke lantai.
BRRUUGH.
Hansen menindih tubuh Ruby di bawahnya, dia hendak menarik kain yang menutupi sebagian wajah Ruby namun gagal setelah mendapat satu tusukan di bagian matanya.
JLEEEBB.
"AAAARRGHHH." Suara erangan menggema di kamar tersebut.
Ruby mendorong tubuh Hansen hingga dia terjungkal ke belakang, sambil memegangi belati yang masih menancap di matanya, untungnya Ruby memiliki insting yang bagus dia sudah mengeluarkan belati sejak Hansen menabrak lemari kaca tadi.
"Aarghh jala** sialan, beraninya kau main-main denganku!" Sentak Hansen. dia mencabut paksa belati di matanya.
Seketika darah langsung mengalir dan menetes di lantai, Ruby yang melihat hal tersebut justru semakin merasa girang.
'Wow pertunjukan yang sangat menarik,' batin Ruby senang.
Hansen yang melihat keterdiaman Ruby langsung menyerangnya lagi, Pertarungan mereka berdua sangat sengit Ruby berhasil menghindari beberapa serangan yang di berikan oleh Hansen namun sayang dia juga berhasil mendapat satu sayatan di bagian lengannya.
SRREEETT.
BUAAAKK.
Setelah menyayat lengan Ruby, Hansen menendang perutnya hingga Ruby terlempar ke depan pintu balkon kamar tersebut.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut Hansen langsung mengejar Ruby menuju balkon, di sana mereka kembali bertarung.
Hansen menyerang Ruby seperti orang kesetanan, akhirnya Hansen berhasil mencekik leher Ruby dan menyenderkan tubuhnya hingga setelah badannya berada di pembatas balkon.
"Kau tidak akan bisa mengalahkan ku bocah, meski saya tidak tau kau dari mana tapi untunglah berkat pemberitahuan dari orang itu saya bisa menangkap mu haha."
Ruby tetap diam namun pikirannya berkecamuk memikirkan siapa orang yang Hansen maksud, terlebih dia bisa tau rencana Ruby padahal tidak ada yang mengetahui rencananya kecuali dirinya sendiri.
Hansen yang sangat penasaran dengan sosok di depannya, langsung menarik kain hitam di wajah Ruby seketika Hansen terkejut melihat orang yang ada di hadapannya tak lain adalah keponakannya sendiri .
"R-Ruby?"
Mendengar namanya di sebut Ruby tersenyum tipis.
"Yah~ akhirnya ketahuan juga, bagaimana surprise dari aku, Om? Apa Om menyukainya?"
"Apa maksud semua ini, Ruby? Kenapa kamu menyerang, Om?" sentak Hansen marah.
Ruby mengangkat kedua bahunya acuh, meski lehernya masih di cekik namun tidak sekuat tadi.
"Apa aku memerlukan alasan untuk menuntut balas atas kematian orang tuaku? Bukannya darah harus di balas darah dan kematian di balas dengan kematian itu yang namanya adil bukan?" sahut Ruby enteng.
Mendengar hal tersebut Hansen menambah cekikan di leher Ruby, dia menatap tajam pada keponakannya.
"Kamu berniat membunuh kerabat mu sendiri hah? Apa otakmu sudah rusak sampai melakukan hal gila seperti ini Ruby!" bentak Hansen.
"Not quite the opposite, aku sangat sehat makanya aku bisa melakukan semua ini." jawab Ruby sambil menarik sudut bibirnya ke atas.
"Gila, kamu sudah tidak waras Ruby!" Bentak Hansen.
"Yah anggap saja aku tidak waras, dengan begitu akan lebih mudah untuk om memaklumi perbuatanku."
Setelah menjawab pertanyaan Hansen, Ruby langsung menendang perutnya lalu dia kembali menarik tubuh Hansen dan mendorongnya menuju pembatas balkon.
"Bahkan kematian belum cukup untuk membayar perbuatanmu, Om Hansen." Ucap Ruby tajam.
Belum sempat Hansen menjawab, Ruby telah mendorong tubuhnya hingga melewati pembatas balkon dan jatuh hingga mengenai batu yang berada di bawah balkon tersebut.
Setelah melakukan hal tersebut Ruby mengambil belati yang tergeletak di lantai, sebelum pergi dia menuangkan bensin yang dia bawa di botol plastik setelah menuangkan semuanya dia mengambil korek lalu menyalakannya dan melemparnya ke atas ranjang yang sudah dia beri bensin.
Seketika api langsung menyala dan membakar semua yang ada di sekitarnya, Ruby bergegas keluar dari kamar tersebut dan berlari menuruni tangga menuju pintu belakang yang tadi dia pakai untuk masuk.
bener bener ya kasian banget GK ada bahagia nya sama sekali..
nyesek amat thor 😭😭
percuma transmigrasi v ujung nya meninggoy juga...