Dimas, Arya, dan Steven lahir dengan keistimewaan yang sama. Sama-sama memiliki orang tua kaya raya membuat mereka bebas melakukan apa saja. Hidup mereka hanya berisi tentang bermain dan foya-foya.
Hingga suatu ketika, peristiwa yang menimpa mereka memaksa mereka untuk bersikap dewasa dan bijaksana dengan caranya masing-masing.
Elena yang terlahir cantik merasa hidupnya selalu sengsara. Hanya kakek dan neneknya yang merawatnya sejak kecil dengan tulus yang membuatnya mampu bertahan hidup.
Bagaimana mereka bertemu? Apakah setelah bertemu dengan trio tangguh hidup Elena menjadi berubah? Mari kita simak kisah mereka yang penuh warna-warni..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Intimidasi Redi
Sudah seminggu sejak peristiwa duel antara Steven dan Aldo. Beberapa hari sejak masuk rumah sakit, Steven sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Begitu juga dengan Aldo.
Aldo masih tidak terima kalau Steven yang memenangkan duel. Ia sempat meminta untuk tanding ulang, tetapi Hans menolak. Tidak boleh lagi ada duel sampai kapanpun. Hans lalu memanggil Aldo dan membuat keputusan.
"Aldo, direktur di kantor cabang Surabaya mengundurkan diri karena ia ingin beristirahat. Sekarang Papi tawarkan posisi ini ke kamu. Bagaimana?"
"Tapi aku maunya yang di Kantor pusat, Pi."
Steven yang juga ada di sana karena di panggil papinya hanya geleng-geleng kepala. Aldo benar-benar keras kepala.
"Kamu kan sudah buat perjanjian dengan Steve kalau kamu kalah duel, kamu akan terima. Kenapa sih masih keras kepala juga?" Hans merasa emosi dan tiba-tiba dadanya terasa sakit.
"Papi, kenapa pi?" Ujar Steven panik melihat papinya kesakitan. Setelah itu ia ke kamar papinya untuk mengambil obat yang di taruh di bawah lidah jika penyakit papinya kambuh.
Setelah Hans sudah agak tenang, ia mencoba mengatur nafasnya dan mulai bicara.
"Pelan-pelan, pi. Jangan terlalu di paksakan." Ujar Steven khawatir. Steven sebenarnya ingin meninju Aldo karena tidak peka terhadap kesehatan Papinya, tapi ia tahan demi Papinya.
"Ga apa-apa, Steve. Papi hanya ingin sampaikan satu hal setelah itu Papi mau istirahat ke kamar"
"Iya pi... "
"Aldo, gini aja. Kamu pegang dulu jabatan di kantor Surabaya, kalau menurut Papi kamu mampu, nanti kamu Papi tempatkan di kantor pusat, nanti Steve yang di Surabaya. Gimana, Steve? Kamu setuju?"
Steven jadi termenung memikirkan jika ia nanti di Surabaya, ia tidak akan bisa bertemu Elena dan dua sahabatnya lagi.
"Steve? Are you okay?" Tanya Hans kepada Steven yang dari tadi hanya diam saja.
"Mmm... Iya, pi. Aku setuju."
"Bagus kalau begitu. Papi kasih kesempatan selama setahun untuk Aldo membuktikan diri ke Papi. Kalau tidak bisa, jabatan Aldo Papi turunkan jadi pegawai di kantor pusat"
"Tapi itu ga adil, pi!"
"Sudah, kamu jangan protes terus! Papi jadi pusing!"
Setelah itu Hans langsung berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
**
Sejak masuk kerja kembali di hari Rabu minggu lalu, pekerjaan Elena bertambah banyak, apalagi Redi terus menerus menambah pekerjaannya dengan alasan dia tak sempat mengerjakannya karena sering menemani Dimas atau Arya meeting di luar kantor.
Mba Cindy sebenarnya sudah curiga tetapi ia masih mengamati. Lagipula, kalau ia mengadu ke Dimas, ia takut Redi malah tambah menjadi-jadi dengan menambah pekerjaan Elena.
Setelah keluar dari ruangan Dimas, Redi membawa setumpuk berkas ke meja Elena.
"Nih, kamu kerjain ini. Tapi kalau ga selesai hari ini ga apa-apa, jangan di paksa ya. Hari ini saya harus mendampingi pak Dimas meeting di luar kantor."
"Iya mas, nanti saya kerjakan."
"Redi, apa-apaan sih? Kerjain sendiri dong! Itu kan memang kerjaan kamu!" Mba Cindy mulai gusar melihat kelakuan Redi yang semena-mena terhadap Elena.
"Aku kan ga maksa mba, ini kemauan Elena sendiri dari kemarin-kemarin. Iya kan, Elena?" Ujar Redi mencoba untuk membela diri.
"Iya, mas"
Cindy masih belum mempercayai Redi. Ia curiga kalau Elena di paksa oleh Redi. Setelah itu Dimas keluar dari ruangannya untuk bersiap-siap meeting di luar kantor dengan didampingi oleh Redi.
**
Dimas dan Redi baru kembali ke kantor menjelang jam pulang kantor. Setelah istirahat di ruangannya sebentar, Dimas pamit pulang duluan kepada para stafnya karena ia cukup lelah hari ini.
Mba Cindy pun membereskan mejanya dan bersiap-siap untuk pulang.
"Elena, masih ada kerjaan ya? Mau pulang bareng ga?"
"Mba Cindy duluan aja ya, aku tanggung masih ada kerjaan sedikit lagi selesai"
"Oke deh. Kalau gitu aku duluan ya! Kalau bisa jangan terlalu telat pulangnya" Ujar Cindy.
"Iya, mba"
Setelah Cindy meninggalkan ruangan, Redi yang masih di tempat menghampiri meja Elena dan kembali membawa setumpuk berkas.
"Ini ada lagi, kerjain sekarang juga kalau perlu kamu lembur sampai malam karena besok sudah harus selesai! Aku pulang dulu. Pokoknya aku mau semua ini udah ada di meja aku besok! Ngerti kan?" Ujar Redi dengan gaya seperti bos.
"Iya, mas"
Elena sebenarnya sudah sangat lelah tapi ia tak bisa protes. Biar bagaimana pun Redi adalah seniornya di kantor.
**
Arya baru saja selesai meeting dari Simmons Corp, perusahaan keluarga Steven yang memang bekerja sama dengan perusahaan keluarga Dimas. Ada berkas yang ia ingin bahas dengan Dimas segera. Sebelumnya ia sudah mengirim chat ke Dimas agar Dimas jangan pulang dulu dan menunggunya di kantor. Tetapi sesampainya di kantor, ia hanya melihat Elena yang sedang bekerja sendirian.
"Elena? Kamu sendirian? Dimas mana?"
"Pak Dimas sudah pulang dari tadi, Pak."
"Aduh, berarti saya telat dong ya. Pantesan saya chat kok ga di bales. Ya udah deh besok aja. Kamu kok jam segini belum pulang?"
"Iya, saya harus lembur pak, karena masih banyak kerjaan"
"Memangnya harus selesai hari ini juga?"
"Iya, Pak. Besok pagi sudah harus diserahkan"
"Boleh saya lihat kerjaan kamu?"
"Ini, pak"
Arya kaget melihat setumpuk berkas yang seharusnya di kerjakan oleh Redi. Pasti ada yang salah di sini.
"Ini kan pekerjaannya Redi, kenapa jadi kamu yang mengerjakan?"
"Mas Redi seharian ini mendampingi pak Dimas meeting di luar jadi saya yang mengerjakan, Pak"
"Begitu ya?"
"Iya, Pak. Pak Ksatria pulang duluan saja, Pak. Saya bisa kok kerjakan ini sendiri"
"Tidak bisa, saya ga mau kamu sendiri disini. Jadi saya akan tunggu sampai kamu selesai"
"Tapi... "
"Udah, ga usah pakai tapi-tapian. Anggap aja saya ngga ada. Kalau soal minum gampang, nanti saya bisa buat sendiri"
"Baik, kalau begitu pak... "
"Kamu mau saya buatkan teh atau kopi? Atau kamu mau minuman dingin?"
"Ga usah, Pak. Makasih..."
Tapi Arya tetap membuat secangkir teh hangat untuk Elena. Sambil menunggu Elena, Arya mencoba menghubungi Dimas tapi tidak di angkat. Mungkin handphonenya mati dan Dimas lupa untuk mengisi daya baterai. Biasanya kalau seperti ini Dimas sedang sangat lelah jadi kemungkinan ia sedang tidur sekarang.
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam dan Arya melihat muka Elena yang pucat. Ia pasti capek dan pastinya belum makan juga. Arya lalu memutuskan untuk menghampiri Elena.
"Elena, tolong berhenti sekarang juga"
"Tapi saya masih belum selesai, Pak"
"Biar nanti itu jadi urusan saya"
"Tapi, Pak..."
"Saya bilang sudah, berhenti sekarang juga! ini perintah! Suka atau tidak, saya masih atasan kamu, Elena. Saya yakin kalau Dimas yang ada disini, dia akan melakukan hal yang sama seperti saya. Ayo, saya bantu kamu bereskan meja ini, setelah itu saya akan antarkan kamu pulang"
"Baik, Pak...." Elena hanya bisa mengangguk pasrah.
Setelah selesai membereskan meja, Arya lalu mengajak Elena ke tempat parkir untuk naik ke mobil dan pulang.
Di perjalanan, Arya diam saja. Elena tahu hubungan mereka belum membaik, tapi ia merasa sedih di diamkan oleh Arya.
"Kak Arya marah ya sama aku?"
"Iya, saya marah karena heran sama kamu yang mau aja di manfaatkan sama Redi. Tapi saya sebenarnya lebih marah sama Redi, di banding sama kamu"
Setelah itu Elena lebih banyak diam, karena selama mengenal Arya, Elena tak pernah sekalipun melihat Arya marah. Arya membelokan mobilnya ke suatu tempat. Elena heran karena ia pikir ia akan langsung di antar pulang ke rumah oleh Arya.
r dan dim jgn karena ditolak trs main perempuan lg jgn ya di. justruk tu jukan padA dita lanjut up lg mks