Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.
"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.
"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.
***
Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.
"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.
"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.
"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah Kecil
Naomi bertatapan dengan pria yang dia ketahui sebagai ayah biologisnya. Keduanya duduk berhadapan di sebuah restaurant dekat dekat apartement Dean. Naomi memberanikan diri untuk meminta temu untuk mengetahui banyak hal yang tentunya tidak dia ketahui.
Yoshi memberikan senyum tipisnya, sesuatu hal yang berharga untuknya kini ada di hadapannya. Dia sudah tumbuh dewasa dengan baik. Matanya yang cantik mengingatkannya pada wanita yang sampai sekarang masih menjadi pemenang dalam hatinya.
"Maaf saya mengganggu waktunya dan meminta bertemu disini" ucap Naomi perlahan menatap pria paruh baya itu.
"Tidak jangan katakan itu. Kamu boleh kapan saja meminta untuk bertemu. Ayah pasti akan datang" ucap Yoshi dengan semangatnya menanggapi akan ucapan Naomi.
"Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Sekarang terlalu banyak hal yang ingin ditanyakan. Entah harus memulai pertanyaan dari mana" tuturnya dengan suara yang parau dan menahan tangisnya.
"Kamu bisa bertanya perlahan nak, ayah akan mencoba menjawabnya perlahan" ucapnya mencoba menenangkan Naomi. Memberikan kenyamanan untuk saling bertukar cerita.
"Kenapa baru sekarang datang"? Pertanyaan pertama yang dia tanyakan. Kedatangan Yoshi yang secara tiba - tiba membuat semua keadaan menjadi kacau dan tidak berada pada porosnya.
***
Dean membuka pintu apartementnya dengan akses kartu cadangan yang dia miliki. Dia melihat koper pink berada di dekat sofa, menandakan Naomi sudah datang sebelumnya. Senyumnya terukir saat melihat itu. Dia mulai memanggil - manggil nama Naomi namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Sampai dia melihat notes yang ditempelkan di kulkas.
Kak Dean aku masih ada urusan di luar
-Naomi
Dean menyunggingkan senyumnya saat mengambil notes yang tertempel. Dia melohat emoticon senyum yang dibuat oleh Naomi.
***
Naomi menitikan air matanya saat mengunjungi pusaran sang ibu. Ternyata bibi yang sering dia datangi berziarah bersama keluarga setiap beberapa minggu sekali adalah ibunya. Lucy sang mama hanya memberitahu jika ini adalah peristirahatan adiknya tanpa memberitahu informasi yang lebih.
Yoshi yang ikut terhanyut dalam kesedihan tidak bisa membendung air matanya. Suara isakan terdengar di telinga Naomi. Berkali - kali dia melihat ayahnya mencoba menghapus air matanya dan berkali - kali juga Naomi melihat air mata itu terjatuh.
"Sayang, aku datang bersama putri kita" ucap Yoshi yang pada akhirnya kuat untuk mengeluarkan kalimat berharganya. Kalimat yang selama ini tidak bisa dia keluarkan ketika dia berziarah seorang diri.
"Maafkan Naomi ibu" ucapnya menyusap batu nisan yang tertuliskan namanya Katarina.
"Kau tahu Naomi, namamu adalah nama yang dipilih oleh ibumu." Ucap Yoshi secara tiba - tiba. Membuat Naomi melirik ke arahnya dan mempertanyakan itu. Menginginkan informasi lebih jauh akan hal itu.
*Flash back saat kelahiran Naomi*
"Sayang, aku sudah memilih nama yang cantik untuk putri kita" ucap Katarina yang terbaring lemas karena pendarahan yang dia alami.
"Siapa sayang? Kamu memilih nama jepang?" Tanya Yoshi yang memiringkan wajahnya dan mengusap lembut surai kekasihnya.
"Emm.. aku memilih nama Naomi. Naomi yang memiliki arti dalam bahasa Jepang adalah cantik. Sama seperti putri kita yang lahir. Dia cantik, matanya indah sepertimu" ucap Katarina dengan tersenyum tipis. Jemarinya memegang bibir Yoshi. Begitu pun dengan pria itu yang menggenggam punggung tangan wanitanya dan memberikan ciuman.
***
Naomi membuka pintu apartementnya, ingatannya masih bergelut dengan kalimat ajakan yang diberikan oleh ayahnya. "Ikutlah dengan ayah ke Jepang. Kakekmu ingin bertemu denganmu. Dia ingin menebus kesalahannya" Yoshi mengatakan dengan penuh harap. Namun Naomi belum bisa memberikan jawabannya. Terlebih kondisi Lucy sang ibu yang malah nantinya drop karenanya.
Bau aroma makanan yang menggungah selera menusuk pada indra penciumannya. Dia melihat di meja makan hidangan masakan yang sepertinya belum lama disajikan karena asap yang masih mengepul.
Naomi melihat Dean yang tertidur di sofa, sepertinya pria itu kelelahan atau suntuk karena menunggu kepulangannya terlalu lama. Naomi berjongkok di dekat sofa yang ditiduri Dean, dia memiringkan wajahnya dan melihat wajah pria itu dengan damai. Hidungnya seperti pahatan yang cantik. Begitu juga dengan bibirnya yang merah. Jemarinya menyentuh hidung tersebut dan turun ke arah bibirnya.
"Ucapanmu kadang pedas. Menyebalkan juga. Tapi ternyata baik. " ucapnya bergumam. Kedua tangannya melipat di sofa dan melihat pria itu dengan senyumannya.
"Aku ingin memberikan hadiah kecil" ucapnya dengan mendekati wajah Dean dan memberikan kecupan di bibirnya.
"Hi hi" dia terkikik pelan dengan tingkahnya sendiri. Saat Naomi beranjak dan mencoba meninggalkannya, sebuah tangan menggenggam lengannya dan membuat gadis itu nampak terkejut.
"K-kak" ucapnya sontak ketika melihat Dean yang ternyata sudah terbangun. Dean menarik lengan Naomi hingga dia terjatuh di atas tubuh Dean.
"Gadis Nakal yang mencuri ciuman pria" ucap Dean menyeringai dan membalas memberikan kecupannya. *cup*
Naomi mematung dan mengerjapkan kedua matanya. Dia belum sepenuhnya bisa mencerna dengan baik akan kecupan yang dia dapati. Dean tersenyum dan memegang kendali. Dia menjatuhkan Naomi untuk berbaring di sampingnya. Memeluk pinggangnya, memberikan ciuman yang lembut dan menuntut. Naomi yang sudah terhanyut ikut dalam permainan bibir yang diberikan oleh Dean.
"Hhah.. pelan pelan" ucap Naomi yang kewalahan akan aksi ciuman Dean yang semakin agresif. Pria itu menyunggingkan senyumnya dan kembali memberikan ciumannya.
Tangannya mulai bergerilya memasuki ke dalam kaos baju Naomi. Mengusap area perutnya. Pria itu sudah hilang kendali, dia tidak menganggap Naomi sebagai gadis nakal, namun sebagai seorang wanita.
"Kak.. aku lapar" ucap Naomi menghentikan permainan tangan Dean yang berada di perutnya. Dia mulai takut jika Dean akan melanjutkan ke sesuatu yang lebih serius.
"ha ha" Pria itu tertawa kecil dan merutuki kebodohannya yang hilang kendali. Dia menganggukan kecil kepalanya dan mengajak Naomi ke meja makan. Menikmati makanan yang dia sudah sajikan disana. Keterampilan memasaknya yang terbilang lebih baik dari pada Naomi.
Naomi menurunkan kembali kaosnya yang sempat tersingkap dan mengikuti Dean yang sudah duduk di area meja makan.
"Kak Dean memasak sendiri?" Tanya Naomi pada pria yang duduk di hadapannya.
"Hmm sebagian, sebagian lagi aku memesan pesan antar" ucapnya jujur.
"Oh .. hmm terima kasih ya kak" ucap Naomi yang mulai mengambil makanan yang sudah disajikan.
***
*Flashback ketika Dean di Mansion kakek William*
"Hei anak nakal, kakekmu sedang bertanya kepadamu!" Ucapnya yang mulai meninggi dan memberhentikan langkah Dean yang mengambil gelas di dapur.
Pria itu tersenyum melihat kakeknya yang marah dan melanjutkan menuangkan air ke dalam gelas. "Kakek jangan marah" ucap Dean lalu meneguk segelas air dingin yang dia tuang.
"Kau membuat aku naik darah cucu nakal. Kakek hanya bertanya saja. Kau tidak ke Rumah sakit?" Tanyanya lagi karena melihat cucunya malah mengenakan pakaian santai.
"Sepertinya aku terlalu rajin selama ini, aku akan mengambil waktu lebih banyak untuk diriku sendiri" ucap Dean memberikan jawabannya.
"Ish .. tidak seperti biasanya kamu mengatakan hal ini Dean. Terserahmu saja, jika ingin mengambil waktu luang katakan pada kakek. Nanti kakek akan menggantikanmu atau asisten kakek" ucap William memberikan petuahnya.
"Kalau begitu gantikan aku saja" ucapnya menyeringai mengejek.
"Ishh anak ini." Tutur William yang siap melayangkan tongkat yang dia miliki. Dean hanya mengangkat bahunya dan berjalan menuju arah tangga.
"Hei kakekmu belum selesai" ucap William yang jengah karena perilaku cucunya ini.
"Aku ingin beristirahat ke kemar kek" ucap Dean memberitahukan kakeknya dan langsung memasuki kamarnya.
Pria itu memang tidak bisa sepenuhnya lepas tanggung jawab. Dia memilih duduk di kursi kerja yang berada di kamarnya. Membuka ipad yang dia miliki untuk memantau tentang pekerjaannya.
Ingatannya menjadi abstrak dan tiba - tiba mengingat tentang Naomi. Gadis yang memenuhi jalan fikirannya kali ini. Dean mengingat ketika dia memiliki keberanian membuka baju yang dikenakan Naomi dan gadis itu tiba - tiba memeluknya dengan dadanya yang telanjan*. Bagaimanapun tidak munafik, dia menerima rangsanga* dari sentuhan itu.
"Ishh .. otakku kenapa jadi kotor seperti ini" gumamnya yang berusaha menyadarkan dirinya sendiri dan mengendalikannya.
*kembali ke masa kini*
"Kak.. apa kak Dean akan tidur di kamar ini lagi?" Tanya Naomi yang memerhatikan Dean berada di tempat yang sama seperti semalam. Dia duduk di sofa panjang di dekat ranjangnya dengan bantal yang sudah ada disampingnya.
"Ya, kau tahu kamar satunya lagi belum di renovasi. AC disana juga mati" ucapnya memberikan alasan. Cukup logis dan cukup kuat untuk membuat Naomi mengusirnya.
"Kamu tidur saja Naomi! Aku juga akan menyelesaikan pekerjaanku dulu" ucapnya sibuk dengan ponselnya. Membalas berbagai chat yang datang dari rekan dan staff di Rumah Sakit.
"Hmm.. kalau begitu aku tidur duluan" ucapnya yang mulai berbaring di ranjang. Dia menutupi tubuhnya dengan selimut dan mulai memejamkan matanya.
"Hmm tidurlah" ucap Dean tanpa memerhatikan Naomi. Dia memilih menatap layar ponselnya dengan tangannya yang sibuk menekan berbagai komponen huruf di room chat dan juga grup Rumah Sakit.
Setelah merasa hening, Dean melirik ke arah Naomi yang sudah tertidur lelap. Aktivitas hari ini pasti melelahkan batinnya fikir Dean.
thor