Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Dokter yang sudah menangani Sarah memberitahu bahwa Sarah keguguran, sementara Revan tersenyum senang mendengar penjelasan dokter.
Revan segera masuk ke ruang rawat melihat Sarah yang sedang berbaring.
Revan menatap wajahnya yang terlihat pucat, ia merasa kasihan pada Sarah yang harus mengalami keguguran.
"Maafkan aku, Sarah. Ini yang terbaik untukmu."
Sarah mendengar apa yang dikatakan Revan, air matanya kini menetes mendengar Revan yang sedang berbicara padanya.
"Jujur aku tidak mencintaimu, Sarah. Hanya ada Hanna di hatiku, kenapa dulu kau menggodaku? Kau tahu bagaimana jika kucing dikasih ikan ia tak akan menolak." ucapnya tanpa menyadari bahwa Sarah mendengarkan ucapannya.
Perlahan Sarah membuka matanya, lalu ia menatap Revan dengan tatapan sendunya.
"Jadi selama ini kau tak mencintaiku, Mas. Lalu kenapa kau menikahiku," tanya Sarah pada Revan.
"Kau sudah sadar?" ucap Revan dengan menatap mata Sarah yang sudah di banjiri air mata.
"Jawab pertanyaanku,Mas. benarkah kau tidak mencintaiku," tanyanya dengan nada bergetar merasakan sesaknya di dada.
"Iya, sejujurnya aku tidak mencintaimu, aku hanya menganggapmu sebagai adikku. Mulai sekarang kau bukan istriku lagi, carilah pria yang mencintaimu, Sarah." Sarah menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka dengan ucapan Revan barusan.
"Apa maksudmu, Mas. Kenapa kau membuangku seperti ini, aku rela kehilangan kesucianku demi memuaskan nafsumu, Mas. Kenapa kau tak menghargai aku," kata Sarah dengan nada meninggi.
Revan tersenyum mendengar ucapan Sarah lalu ia tertawa membuat Sarah bingung menatap Revan.
"Sarah, Sarah... Kau tahu, pria manapun tidak akan menolak jika diberi kenikmatan. Harusnya kau sadar sebagai wanita harus bisa menjaga diri," ucapnya dengan tersenyum sinis.
"Jadi kau menyalahkan ku, Mas. Aku menyesal sudah percaya padamu, aku tak menyangka kau bisa sejahat ini padaku!" teriak Sarah.
Sarah benar-benar frustasi mendengar apa yang dikatakan Revan, ia merasa bodoh telah dibohongi pria yang pernah menjadi kakak iparnya, pria yang pernah ia kagumi dan kini telah menjadi suaminya. Namun ia harus menerima kenyataan bahwa Revan tak pernah mencintainya, di usianya yang baru menginjak 19 tahun ia harus menjadi janda di usia muda.
Revan pergi meninggalkan Sarah yang masih terbaring lemah, ia tak peduli lagi pada wanita yang telah ia nikahi satu hari yang lalu.
***
Mobil yang ditumpangi Bram kini sudah sampai di halam rumah, Bram membukakan pintunya lalu ia menggendong Dafa.
"Ayah, aku ingin tiap hari ayah dan Tante yang menjemputku. Biar kaya teman sekelasku dia di jemput orang tuannya," celoteh Dafa.
"Boleh, ayah akan menjemputmu setiap hari," kata Bram membuat Dafa tersenyum bahagia.
"Hore... Akhirnya aku akan dijemput ayah dan mama," teriaknya.
"Mama? Siapa mamamu?" tanya Bram penasaran.
"Kata Tante cantik, ayah. Tante cantik mengakui bahwa dia ibuku, aku akan memanggilnya mama saja, ayah. Dia bukan tanteku lagi," celoteh Dafa.
Seketika Bram menatap Hanna dengan tersenyum, Hanna yang ditatap seperti itu menjadi gugup.
"Jadi Tante Hanna bilang pada Dafa bahwa dia mengakui sebagai ibu Dafa?" tanya Bram. Dafa pun mengangguk dan tersenyum mengiyakan ucapan Bram.
"Iya kan, tante?" Tanyanya pada Hanna. Hana bingung harus menjawab apa? Apa yang dikatakan Dafa memang benar.
"Em, i-iya sayang hehe," jawabnya dengan gugup dan tersenyum pada Bram.
Kemudian Hanna menghampiri Bram lalu ia berbisik pada telinganya.
"Aku becanda, Mas," bisiknya.
"Kau harus tanggung jawab, Hanna. Anakku tak bisa dibohongi," balasnya dengan berbisik pada telinga Hanna.
"Aku siap menjadi suamimu," bisiknya lagi.
Hanna langsung menatap mata Bram mencari kebohongan dari sana, akan tetapi Hanna tak menemukan kebohongan dari pancaran matanya.
...----------------...