"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.
Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.
"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.
Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.
Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?
Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Lagi Mencinta
"Maafkan aku sayang, selama ini aku egois dan juga jahat padamu," bisik Praja Wijaya dengan suara bergetar disela-sela kecupan-kecupan indahnya pada leher jenjang sang istri.
Ardina tak mampu lagi menahan diri untuk tidak mendessah nikmat saat suaminya membenamkan bibirnya pada dua buah bukit kembarnya yang indah membusung.
Praja Wijaya tak berhenti menunjukkan cinta dan rindunya dengan belaian yang sangat memabukkan di seluruh tubuh Ardina. Sampai perempuan itu merasakan dirinya terbang berkali-kali meskipun tanpa sayap.
Malam itu mereka berdua melupakan semua urusan lain yang terjadi di luar kamar. Sepanjang malam, mereka saling memadu kasih yang dengan rasa yang sangat luar biasa.
Ardina tak berhenti menyebut nama suaminya saat pria itu menyerangnya dengan sangat kasar sesuai keinginannya.
Praja sendiri bagaikan seekor kuda perang yang tak kenal lelah memborbardir istana indah sang istri dengan bantuan jutaan kecebong untuk meruntuhkan dinding pertahanan.
"Uuuugh,"
"Aaaaaaakh,"
Akhirnya kamar itu dipenuhi oleh suara rintihan Ardina dan erangan Praja Wijaya. Mereka berdua menikmati kegiatan seru dan menyenangkan itu sampai mereka berdua kelelahan.
Rindu berat yang mereka tahan selama 3 tahun ini hancur lebur bersamaan dengan peluh atas dan bawah yang membanjiri tubuh polos keduanya.
"Aku mencintaimu sayang, sangat," ujar Praja seraya mengecup lembut kening sang istri. Setelah itu ia bangun dan membersikan daerah pribadi istrinya yang sudah memberinya banyak kenikmatan.
Air hangat ia ambil dari kamar mandi bersama handuk kecil. Untuk pertama kalinya ia memperhatikan kalau istana indah itu telah membengkak karena buasnya ia mendatangi sang istri. Dengan berbagai gaya tentunya.
"Kak, aku bisa sendiri," ucap Ardina terharu.
Ia sampai menitikkan airmata bahagia atas perlakuan suaminya padanya.
Dulu, saat mereka pertama melakukannya Praja bukan hanya tak mau melihatnya atau berterima kasih, ia malah meninggalkannya dan membencinya setengah mati.
"Aku banyak bersalah padamu sayang, dan aku merasa berdosa lebih banyak lagi jika tidak memelihara istanamu ini yang memberikan aku banyak kebahagiaan."
Praja tersenyum kemudian membuka lebar-lebar istrinya. Ia mengarahkan wajah nya kesana dan mengecupnya dengan lembut. Memberikan lagi perasaan relax dan nikmat pada sang istri tercinta.
"Aaaaakh," dessah Ardina lagi dan lagi. Praja benar-benar memanjakan dirinya dengan sangat indah.
"Kamu pergi saat kamu hamil sayang, dimana putra atau putri kita. Aku ingin bertemu," ujar Praja seraya mengecup kembali istana sang istri. Entahlah, ia terlalu suka berada di tempat itu.
"Kamu pasti sudah melahirkan dengan susah payah sayang, sendirian."
Pria itu meluruskan kaki sang istri kemudian naik ke atas ranjang dan berbaring disamping perempuan itu.
Ardina ternyata belum juga berhasil menata debaran di dadanya. Perutnya bagaikan dihantam gelombang dahsyat yang sangat indah.
"David sudah berusia 2 tahun kak. Dan akhir-akhir ini selalu mencari papanya. Ia rindu padamu kak," ucap Ardina seraya membenamkan wajahnya pada dada bidang sang suami.
"Maafkan aku sayang. Mulai hari ini kalian adalah tujuan hidupku. Tahun-tahun yang telah lewat akan aku ganti dengan sangat baik dan istimewa." Praja kembali mencium kening sang istri dengan penuh perasaan.
"Aku ngantuk sekali kak. Aku tidur ya," ujar Ardina dengan kelopak mata yang sudah sangat berat. Praja mengangguk seolah-olah perempuan itu bisa melihatnya. Mereka berdua pun terlelap berselimutkan malam.
🌹
Pagi pun datang menjelang, Ardina menggeliat pelan dalam pelukan sang suami. Perlahan ia membuka matanya.
Cukup lama ia mengumpulkan nyawanya dan baru sadar kalau ia sedang tidak berpakaian saat ini.
"Hmmmpt uggghh," ia berusaha bangun tapi tubuhnya masih dalam kuasa Praja Wijaya. Seketika pipinya ia rasakan menghangat karena malu.
Bayangan keadaan semalam samar-samar berkelebat dalam kepalanya. Bagaimana ia begitu agresif sampai lupa kalau ia pernah sangat marah dan benci pada pria yang sedang bersamanya.
"Selamat pagi istriku," ucap Praja seraya mengecup singkat bibir sang istri.
"Mau mandi?"
Ardina mengangguk. Ia pun bangun lebih dulu dan berlari ke kamar mandi dengan membawa selimut itu bersama dengannya.
Praja terkekeh karena sekarang tinggallah dirinya yang ada di atas ranjang tanpa kain sehelai pun. Akhirnya ia bangun dan langsung masuk ke kamar mandi agar bisa mandi bersama dengan sang istri.
Di bawah guyuran shower itu mereka saling menatap dengan penuh cinta dan rindu. Ardina semakin menyadari kalau dirinya semakin sangat mencintai pria tampan dihadapannya itu begitupun dengan Praja Wijaya.
Rasanya kata-kata cinta tak akan pernah cukup jika tidak ia tunjukkan dalam perbuatan. Di dalam sana mereka melakukannya lagi dan lagi sampai mereka kelelahan.
Dessahan dan erangan menemani guyuran air dari shower di dalam ruangan yang tidak begitu luas itu.
"Kak, aku lelah," ucap Ardina disela-sela hentakan suami nya yang menyerangnya tanpa ampun.
"Sedikit lagi sayang," bisik Praja seraya mengangkat tubuh istrinya keluar dari tempat itu tanpa melepaskan dirinya.
Ia menggendongnya dibagian depan bagaikan koala sedangkan kaki Ardina melilit agar tidak jatuh.
Praja pagi benar-benar sangat buas. Ia butuh waktu dan gaya yang banyak sampai ia benar-benar berhasil melepaskan pelurunya lagi.
Ardina tak mampu lagi bergerak. Ia tumbang diatas ranjang itu. Praja tersenyum. Ia kembali merawat tubuh istrinya itu dengan penuh kasih sayang kemudian segera mandi. Ia harus sholat subuh dan mencari sarapan untuk mereka berdua.
Drrrt
Drrrt
Handphonenya berbunyi. Ia pun meraihnya dan menjawab panggilan yang ternyata dari Yusta Yusuf.
"Hey! Kamu dimana? Tega kamu meninggalkan sektretarismu di tempat ini sendirian!" Perempuan itu langsung menyalak seperti anjing.
"Hey, maafkan aku. Tunggu aku di Restoran. Aku akan segera kesana!" Praja langsung menutup telepon itu dan mengecup kening Ardina yang masih tertidur.
Ia keluar dari kamar itu dan tak disangka-sangka bertemu dengan Maher Abdullah.
Nampak sekali kalau pria itu juga ingin turun dan mungkin sudah akan check out.
Darah Praja seketika mendidih melihat pria paruh baya mesum dan hobi mengoleksi istri itu ada di hadapannya.
"Selamat pagi pak Maher. Apa tidur anda nyenyak semalam?" sapa Praja dengan senyum sinis diwajahnya.
"Selamat pagi pak Praja. Tentu saja tidur saya sangat nyenyak." Pria itu menjawab dengan berusaha menghindari pertemuan mata dengan Praja Wijaya.
"Oh syukurlah kalau begitu. Lain kali jangan lagi membuat rencana licik pada istri orang lain."
"Eh,?!" Pria itu tampak sangat kaget.
"Kenapa? Anda kaget pak Maher? Tapi terimakasih banyak ya, karena saya yang memetik hasil dari apa yang anda rencanakan."
Praja Wijaya pun berlalu meninggalkan pria paruh baya itu dengan seringai diwajahnya.
Maher Abdullah mengepalkan tangannya disisi kiri kanan tubuhnya. Ia sangat marah sekarang. Dan ia berjanji akan membalas Praja Wijaya.
🌹🌹🌹
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
Nikmati alurnya dan happy reading 😊