Menjadi tulang punggu ketika orang tuanya telah tiada, untuk adik-adiknya yang masih sekolah. Mampukah Rere menghidupi ketiga adiknya sedangkan pekerjaannya hanya staff biasa disalah satu perusaan kecil?
Dibalik perjuangannya terhadap adik-adiknya sang pacar juga sering membuatnya frustasi dengan sikap sang pacar yang begitu jahat padanya.
Tapi sedikit demi sedikit hidup Rere berubah ketika ia bekerja sebagai asisten disalah satu restoran dengan memiliki boss yang baik kepadanya.
Bagaimana kisah perjalanan hidup Rere selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linasolin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Selesai makan mereka tidak langsung pergi karena jam istirahat masih ada setengah jam lagi, Marvin dan Rere masih duduk diruang tamu sibuk dengan hp masing-masing.
"Jam berapa adek-adekmu pulang sekolah?"
"Seperti anak sekolah biasanya ini masih jam 1 kurang dan belum waktunya pulang sekolah pak" jawab Rere lalu ia kebali sibuk menatap layar HP miliknya.
"Tadi aku dapat pesan dari papa katanya dia mengundang kamu makan malam"
"Makan malam? Kapan?" dalam perihal apa saya diundang makan malam pak?"
"Mana saya tau" jawab Marvin ngegas.
"Sebentar lagi dah mau jam kerja ayok saya antar ke kantor, saya mau pulang!" Marvin pun berdiri dari duduknya.
Sepertinya kali ini Rere tidak ingin menurut kepada Marvin, dan terbukti ia masih duduk dengan santai sambil menatap layar ponselnya.
"Kamu tidak ikut?" pertanyaan itu muncul sekali lagi dari mulut Marvin.
"Bapak duluan saja, masih ada waktu 25 menit lagi sepertinya saya mau istirahat sebentar"
"Baiklah, nanti malam kamu bersiap akan saya jemput." Tanpa berkata lagi Marvin pun keluar dari dalam rumah.
Saat Marvin sudah sampai diteras rumah ia melihat Kalvan mendekati rumah Rere. Ketika mata mereka bertemu ada amarah yang ditunjukkan Kalvan.
"Untuk apa kamu datang kerumah pacar saya?" tanya Kalvan.
Masih dalam mode tenang Marvin menjawab Kalvan. "Saya sehatusnya bertanya padamu, untuk apa kamu datang kerumah calon istri saya?"
Bugh....
Kali ini Marvin kena pukulan Kalvan yang terbawa emosi. "Rere hanya untuk saya bukan untuk kamu jaga mulutmu kalau bicara sebelum saya buat kamu tutup mulut selamanya"
Mendengar ada keributan diluar Rere langsung keluar dari dalam rumah, ia melihat Marvin sudah terduduk dilantai sedangkan Kalvan berdiri memandangi Marvin dengan tatapan membunuh.
Rere langsung menghampiri Marvin dan membantu Marvin berdiri. "Sayang, katakan padanya jika mau menikah. Jangan datang lagi mengganggu kamu" Marvin menunjukkan wajah yang manja.
Untuk mengusir Kalvan Rere pun ikut dalam permainan Marvin. "Untuk apa kamu datang lagi? Aku sudah mau menikah dengannya dan mengapa kamu melukainya?"
Bukannya melawan Kalvan tertawa dan bertepuk tangan "Bagus.... Bagus... Apa kamu sudah tidur dengannya? Apa kamu sudah menyerahkan dirimu padanya hingga mau menikah? Yang aku tau kamu belum mau menikah sebelum adek-adekmu sudah bisa membiayai dirinya sendiri. Atau jangan jangan Kamu sudah hamil?"
"Iya aku sudah hamil, apa masalahnya denganmu?" kesal Rere tapi tangannya menahan Marvin yang mau menyerang Kalvan.
"Dasar munafik, giliran dapat laki kaya dengan cepat menyerahkan diri, dulu aja selalu menolak setiap aku ajak. ternyata mata duitan juga kamu ya? bisa melihat laki yang berduit"
"Pergi dari sini sebelum aku lapor polisi!!" usir Marvin, sungguh ia tidak tega melihat Kalvan memaki Rere hanya ingin membela dirinya.
"Iya aku pergi, nikmatilah tubuhnya yang murahan itu kalau sudah bosan berikan padaku soalnya dari dulu aku penasaran dengan rasanya, nggak apa-apa bekas" Kalvan pun berlalu meninggalkan mereka.
Rere membawa Marvin masuk kedalam rumah, ia hanya diam tidak berkutik sama sekali. Marvin merasa bersalah karena ulahnya Rere kena imbasnya.
"Maaf!!!" ujar Marvin.
"Tidak apa-apa pak, saya tidak apa-apa lain kali kalau bapak bertemu dengannya tidak perlu meladeninya"
"Pindahlah dari sini biar dia tidak mengganggumu lagi"
"Tidak bisa pak" jawab Rere pelan.
"Mengapa?"
"Rumah ini dekat dengan sekolah adek-adek dan saya juga sudah nyaman disini. Bapak, duduk dulu saya akan obati luka bapak"
Rere mengobati Marvin dengan obat merah yang ada dirumah. Dari dekat Marvin bisa melihat wajah Rere yang begitu fokus menatap luka Marvin.
Sttt Au....
"Kamu sengaja?" Kesal Marvin saat Rere menekan luka dibibir Marvin.
"Bapak jangan memandangi saya seperti itu" jawab Rere sambil terus mengobati Marvin.
"Tidak ada saya pandangi kamu, jangan GR jadi orang" Bantah Marvin walau memang sebenarnya ia memandangi wajah Rere.
Setelah membersihkan darah yang ada dibibir Marvin, Rere kemudian memberi obat. "Sudah selesai pak, bapak boleh pulang lain kali bertemu dengannya tidak perlu diladeni" jawab Rere sambil merapikan obat P3 kedalam kotak.