jhos pria sukses yang di kenal sebagai seorang mafia, mempunya kebiasaan buruk setelah di selingkuhi kekasih hatinya, perubahan demi perubahan terjadi dia berubah menjadi lebih kejam dan dingin, sampai akhirnya dia tanpa sengaja membantu seorang gadis mungil yang akan menjadi penerang hidupnya. seperti apakah kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Nisa dan Keceriaan Kembali ke Rumah Jhos
"Nah, gitu dong! Kakak jadi senang menemanimu kalau kamu tetap ceria," ucap Nisa sambil tersenyum melihat wajah Sisi yang kembali ceria.
"Kakak, di mana Mama? Ayo kita ke sana! Aku mau mengajak Mama bersantai ke pulau bersama," kata Sisi penuh semangat. Pergi ke pulau adalah cara favoritnya untuk mengembalikan kebahagiaan.
Mereka berdua langsung pergi menemui Jasmin yang sedang duduk di ruang tamu bersama Ferdinan.
"Ma... Mama! Oh, ternyata Mama di sini. Ma, aku mau kita pergi bersantai ke pulau seperti dulu. Gimana? Kali ini aku mau Kakak Nisa dan Mama ikut juga," pinta Sisi dengan penuh harap.
Jasmin tersenyum lembut, melihat semangat putrinya yang mulai kembali. "Hmm... baiklah. Asal kamu kembali ceria, apapun maumu akan Mama turuti. Mama juga akan ajak Kakak Nisa, dan Om Ferdinan ikut bersama kita," jawab Jasmin sambil menoleh ke Ferdinan untuk meminta persetujuannya.
Ferdinan mengangguk. "Baiklah, besok pagi kita pergi. Mumpung hari Minggu. Tapi, kalian harus janji, setelah pulang nanti, tidak ada lagi wajah bersedih, ya. Kalian harus melupakan kesedihan dan mulai bahagia lagi," katanya penuh perhatian.
"Siap, Om! Om nggak lihat Sisi sudah ceria sekarang? Hehe. Oh iya, Ma, ayo kita makan. Kalian tega biarin aku lapar begini?" ucap Sisi sambil tertawa kecil, membuat suasana menjadi lebih hangat.
Jasmin, Nisa, dan Ferdinan saling pandang, lalu tersenyum. Mereka semua pergi ke dapur untuk memasak bersama. Kali ini, dapur penuh dengan canda tawa, sesuatu yang sudah lama tidak terdengar sejak kepergian Tuan Huan Chen.
Tak lama kemudian, Jhos pulang dari kantornya. Dari kejauhan, ia mendengar suara tawa dari dapur. Ia berdiri di pintu, memperhatikan keluarganya yang tertawa bahagia sambil memasak bersama.
"Aku sudah menduga kehadiranmu akan mengubah segalanya, Nisa. Kamu memang wanita yang selalu membawa kebahagiaan, baik untukku maupun keluargaku. Aku tidak salah memilihmu," pikir Jhos dalam hati, matanya memancarkan rasa kagum dan syukur.
Jasmin yang melihat Jhos berdiri di pintu dapur langsung menyapanya. "Hai, sepertinya tuan muda kita sudah pulang. Ayo, sayang, ke sini. Hari ini kita makan besar bersama!" serunya.
Jhos tersenyum dan menghampiri mereka. Ia bergabung di meja dapur, duduk di samping Nisa. Dengan nada pelan, ia berbisik di telinga Nisa, "Kamu pakai sihir apa, sih, sampai bisa mengubah kesedihan mereka menjadi tawa seperti ini? Rasanya rumah ini sekarang seperti pasar dengan suara-suara kalian."
Nisa menoleh ke arahnya sambil tersenyum kecil. "Itu bukan sihir, Jhos. Itu cuma cinta dan kepedulian. Sesederhana itu," balas Nisa sambil tersenyum.
Hari itu, rumah besar yang biasanya sepi kini kembali penuh dengan kehangatan dan tawa, seperti masa-masa sebelum kepergian Tuan Huan Chen. Suasana ini menjadi awal baru bagi keluarga tersebut untuk menyembuhkan luka dan melangkah maju bersama.
Jhos dan Keceriaan Keluarga
"Diam, kamu masih anak di bawah umur. Jadi, kamu tidak akan tahu segalanya," jawab Sisi sambil tersenyum lalu meninggalkan Jhos begitu saja, menuju ke arah tempat Sisi sedang memainkan wortel di tangannya.
Jhos yang ditinggalkan hanya bisa tersenyum. Meskipun Nisa sedikit cuek, dia tetap merasa senang karena berkat Nisa, keluarganya kembali seperti semula, meski tanpa kehadiran ayahnya.
"Ma, aku harus mengerjakan apa kalau Nisa tidak mau memberitahuku?" tanya Jhos mengadu pada mamanya tentang Nisa yang tidak mau bekerja sama dengannya.
"Siapa suruh kamu tidak pandai menyenangkan hati perempuan? Percuma tampan kalau tidak bisa melunakkan Nisa, malah mengadu kepada mama," jawab Jasmin menggoda putranya.
Jhos terpaku mendengar jawaban mamanya. Dia menoleh ke arah Nisa yang ternyata tersenyum mendengar ejekan mamanya tadi.
"Hai, dasar jangan mengolok-olok aku ya, awas saja nanti," kata Jhos kepada Nisa yang terus tersenyum, merasa seperti sedang dielu-elukan.
"Tante, Jhos mau menghukum aku," teriak Nisa mengadu kepada Jasmin, dan Jasmin langsung melototi putranya, membuat Jhos menunduk takut.
Lagi-lagi, Jhos mendengar tawa Nisa. Dia merasa sedikit kesal, lalu mendekati Nisa, tetapi Nisa lagi-lagi menghindarinya. Akhirnya, Jhos memutuskan untuk mendekati Sisi dan berbisik memohon bantuan.
"Sayang, bantu kakak dong. Apa kamu tidak lihat, kakak sedang dikerjain oleh kakak cantik?" bisik Jhos.
Sisi menoleh ke arah kakaknya dan menyipitkan matanya. "Kalau kakak mau mendekati kakak cantik, kakak salah orang untuk meminta bantuan, karena aku nggak mau nolongin. Aku dan kakak cantik sedang bekerja sama untuk mengerjai kakak yang nakal itu," jawab Sisi dengan suara tinggi, membuat semua orang menoleh ke arah mereka dan akhirnya tertawa lepas.
Jhos pun pasrah dan mengerjakan tugasnya untuk membantu memasak sup, seperti orang yang tidak ada yang menyayanginya. Sesekali dia menoleh ke arah Nisa yang kebetulan juga menoleh ke arahnya. Jhos mengeluarkan jurus andalannya, meminta bantuan dengan wajah mengasihani, tapi Nisa langsung menggeleng dan berpura-pura tidak peduli.
"Rasain tuh," gumam Nisa dalam hati, senang melihat Jhos yang menderita.
Setelah masakan selesai, mereka langsung menyajikannya ke meja makan untuk makan bersama. Semua orang yang ada di rumah, termasuk pelayan dan petugas yang berjaga, ikut menyantap makanan lezat itu.
"Rasanya masih tidak ada yang peduli sama aku. Menyedihkan sekali punya calon istri, tapi tidak dihiraukan," ucap Jhos dengan wajah kusut di tengah-tengah kumpulan mereka yang sedang makan.
Nisa mendekati Jhos dan menjawab ucapan Jhos dengan santai. "Sudah besar, masih ingin dimanjakan? Gak malu sama Sisi yang makan sendirian?"
Jhos mendengar jawaban Nisa dan langsung cemberut.
"Hmm, baiklah," jawab Jhos setelah melihat semua orang menoleh ke arahnya dan tertawa.
"Kakak makannya, kalau jadi laki-laki jangan manja, nanti malu sendiri kan? Haha," tambah Sisi sambil tertawa, ikut mengolok Jhos.
Ferdinan yang sudah tidak tahan lagi melihat wajah cemberut Jhos langsung mendekatinya.
"Jhos, semua ini rencana mamamu yang mengerjain kamu. Jadi, jangan taruh dalam hati," ucap Ferdinan sambil menoleh ke arah Jasmin yang memelototinya.
"Hai, Ferdinan, kenapa kamu membocorkan semuanya? Jadi gak asik kan?" teriak Jasmin, tidak bisa menahan tawanya melihat putranya yang cemberut, terlihat seperti anak kecil lagi.
"Putraku lucu sekali. Aku melihatnya seperti itu, jadi teringat waktu aku memandikannya waktu kecil dulu," kata Jasmin sambil menatap Jhos yang semakin malu mendengar ucapan mamanya.
"Tante, emang pas kecil Jhos gimana?" tanya Nisa penasaran, sengaja mengerjai Jhos lagi.
"Ma... janganlah bahas itu, membuatku malu saja. Sudah-sudah, lanjut makan," ucap Jhos, mencoba menghentikan percakapan agar mamanya tidak melanjutkan.
"Jadi begini, Jhos itu..."
"Ma... plis..." Jhos langsung memutuskan ucapan mamanya agar tidak melanjutkan cerita masa kecilnya.
Semua orang tertawa lepas menyaksikan situasi tersebut, begitu juga Nisa yang dari tadi tertawa melihat Jhos yang terlihat sangat malu.