Lanjutan kisah Cinta Simon Dan Maria di Kisah Klasik Remaja. mau baca dulu silahkan biar ga bingung hehe..
kisah kehebatan Simon sang CEO dan Hacker Cantik Jenius bernama Maria.
mereka adalah pasangan suami istri yang masih muda.
Menikah di usia muda tentu saja menjadi tantangan tersendiri, apakah pernikahan mereka selalu berjalan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Disini, dihati saya.
Acara dimulai dari mulai sambutan ketua OSIS sampai sambutan dari ketua yayasan yakni David.
“Sebenarnya sekolah sudah lama meminta beliau hadir, namun karena kesibukannya beliau akhirnya baru bisa berbagi ilmu bersama kita hari ini. Maka dari itu,. Semuanya selamat menikmati acara ini. Semoga kita dapat mengambil banyak pelajaran yang berharga dari pengalamannya terutama bagi para guru dan juga siswa di IBS ini.” ujar David lalu mengakhiri sambutannya.
Suara tepuk tangan bergemuruh, lalu tibalah sang MC menyerahkan acara kepada moderator yakni Reno. secara Singkat Reno memperkenalkan Simon sebagai salah satu Pengusaha multi bidang dan sebagai alumni IBS yang paling sukses di angkatannya. Sampai akhirnya mempersilahkan Simon untuk naik ke atas panggung.
Simon berdiri memberi hormat kepada para tamu undangan dan juga jajaran staf IBS disana lalu berjalan menuju panggung dengan penuh percaya diri. Sorotan kamera terpusat kepada wajahnya yang langsung mendapatkan riuh teriakan dari seluruh siswi perempuan karena ketampanannya yang hari ini berkali lipat dari biasanya dengan balutan jas berwarna Maroon pekat, dasi yang dipasang rapih dan jam tangan mahal limited edition. rambutnya ditatarapi khas seorang CEO muda masa kini
Dibelakang layar, Slide menunjukkan foto foto Simon dari mulai SMP hingga sekarang. Beberapa diantaranya memang di ambil di IBS.
“Wuihh ga dulu ga sekarang tetep jadi bahan teriakan para gadis ya kak Mon ini!” goda Reno yang langsung mendapatkan gelak tawa dan sorakan dari semuanya.
“Dulu dia juga sangat populer, kalau ada teman teman seangkatan coba mana suaranyaa??” ujar Reno yang langsung mendapatkan teriakan dari para pelatih OSN dan beberapa teman nya yang di CC fashion yang menyempatkan hadir.
“Nah kan percaya ya adik adik?” ucap Reno.
“Apa kabar kak Simon?” tanya Reno sambil tersenyum
Simon mengangguk,
“Baik. alhamdulillah..” jawab Simon sekenanya. Dia lalu membuka salah satu kancing jasnya dan duduk.
“Oke kita mulai dulu kali ya, silahkan perkenalkan diri” Reno melirik Raffi yang menjadi operator di belakang.
“Oke Assalamualaikum wr.wb. …..”
Simon memulai mukhadimanya yang membuat semuanya terhenyak karena tak menyangka mukhadimah yang mereka anggap paling sulit di IBS bisa di bawakan dengan begitu lancar tanpa teks. Anak IBS khususnya yang asrama pasti tau bagaimana susahnya menghafal mukhadimah yang merupakan sarat kenaikan kelas dari kelas 11 ke kelas 12 itu. Beberapa diantara mereka bahkan harus puas mendapat nilai di ambang batas minimal karena sudah malas menghafal. Namun melihat dan mendengar Simon yang melafalkan itu semua dengan lancar dan penuh percaya diri membuat mereka akhirnya percaya bahwa IBS pernah punya Siswa seganteng dan sekeren ini. Dibandingkan dengan penampilan khas santri IBS, Simon memang terlihat terlalu keren dengan stelan khas pengusaha muda itu.
Saking takjubnya para hadirin disana, suasana pun berubah menjadi hening
“Kok jadi hening gini.. Hehe, saya sengaja menggunakan mukhadimah itu karena itu adalah mukhadimah khas anak IBS terutama Santri IBS ya kan?” Simon tersenyum lalu menekan pointer di tangannya.
“Oke profil singkat, ini sebenarnya bikinan asisten saya dan saya tak sempat membaca ulang. Jadi mari kita lihat..” lagi Simon menekan pointernya.
“Ah nama, sudah jelas dan tertera, gelar saya doubel degree S.E dari UI dan MIB ari Melbrone university. Tanggal lahir sekian, alamat di sana, kemudian status menikah…” ucapan Simon terpotong ketika mendengar suara kekecewaan dari para siswa/i disana.
“Wah wah wah, pada kecewa nih kayaknya..” ujar Reno memanasi. Simon hanya tertawa.
“Oke lanjut ya, makanan favorit semua masakan istri. Ah ini pasti asiaten saya nih.. Hahha.. Saya koreksi ya.. Lebih tepatnya makanan yang istri saya makan saya juga makan”
“Hahahaha..” Reno tergelak di tempat duduknya yang juga di iringi tawa yang lain. Reno tahu betul kalau Maria pasti jarang memasak.
“Oke hobby, bener sih suka olah raga dan tilawah.. Tapi kalau tilawah itu lebih kewajiban setelah shalat sih, terutama shalat magrib dan subuh. Hehe”
Simon lanjut memberikan materinya yang berlangsung hingga 15 menit sampai akhirnya sesi tanya jawab dengan Reno.
“Nah, tadi ini kan tentang bagaimana berorganisasi ka kak, gimana sih seharusnya kita kalau berorganisasi itu?”
“Simple, kalau kalian ikut sebuah organisai, maka jika kalian anggota adalah kalian harus nurut apa kata ketua kalian. Dan jika kalian adalah ketua maka jadilah ketua yang berprinsip..” jelas Simon
“Apa itu artinya kota harus anti kritik?” tanya Reno kritis.
“Iya dan tidak.” jawab Simon mengangguk lalu menggeleng.
“Iya jika memang kritikan itu membangun dan tidak jika kita merasa bahwa keputusan kita adalah yang terbaik. Intinya akan bagaimana membuat sebuah tujuan tercapai.” jelas Simon tegas yang membuat semua orang terdiam. Antara kagum, kaget dan juga takut? Entahlah suaranya terdengar tegas dan juga lugas membuat semuanya terdiam dan menyelami setiap kata yang telah terucap.
“Alhamdulillahnya selama kak Mon menjabat OSIS memang OSIS IBS dulu itu sangat wow sekali yaa.. Namun setelah itu.. Malah jadi terasa chaos.. Bahkan sampai sekarang belum ada nih angkatan OSIS yang setidaknya menyamai lah OSIS angkatan kakak dulu. Nah menurut kak Mon itu gimana?” ujar Reno. di layar sudah menampilkan berbagai keberhasilan OSIS angkatan Simon. Dari mulai prestasi akademik dan non akademiknya.
Simon tampak berfikir.
“Ah iya, itu adalah kegagalan saya dalam memimpin. Saya akui itu.." Simon menjeda.
" Jadi ceritanya begini, waktu itu saya merasa bahwa penentuan pemilihan ketua OSIS selanjutnya adalah bukan tanggung jawab saya, melainkan tanggung jawab MPK. Jadi saya santai saja dan tidak terlalu ikut campur tentang Proses seleksi dan lain sebagainya. Sampai akhirnya ternyata di pertengahan ketua OSIS terpilih harus di ganti karena satu dan lain hal. Saat itu MPK akhirnya meminta pendapat saya dan saya melilih Yusuf.” layar langsung menampilkan Yusuf dan beberapa prestasinya
“Semuanya cukup baik acara perpisahan angkatan kami buktinya namun itu juga bukan tanpa proses, saya membimbing Yusuf Langs pada saat itu bahkan mengambil alih tanggung jawab pada saat H-3 pelaksanaan kalau ga salah. Padahal Yusuf sudah mengikuti saya kemana pun selama 1 bulan sebelum acara namun tetap masih belum bisa saya lepas sampai pas hari H akhirnya saya percaya kan semuanya pada Yusuf dan alhamdulillah acara perpisahannya sukses..”
“oh begitu.. tapi kan kak Mon sempat down banget ya, nah gimana tuh cara kak Mon buat menghadapi rasa down itu.” Reno menganggukan kepalanya.
“Lupakan kesalahan dan fokuslah kepada apa yang bisa diperbaiki. Waktu itu awalnya saya meminta Raffi selaku wakil saya untuk membina Yusuf namun ketika tak ada perkembangan, saya sendiri yang mebinanya.. walaupun banyak cibiran dan perkataan yang tak enak, tapi saya mengakui bahwa itu salah saya dan saya ingin melakukan yang terbaik yang masih bisa saya berikan.."
Suara tepuk tangan menggema di lapangan itu. Terlebih ketika kata kalimat Simon terakhir muncul di layar..
“Jadi itu juga bisa kita gunakan di organisasi manapun kan kak? Walaupun bukan OSIS?” kini Reno Bertanya pertanyaan yang menjadi inti dari acara ini.
“Ya tentu saja, di OSN, olah raga, maupun da’wah dan musik, apa lagi yang belum di sebut? Ah iya paskibra dan lain lain..”
“Dimana pun kita, bukan tentang tempatnya. Tapi tentang diri kita. Mau jadi apa dan seperti apa.. Jangan fokus pada kegagalan karena orang punya jatah gagalnya masing masing. syukur syukur jatah gagal kita ha is di masa muda jadi masa tua kita tinggal menikmati kesuksesan..” ucap Simon berwibawa.
Reno tersenyum bangga. melihat Simon yang sekarang dan yang dulu memang tak jauh berbeda. Hanya saja sekarang Simon lebih tenang dan juga matang. Setiap perkataannya tak mengandung emosi menggebu gebu seperti dulu.
“Baiklah sekarang saatnya sesi tanya jawab dari hadirin silahkan, dari siswa dulu..”
Seorang siswi mengangkat tangannya.
Silfi, siswi yang kemarin meraih perak geografi.
“Sa.. saya Silfi, kelas X-1 Unggulan..”
Simon mengangguk, lalu meminum minuman di depannya.
“Bicara masalah kegagalan, kemarin saya baru saja menghadapinya. Mungkin semua sudah tau kalau saya gagal dapat emas OSK kemarin dan malah dapat perak. Bukan tidak bersyukur kak, tapi rasanya entah mengapa sakit hati sekali. Poin kami hanya selisih 2. Padahal, hanya sedikit lagi, maka saya…” Silfi tak mampu melanjutkan karena kembali menangis.
Simon menghela nafasnya, dia melirik Reno.
“Ah iya Silfi kakak mengerti,karnea kebetulan kakak juga menjadi tim pelatih di OSK kemarin. jadi kak Mon bisa kasih sedikit kata penghibur untuk adik kita ini?” ucap Reno.
“Em Silvi masih kelas 10 kan? Dan sudah dapat perak. Itu bagus sekali, kamu punya tabungan untuk tahun depan. Dulu Kak Reno juga perlu beberapa tahun untuk akhirnya dapat emas IMO. semuanya butuh proses, dan diantara proses itu mungkin ada kegagalannya. Jatah gagal kamu sudah berkurang satu, dan semoga saja memang cuma satu. Kedepannya semoga keberhasilan yang selalu menyertai kamu” ucap Simon yang diiringi tepuk tangan seluruh hadirin yang hadir.
“Tapi kak Maria bisa tanpa gagal sekalipun. Setiap kejuaraan yang dia selalu juara, dia bahkan juara IMO pada saat sedang mempersiapakn IChO..” Sela Silfi cepat.
“Kak Mar, panutan aku tapi kenapa aku ga bisa kayak beliau? Hiks..” lanjutnya sambil menangis kembali
Ditempat duduknya, Maria menggaruk kepalanya. Meminta maaf secara tak langsung kepada hadirin yang memperhatikannya karena namanya terseret.
“Ah iya kak Mar emang super jenius,”
Simon melirik Maria dari ekor matanya,
“Ehm.. sebenarnya yang bisa menjelaskan proses hidupnya adalah dia sendiri. Tapi karena kami satu angkatan dan kami saling mengenal jadi sedikit banyak saya tahu..” ucap Simon karena Maria sudah mengkodenua untuk tak berkata macam-macam.
Sementara Reno berdehem pelan sambil melirik Maria yang sudah memelototi nya.
“Kamu tahu, dulu dia viral banget di angkatan kami. Karena hampir setiap bulan ada aja baliho ucapan selamat dari sekolah untuk nya. Dan saya sebagai ketua OSIS tentu saja mengurusi pemasangannya. Hehe..”
“Silfi tahu kenapa tahun pertama dia ga ikut olimpiade apa apa tapi tiba tiba ikut olimpiade IMO?”
Ditempatnya Silfi menggeleng.
“Karena dia masuk organisasi pembuat soal OSK sampai OSN. yang menyebabkan sekolah kita ga boleh ngirim perwakilan Math ke OSK. dan memang dia juga tak mau mengikuti OSN Math. Sudah bosan katanya dan lebih minat ke kimia. Sejak tingkat 1 akselerasi dia terus les kimia. Tiap hari kerjaannya bawa 5-6 buku pelajaran kimia dari berbagai penulis bahkan beberapa diantaranya ada yang dari luar negeri. Apa kak Maria pernah menceritakan ini kepada kalian?”
Semua siswi menggeleng.
“Ya, karena yang selalu membawakan bukunya adalah kakak nya Raffi, yang kebetulan sekarang dia asisten saya.. Hehe kami sangat dekat waktu di IBS.. ” simon tertawa kecil. Sementara MAria hanya menggelengkan kepalanya meminta Simon untuk berhenti. Tapi Simon hanya meliriknya sekilas.
“Terkdang dia bawa kamus bahasa inggris amerika, inggris British dan bahkan bahasa mandarin karena beberapa buku dari luar negeri ga dia mengerti. Makanya kemampuan bahasa inggrisnya bagus sekali dan dia diterima di kampus luar negeri.. Selama 2 tahun penuh itu dia benar bener belajar kimia, sampai akhirnya OSK ketika tingkat ke 2 akselerasi dan dapet emas waktu itu lalu saya juga dapat perak karena kami memang sempat les bareng. Tentunya dia lanjut ke OSN dan dapat emas lagi dan lanjut ke IChO. sampai akhirnya juara. Apakah itu instant?”
Silfi menggeleng lagi.
“Yang kamu lihat hanya ketika persiapan 2 bulan dan langsung juara IMO lagi. Tapi kamu ga tau dia les matematika dari SD sampai SMP smpai bisa juara di IMO pertama kalinya. Lalu di IChO, yang kamu lihat hanya 1x coba langsung juara, tanpa kamu tahu kalau pengorbanan dia selama 2 tahun untuk belajar kimia dari nol karena basic dia Math dari SD jadi sedikit susah katanya ketika belajar kimia. Nah begitu juga dengan kamu, kamu masih punya 2 tahun lagi untuk bisa meraih emas. Hanya tinggal apa saja evaluasi kamu belum fahami dan belajar belajar lagi. Saya yakin Kak Mar akan membimbing kamu sampai kamu juara internasional..”
Tepuk tangan kembali terdengar kali ini lebih meriah karena ditambah siulan dari para teman seaangkatannya.
“Terimaksih kak,, “ ucap Silfi yang langsung merasa lebih baik setelah mendengar cerita dari Simon.
"Wahh sepertinya kak Mon ini tau betul ya tentang kak Maria?" ujar Reno dengan nada menggoda. Ditempatnya, Maria melotot pada Reno
Simon hanya tersenyum tipis lalu berkata "kami dulu satu angkatan"
“Oke lanjut, ada lagi?” ucap Simon mengalihkan pembicaraan.
“Saya Maulana, kelas XI MIPA 2. Kak seberapa besar peran orang tua terutama ayah karena kakak adalah laki laki dan aku lihat kakak kayaknya sangat gentleman banget apakah itu artinya kakak sangat dekat dengan ayah kakak atau bagaimana proses kakak sampai dengan saat ini?” ucap seorang siswa laki laki yang tampan itu.
Simon tersenyum lalu mengangguk
"terimakasih pujiannya Maulana. Saya di bilang gentleman hehe.."
Maulana mengangguk di tempatnya.
“Em.. saya punya dua orang papa yang sangat berjasa dalam hidup saya. Yang pertama tentu saja papa kandung saya, beliau yang mengajarkan dan mendidik saya dari kecil untuk jadi pribadi yang pemberani, bertanggung jawab dan pastinya taat agama. Makanya beliau menyekolahkan saya disni. Sampai usia SMP beliau masih menjadi teman yang sangat baik bagi saya. Memberikan pendidikan yang terbaik. Apapun yang saya rasakan pada saat itu saya ceritakan kepada beliau. Apapun yang beliau bisa ajarkan beliau ajarkan kepada saya. Sifat dan pembawaan kami hampir sama kalau kata orang orang yang mengenal kami. Bisa dikatakan semua karakter beliau ada pada diri saya.." Simon menjeda dia menatap sang ayah yang juga menatapnya dengan penuh rasa bangga.
"menginjak masa remaja, Saya menemukan papa baru hehe. Beliau adalah ayah mertua saya saat ini. Dari beliaulah juga saya belajar banyak hal terutama maslah bisnis dan juga organisasi. Sama seperti kepada papa kandung saya saya juga selalu menceritakan Segalanya kepada beliau. dari mulai OSIS, percintaan, fikih agama, pelajaran dan juga bisnis. Jadi bisa dikatakan Dari beliau saya banyak belajar manajerial terutama di OSIS dan bisnis saat itu dan dari papa saya saya belajar bagaimana bersikap sebagai seorang pemimpin. Saling melengkapi hingga akhirnya bisa seperti sekarang ini”
Tepuk tangan menggema di seantero ruangan itu.
Ron semakin menatap bangga anaknya, begitu juga Briyan.
“Terimaksih, apakah sudah terjawab?”
“Tadi kata kaka, ketika masa SMA kaka lebih banyak mendapatkan ilmu dari mertua kakak. Apa itu artinya kakak menikahi anaknya karena dijodohkan atau gimana?”
“Ah itu.. Saya memang berpacaran dengan anaknya waktu itu jadi yaa bisa disimpulkan lah ya hehehe..” ucap Simon. Dia melirik Maria yang lagi, menggelengkan kepalanya memohon.
Reno yang melihat itu langsung menengahi. Takut juga melihat tatapan Maria yang sudah begitu.
“Okay, terimaksih Maulana.. Selanjutnya,?”
“Nama saya Cindy dari kelas XII-IPS 3, siapa istri kakak dan seperti apa orangnya?”
“Uhuyyyy!!!” teriak para teman teman angkatannya yang hadir.
Maria mengerucutkan bibirnya, lalu menunduk. Kenapa harus ada pertanyaan itu?
“Kenapa harus disembunyikan sih sayang?” ucap sang ayah
“Nanti mereka kaget paa..” jawab Maria,
“Pernikahan itu ga boleh di sembunyi sembunyikan, dosa. Nanti menyebabkan fitnah” nasehat Briyan, Maria hanya mengangguk. Dan anggukan itu dilihat oleh Simon seolah tanda bahwa dia boleh menyampaikan fakta pernikahan mereka.
“Tapi jangan kaget ya..” ucap Simon yang langsung di iyakan para siswa/i disana.
“Istri saya ada disini, di hati saya hehehe”