S 1.Rahim 500 Juta
S 2. Cinta Untuk Kanaya
Tania Lorenza, gadis muda yang berprofesi sebagai cleaning service di sebuah perusahaan, dan juga memiliki pekerjaan sampingan menjadi pelayan cafe saat malam hari. Dua pekerjaan itu ia lakoni untuk mengumpulkan uang buat biaya pasang ring jantung ayahnya.
Suatu hari Tania mendapat tawaran oleh direktur utama perusahaan tempatnya bekerja, untuk digunakan rahimnya sebagai bahan percobaan mengandung anak sang direktur tersebut.
Vino Erlangga, seorang direktur utama yang terpaksa mencari seseorang untuk ia sewa rahimnya sebagai percobaan dan pembuktian kepada istrinya yang selalu mengklaim dirinya tidak bisa memiliki keturunan.
Akankah Tania menerima tawaran tersebut, lantaran butuh biaya banyak untuk ayahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHIM 500 JUTA~ BAB 26
Setelah Vino memarkirkan mobil nya didepan bangunan dimana didalam sana banyak nya orang-orang yang ditahan untuk menerima hukuman atas perbuatan mereka, Vino keluar dari mobil nya untuk menemui Elza di dalam sana. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat sebuah mobil yang tak asing terparkir tidak jauh dari mobil nya.
Vino tersenyum menyeringai lalu melanjutkan kembali langkah nya. Hari ini ia bukan hanya akan meminta penjelasan Elza atas selembar kertas yang ditemukan Bara, tetapi juga akan memberi tamparan terhadap lelaki paruh baya yang memiliki kesombongan atas kekuasaan yang tidak murni atas kerja kerasnya sendiri dan selalu membanggakan putrinya. Namun, kenyataannya tidak bisa mendidik putrinya dengan baik, dengan mengatakan semua tingkah laku Elza selama menjadi istrinya.
"Wow, moment yang sangat mengharukan," ujar Vino seiring langkah nya mendekati ayah dan anak yang sedang berpelukan itu.
Elza dan papa nya serentak menoleh ke arah Vino. Pak Herman Santoso yang merupakan papa mertua Vino itu menatap menantunya dengan tatapan penuh permusuhan karena sudah memenjarakan putrinya atas tuduhan melakukan penganiayaan yang sudah direncanakan terhadap wanita hamil, yang menurutnya itu belum tentu kebenaran nya. Terlebih pak Herman sendiri tidak mempercayai tuduhan yang dilayangkan pada putrinya. Maka dari itu saat ia mendengar berita penangkapan Elza, ia langsung bergegas mendatangi kantor polisi dengan membawa seorang pengacara.
"Suami macam apa kamu yang tega memenjarakan Istrinya sendiri!" Pak Herman menatap Vino dengan sinis sembari mengusap punggung Elza yang sedang menangis didalam pelukannya.
Vino terkekeh mendengarnya. "Kenapa Anda tidak menanyakannya juga pada Putri Anda sendiri. Istri macam apa yang tidak pernah mengurus Suami nya dan kerjanya hanya foya-foya dan suka berpesta tidak jelas bersama teman-temannya. Oh ya, bisa dibilang Elza itu hanya menumpang hidup di rumah ku." Balas Vino juga menatap mertua nya itu tak kalah sinis nya.
"Oh tidak, bukan hanya Elza tapi Anda sendiri juga menumpang tenar pada ku. Anda masih ingat bukan? Berapa besar saham yang saya tanamkan di perusahaan Anda hingga berkembang pesat seperti saat ini sampai memiliki beberapa cabang di beberapa kota. 90 %!" Kalimat pengingat yang dilontarkan Vino membuat Pak Herman langsung melirik pengacara nya yang berdiri disampingnya. Sementara Elza langsung mengurai pelukannya dan menatap papa nya meminta penjelasan dari apa yang dikatakan Vino, karena ia sama sekali tidak mengetahui apa pun soal perusahaan papa nya.
"Jadi Saya ingat kan, lebih baik Anda membawa pulang Pengacara Anda ini sebelum Saya membalik telapak tangan dan Perusahaan Anda akan hancur beserta anak-anak cabang nya." ucap Vino lagi dengan penuh penekanan.
Pak Herman pun memberi kode pada pengacara nya agar segera pergi, karena tidak ingin membuat keadaan menjadi lebih runyam. Ia tahu sendiri bagaimana menantunya itu, jika Vino sudah berkata maka itu lah yang akan terjadi. Ia tidak ingin perusahaan nya yang sedang berkembang pesat saat ini hancur seketika di tangan menantunya itu. Nasib baik yang dulu ia dapatkan hanya karena Vino mencintai putrinya sampai menanamkan saham yang sangat besar, dan ia tidak ingin kehilangan itu semua hanya karena masalah ini.
"Vino, kita bisa membicarakan masalah ini baik-baik. Apa yang sebenarnya terjadi dan siapa perempuan hamil itu sehingga kamu tega memenjarakan Elza seperti ini bahkan teman-temannya juga?" ujar pak Herman pada akhirnya. Emosi yang memuncak karena mendengar berita penangkapan Elza, seketika menguap saat Vino membicarakan soal perusahaan.
"Apa Putri mu itu tidak memberitahu mu, hum? Siapa Perempuan hamil yang dianiaya oleh teman-temannya atas pengaruhnya."
Pak Herman beralih menatap Elza, namun putrinya itu menggeleng lalu menundukkan kepala nya.
"Dia adalah perempuan yang sedang mengandung calon penerus ku." ucap Vino yang membuat Pak Herman langsung menatap nya dengan terkejut.
"Apa Maksud mu, Vino?"
"Yah, perempuan hamil yang dianiaya oleh teman-teman Elza itu adalah Istri ku dan hampir saja mereka juga mencelakai calon anak ku, dan itu semua adalah karena ulah Elza yang sudah mempengaruhi teman-temannya."
"Jadi selama ini kamu sudah menduakan Elza?" Pak Herman menatap tak percaya menantunya yang ia tahu sangat mencintai putrinya.
Vino memilih tak menjawab, ia tidak ingin membuang-buang waktu untuk menjawab hal yang tidak penting menurutnya, karena ia tidak pernah merasa menduakan Elza. Ada nya Tania itu juga karena Elza sendiri yang selalu menuduhnya tidak bisa memiliki keturunan.
Vino mengarahkan netranya pada Elza yang terus menunduk seolah tak berani menatapnya.
"Katakan, Elza. Sebenarnya diantara kita berdua tidak ada yang mandul kan?" Sebenarnya sejak dulu kita pasti sudah memiliki anak jika saja kamu," Vino menghentikan kalimat nya. Rasanya ia tidak sanggup mengungkapkan kebenaran jika sebenarnya Elza sengaja tidak ingin hamil, namun ia tidak mengerti kenapa Elza selalu menuduh diri nya yang mandul.
"Vin," Elza mengangkat kepala menatap suaminya itu yang terlihat frustasi.
Vino pun mengeluarkan gumpalan kertas dari dalam saku jas nya lalu melemparkan ke arah Elza. "Jelaskan apa maksud nya itu Elza?" ucap Vino dengan lemah, sungguh ia tidak sanggup mendengar kenyataan bahwa Elza memang sengaja tidak ingin hamil.
Elza menunduk mengambil gumpalan kertas itu lalu membuka nya, seketika ia terperangah melihat isi kertas itu adalah surat lampiran pemasangan alat kontrasepsi. Pak Herman pun mengambil kertas itu dari tangan Elza. Namun, pak Herman tidak mengerti apa maksud nya itu semua.
"Apa yang sekarang ingin kau katakan Elza?" ucap Vino dengan lirih, ia masih berusaha menahan diri agar emosi nya tak kembali menguap.
"Maaf kan aku, Vin."
Vino tersenyum miris mendengar kalimat permintaan maaf Elza. Satu kalimat itu hanya di ucap kan oleh orang yang melakukan kesalahan.
"Jadi itu benar, kau memang sengaja tidak ingin hamil. " Vino tersenyum mengejek diri nya sendiri mengetahui fakta itu. Bisa-bisanya ia baru mengetahui hal ini sekarang. Bertahun-tahun ia telah ditipu oleh Elza.
"Tapi kenapa kau selalu menuduh ku yang tidak bisa memiliki keturunan. Kenapa Elza, kenapa?!" akhirnya Vino pun kembali meluapkan emosinya.
"Vino, Elza, sebenarnya ini ada apa?" Pak Herman benar-benar tidak tahu apa pun yang terjadi diantara anak dan menantu nya ini.
Sementara Elza hanya bisa menunduk berdiri mematung tanpa tahu harus memulai dari mana menjelaskan yang sebenarnya pada Vino.
Sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹 🌹
Terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️