Senja Kumala, anak kecil malang yang lahir dari seorang wanita yang tak menginginkannya. Ia lahir karena hasil pemerkosaan.
Ibunya sangat benci dirinya, ia kerap mendapatkan siksa lahir batin. Bahkan hingga ia dewasa dan menikah, penderitaan Senja belum berakhir.
Wanita malang itu hanya dijadikan istri kedua dan mesin pembuat anak untuk sang suami. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan sosok pria yang masuk ke dalam lembah hitam. Sosok pria yang tidak percaya dengan adanya cinta dan kasih sayang.
Pria itu adalah Karang, anak yang memiliki masa lalu tak mengenakkan dan hampir merusak masa depannya. Dan masa lalu itu ternyata ada kaitannya dengan Senja dan ibunya.
Ada hubungan apakah mereka? Dan mampukah Karang menata kembali masa depannya dengan benar?
Dan siapa cinta sejati di masa depan Senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Terungkapnya Masa Lalu
Suasana masih tegang saat Akmal dan Aldi duduk berdampingan di sofa yang sama. Aldi sudah lebih tenang dari yang tadi, meskipun tatapannya masih mengintimidasi pria yang sudah memporakporandakan adik satu-satunya.
"Aku tidak kabur, Kak. Aku akui aku salah malam itu. Entah kenapa dan apa yang membuat egoku sedang merasa di puncak kepala. Aku hanya ingin mengikat Manda agar tak menikah dengan siapapun, dan bersedia menungguku kembali. Aku pergi ke luar negeri bukan karena keinginanku, Kak. Semua terjadi begitu mendadak. Sejak kejadian itu aku benar-benar merasa menjadi pendosa karena meninggalkan Manda setelah aku rusak dia. Tiga tahun aku berada di negeri orang, aku menyelesaikan pendidikanku di sana dengan cepat. Aku ingin segera kembali ke sini degan harapan aku bisa mencari Manda dan mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku perbuat. Bertahun-tahun aku cari dia, Kak. Tapi sedikitpin aku nggak menemukan titik terang di mana Manda. Hingga akhirnya aku putus asa dan berpikir kalau dia sudah menikah dan bahagia dengan keluarga barunya." Akmal yang semula menggebu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi mendadak sendu.
Mendengar kata keluarga baru membuat ingatan Aldi terlempar pada Senja. Wanita yang sudah Akmal rusak nyatanya tak sempat untuk bangkit dari masa lalu, jangankan memikirkan keluarga, untuk menyanyangi anaknya sendiri terasa begitu susah.
"Kita lupakan sementara masalah kesalahpahaman ini. Kita akan bahas ketika kita sudah banyak waktu luang. Yang terpenting sekarang, selamatkan anakmu dari kungkungan Leo." Aldi memberitahu dengan wajah panik.
"Anak? Aku punya anak?" Akmal begitu terkejut, hatinya terasa teriris pilu.
Sejenak Akmal membayangkan waktunya yang berlalu begitu panjang. Dua puluh tahun, itu artinya dua puluh tahun Manda menjalani ini seorang diri? Hamil, melahirkan, membesarkan, mendidik, merawat dan apapun sendirian? Bayangan kehidupan Manda seketika menari di pelupuk mata.
"Jelas! Kau punya anak dari Manda. Dan kau tahu anakmu siapa? Dia sudah kau temui selama sebulan terakhir."
"Se..Senja, dia."
"Ya, dia anakmu. Singkirkan sejuta pertanyaan yang akan kau ajukan. Selamatkan dulu dia dari Leo. Senja di bawa paksa sama Leo karena mau dijadikan istri. Jangan tanya alasan Leo melakukan ini, karena aku sendiri tak tahu."
"Ini terlalu rumit untukku, bagaimana bi..."
"Sudah aku katakan singkirkan pertanyaan mu! Pergi dan temui Leo atau kalau tidak kau akan terlambat untuk membawa anakmu pergi dari sana. Aku tidak rela jika Senja menjadi istri Leo yang kejam itu, apalagi jadi istri ke dua."
Mendengar bentakan dari Aldi membuat Akmal refleks mengangguk dan berlalu dari sana. Ia sendiri pun tak rela jika anak gadisnya menjadi madu wanita lain.
Dengan langkah cepat secepat laju air matanya, ia menabrak siapapun dan apapun yang menghadang jalannya. Meskipun terlalu banyak pertanyaan yang berjejal di kepala, ia tak sempat memikirkan jawaban dari kebingungnnya itu. Tak ada waktu untuk memikirkan keadaan Manda sekarang, yang dalam pikirannya adalah menyelamatkan Senja dari Leo. Hanya itu yang ia tahu. Ia pun tak sempat memikirkan bagaimana duduk perkaranya hingga Leo meminta Senja untuk jadi istrinya. Ah, ini terlalu membingungkan dan rumit jika harus diterka-terka dengan kepalanya sendiri.
"Akmal, aku ikut denganmu," teriak Aldi saat Akmal baru saja membuka pintu mobil. Pria itu hanya menjawab menganggukkan kepala.
Keduanya bergegas masuk mobil dan meninggalkan parkiran kantor dengan kecepatan tinggi.
"Kak, bisa kau jelaskan bagaimana bisa ini terjadi? Aku benar-benar nggak bisa mencerna apa yang terjadi, kenapa bisa Leo kenal dengan Senja dan memintanya untuk jadi istri." Akmal bertanya tak mengalihkan pandangan dari jalanan. Laju kecepatan mobil yang begitu tinggi membuatnya harus fokus pada setir. Namun, rasa penasaran apa yang sebenarnya terjadi tak mampu membungkam mulutnya.
"Leo bertemu Senja di restoran, dia jatuh hati. Keesokan harinya, dia datang ke rumah bermaksud untuk meminang Senja. Dengan senang hati Manda menerima pinangan itu tanpa persetujuan dari anaknya."
"Bagaimana bisa Manda secepat itu menerimanya? Tanpa mengetahui latar belakang Leo lagi," balas Akmal tak habis pikir dan seakan tak percaya.
"Uang," jawab Aldi pendek.
Kening Akmal mengkerut, "Uang?" ulang Akmal. "Apa maksudnya? Jangan setengah-setengah, Kak aku nggak paham."
Aldi menceritakan secara singkat keadaan Manda setelah malam itu. Malam kelam yang merubah dunianya mereka jadi gelap gulita bagai tak ada lentera. Kehidupan ceria Manda di renggut paksa, merubah gadis yang dulunya baik dan ramah menjadi manusia bejat yang tak ada lagi hati nurani.
Jika dunia Manda runtuh dua puluh tahun yang lalu, di masa kini ganti dunia Akmal yang runtuh. Hatinya begitu sakit mendengar ujaran pegawai yang sekarang ia panggil dengan sebutan 'Kak'.
Kepingan hati yang sejak dahulu retak menjadi dua kini menjadi kepingan terkecil. Berserakan di sembarang tempat dan Akmal tak ada waktu untuk kembali memungut kepingannya. Bahkan jika memungkinkan untuk memungut, ia yakin akan banyak kepingan yang hilang.
Laju mobil dan laju air mata yang sama-sama cepat membuat Akmal kehilangan fokus dan hampir saja mereka mengalami kecelakaan.
"Akmal, jangan pikirkan yang lain. Fokus pada Senja yang butuh pertolonganmu. Jangan pikirkan penyesalanmu, itu tidak penting! Mau seberapa dalam penyesalan yang kau buat nggak akan membuat kalian kembali ke masa lalu. Perbaiki sekarang yang ada di depan mata dengan menyelamatkan Senja. Jangan sampai masa depannya juga hancur seperti ibunya karena orang yang sama," celetuk Aldi yang membuat Akmal merasa tersindir.
Tak bisa dipungkiri Aldi begitu kecewa dan marah dengan pria di sampingnya. Jika saja Senja tak dalam bahaya, ia tak sudi berbaik hati dan bicara dengan pria ini. Aldi rela menyembunyikan rasa kecewanya yang di ubun-ubun dan meruntuhkan egonya demi Senja. Ya, sesayang itu Aldi dengan gadis bernasib malang sejak dilahirkan.
Setelah perjalanan yang terasa panjang dan melelahkan, akhirnya mereka sampai di kantor besar milik Leo. Akmal berjalan cepat meninggalkan kewibawaannya, dengan mata memanas entah karena manahan amarah atau karena menahan lajunya air mata kesedihan, ia tak tahu mana yang tepat dijadikan alasan.
"Mana Pak Leo?" tanya Akmal di meja resepsionis.
"Tuan Leo sedang tidak berada di kantor, Pak. Apa sudah ada janji sebelumnya?" tanya ramah wanita cantik itu.
Saat sedang akan membuka mulut untuk bicara, ekor mata Akmal menangkap sosok Fais yang sedang bejalan ke arahnya.
"Selamat siang, Pak Fais. Saya sedang ada keperluan dengan Pak Leo, bisakah saya bertemu dengannya?" Akmal tak ada waktu untuk berbasa-basi.
"Tuan Leo sedang tak di kantor, Pak. Sejak tadi beliau belum datang ke sini."
'Apa Leo saat ini sedang di rumah? Apa dia sedang melakukan sesuatu terhadap anakku?' pikir Akmal dalam hati.
"Bisa saya minta tolong? Ada hal penting yang harus saya bicarakan. Ini sangat darurat."
"Apa ini soal pekerjaan? Anda bisa bicara dengan saya, akan saya sampaikan pada Tuan Leo nanti," tawar Fais
"Bukan, ini maslaha pribadi."
Fais nampak berpikir, "Baik, saya akan coba hubungi beliau."
next up