Bersabarlah membaca awal kisah ini yang bikin darting, tapi percayalah akan ada pelangi setelah badai, serta akan indah pada waktunya. Eyaaaa.
Follow akun IG ku dulu ya @dindin_812, atau FB : Aililea. Makasih🥰
Farzan berusaha lepas dari sang istri—Grisel yang tak mau memiliki anak serta sering menuduhnya berselingkuh. Awalnya berusaha mempertahankan karena baginya pernikahan adalah sebuah ikatan yang begitu sakral.
Hingga Farzan bertemu dengan Sandra—janda cantik yang berumur lebih tua darinya. Kebaikan hati Sandra, membuat Farzan jatuh hati, hingga dirinya akhirnya memutuskan pernikahan dengan Grisel.
Lantas, apakah Farzan bisa lepas dari Grisel, serta mendapatkan wanita pujaan hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon din din, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti kutukan
Sandra menonton siaran langsung klarifikasi dan permintaan maaf dari Grisel di ruang kerjanya, memandang wanita yang begitu cantik dan anggun tapi ternyata memiliki hati yang buruk.
“Wanita itu, apa benar-benar meminta maaf?” Sandra bertanya-tanya sendiri.
Sandra sendiri merasa tak yakin jika Grisel benar-benar meminta maaf. Wanita dengan sikap angkuh dan sombong itu terkesan mudah sekali meminta maaf kali ini.
“Ya sudah, untuk Pak Gilang hanya memberinya ultimatum untuk minta maaf. Coba saja jika yang lain, dia bisa apa?” Sandra menaikkan kedua pundak sebelum menurunkan lagi.
Permasalahan Grisel, Farzan, dan Joya memang bukan urusannya, tapi entah kenapa Sandra ikut kesal setelah mengetahui cerita tentang Grisel dari Farzan.
**
Saat malam hari. Grisel sejak siang tadi berada di apartemen pria yang menolong dirinya. Dia pun sebenarnya bingung kenapa harus di sana, tapi tak bisa menolak karena sejak awal sudah setuju untuk menuruti ucapan pria yang mau menolongnya itu.
“Ini surat kontrak kerja.” Pria yang membawa Grisel meletakkan stopmap di meja.
Grisel menatap pria itu, lantas meraih stopmap dan membuka untuk melihat isinya.
“Darren?” Grisel membaca nama yang tertulis di bagian pa;ing bawah, nama direktur utama perusahaan dirinya akan tandatangan kontrak.
Grisel menatap pria yang duduk berhadapan dengannya itu, pria itu tersenyum hangat kepadanya.
“Anda Darren Adyaguna?” tanya Grisel memastikan, setelah seharian pria itu tidak mau menyebutkan nama.
“Sekarang kamu tahu,” jawab pria bernama Darren itu.
Grisel menghela napas kasar, bagaimana bisa dirinya tidak tahu siapa pria itu. Salah satu pria yang memiliki perusahaan besar di bidang fashion.
“Maaf karena tidak mengenali Anda,” ucap Grisel.
“Tidak masalah,” balas Darren. “Tidak mengenali, tapi kamu mau bersamaku itu saja sudah cukup.”
“Kenapa Anda menginginkan saya bersama Anda, sedangkan Anda pastinya sudah memiliki keluarga?” tanya Grisel kemudian.
“Bukankah aku sudah mengatakan berkali-kali, aku menyukaimu dan menginginkanmu, aku bisa mewujudkan apa yang kamu inginkan. Apa kamu akan melewatkan kesempatan itu? Sedangkan kamu sekarang dalam ambang keterpurukan?” tanya Darren balik untuk menjawab pertanyaan Grisel.
Grisel terdiam, hingga kemudian menatap surat kontrak kerja yang ada di depan mata. “Jika ini bisa membuatku bangkit, mungkin membuat pilihan ini adalah hal yang tepat. Aku tidak ingin diinjak dan diremehkan, aku tidak ingin ditertawakan atau dihina,” batin Grisel.
Tanpa pikir panjang, Grisel menandatangani surat kontrak kerja itu. Jika mungkin dirinya akan menjadi selingkuhan Darren, Grisel sudah tidak peduli. Asal kariernya selamat dan dirinya bisa senang, maka Grisel takkan melewatkan kesempatan itu.
“Pilihan pintar.” Darren mengambil stopmap itu. “Mulai sekarang, jika aku menghubungi, aku ingin kamu ke apartemen ini,” ucapnya kemudian.
Grisel mengangguk tanda setuju, baginya kini adalah bangkit dan membuat rencana untuk membalas semua yang sudah memperlakukan dirinya buruk.
**
Farzan pulang ke rumah yang dulu ditempatinya dengan Grisel. Ia mengemas barang-barang miliknya karena sudah tidak mungkin tinggal di sana. Farzan memang memberikan rumah itu untuk Grisel sebagai harta gono-gini mereka, setelah Grisel menandatangani surat perceraian mereka, maka Farzan pun sudah melepas dan merelakan.
“Anda dan Nyonya benar-benar bercerai?” tanya pelayan rumah Grisel.
“Ya, Bi. Tidak ada yang bisa aku harapkan lagi darinya,” jawab Farzan dengan senyum kecil di wajah.
Pelayan Farzan merasa kasihan dengan pria itu. Wanita paruh baya itu tahu bagaimana Farzan selalu bersikap baik dan sabar pada Grisel.
“Tuan, apa saya boleh ikut Anda?” tanya pelayan itu saat membantu Farzan berkemas.
Farzan cukup terkejut dengan pertanyaan pelayan itu. Ia menatap pelayan yang sudah ikut dengannya selama bertahun-tahun ini.
“Lebih baik Bibi tinggal di sini, akan lebih leluasa bekerja di sini. Aku sendiri masih tinggal di apartemen, Bi.” Bukannya Farzan tak mau jika wanita itu ikut dengannya, hanya saja Farzan takut jika tidak bisa memberikan tempat yang layak untuk wanita itu.
“Tapi saya lebih nyaman bekerja dengan Anda,” ucap wanita paruh baya itu lagi.
Tanpa Farzan dan pelayan itu sadari, Grisel sudah pulang dan mendengar percakapan keduanya. Grisel sangat marah karena ternyata pelayan rumahnya pun lebih memilih Farzan.
“Pergi tinggal pergi, kenapa harus menjelekkanku, hah?” Suara Grisel terdengar begitu lantang dan keras.
Wanita paruh baya itu sangat terkejut, hingga bersembunyi di belakang punggung Farzan.
Farzan terkejut mendengar suara Grisel, hingga menatap wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu berdiri di ambang pintu, memandang dirinya dengan amarah berapi-api.
“Siapa yang menjelekkanmu?” tanya Farzan dengan nada suara biasa.
“Ck … kalian pikir aku tidak tahu kalau sedang bergunjing tentangku!” Grisel membuang muka, sebelum kemudian menatap Farzan lagi.
“Bawa pergi saja pelayan sialanmu itu, aku tidak membutuhkannya!” hardik Grisel. “Aku bisa mendapatkan pelayan yang jauh lebih baik darinya!” imbuhnya membentak.
Pelayan rumah Farzan terkejut Grisel mengatainya seperti itu, bahkan manik mata wanita itu kini terlihat berkaca-kaca.
Farzan terperangah mendengar Grisel yang membentak hingga menggunakan kata kasar, tak menyangka jika semua kejadian yang menimpa Grisel tak membuat wanita itu berubah.
“Jika kamu tidak menginginkannya, kamu tidak perlu membentaknya apalagi bicara kasar! Dia lebih tua darimu, seharusnya kamu lebih sopan padanya!” bentak Farzan ganti.
“Halah! Jongos ya jongos, mau tua atau muda, nggak pantas dihormati!” hardik Grisel menghina.
Farzan menggelengkan kepala, andai Grisel masih istrinya, mungkin dia akan memberi pelajaran agar tahu sopan santun. Namun, Farzan juga menyadari jika berdebat dengan Grisel takkan ada gunanya.
“Bi, kemasi barangmu. Kita pergi dan tinggalkan wanita gila ini sendirian di rumah ini!” perintah Farzan pada akhirnya.
Wanita tua itu mengangguk, sebelum kemudian berjalan dengan menundukkan kepala dan melewati Grisel untuk keluar dari kamar itu.
Farzan sudah selesai mengemas pakaiannya, lantas menyeret koper dan berjalan melewati Grisel. Namun, Farzan sejenak berhenti, sebelum kemudian melirik Grisel yang terlihat semakin angkuh dan sombong.
“Ingat, karma itu ada. Mungkin Tuhan masih memberimu kesempatan, tapi kelak saat Tuhan murka, kamu akan mendapatkan balasan dari semua perbuatan yang telah kamu lakukan!”
Ucapan Farzan seperti sebuah kutukan, pria itu lantas berjalan meninggalkan Grisel begitu saja.
“Lihat saja, aku akan membuatmu menyembahku. Aku akan membuatmu menyesal telah meninggalkanku, Farzan!”