Sheina harus menelan pil pahit karena laki-laki yang dibencinya dari SMA tiba-tiba menuduhnya sebagai wanita malam, dan membuatnya kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Tak cukup sampai di situ, Sheina juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah hamil tanpa suami.
Akankah laki-laki itu bisa meluluhkan hati Sheina yang sudah terlanjur membatu, demi anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TGM Bab 35
Bara meminta papanya untuk berbicara empat mata. Dengan berat hati, papa Bara meminta maaf pada Hans dan berjanji untuk bertemu lagi.
Bara melihat Hans yang keluar dari ruangan papanya. Setelah itu, ia duduk tenang berhadapan dengan laki-laki yang kini menatapnya dengan tajam. Bara mengambil napas dalam, memastikan setiap kalimat yang akan dia ucapkan bisa meyakinkan papanya untuk mendukungnya.
"Siapa perempuan itu? Dari keluarga mana?" tanya papa Bara.
"Namanya Sheina Yudha Atmaja. Putri kandung Yudha Atmaja kalau papa kenal," jawab Bara dengan yakin.
"Yudha Atmaja, bukannya anaknya yang jadi artis itu?"
"Bukan, Pa. Dia jadi pegawai biasa. Aku suka dia dari SMA, dan karena kebodohanku, dia harus menderita." Bara menunduk. Ia tidak akan menjadi laki-laki pengecut lagi.
"Memang apa yang sudah kamu lakukan?"
"Empat tahun lalu, aku memper*kosanya, lalu aku LA tanpa tahu dia mengandung anakku." Bara menatap wajah papanya dengan berani.
"Kamu yakin kalau itu anakmu? Kamu sudah tes DNA?"
Bara membuka ponselnya. Lalu, menunjukkan gambar Gabriel dan Bara. Papa melihatnya dengan emosi. Bocah kecil itu sangat mirip dengan Bara kecil, papa benar-benar tidak menyangka bahwa putranya melakukan hal yang memalukan itu.
"Anak kurang ajar." Papa Bara menampar wajah Bara dengan keras. "Memalukan."
"Aku emang salah, Pa. Aku memalukan. Jadi, tolong restui aku, Pa."
"Merestuimu dengan wanita bodoh itu? Wanita yang rela ditiduri demi anak. Dia pasti mengincar hartamu saja, Bara. Jangan bodoh!" Papa berdiri dan memaki Bara yang masih terduduk di kursinya.
"Aku nggak bodoh, Pa. Dia nggak pernah menggoda aku. Aku memper*kosa dia saat mabuk, dan aku sangat cemburu waktu itu. Dia bahkan diusir orang tuanya, dan melahirkan seorang diri." Bara kini berdiri. Ia sangat marah karena papanya menghina Sheina.
"Sekarang dia baru memintamu untuk menikahinya? Kalau dia minta tanggung jawab, kasih uang tiap bulan. Tidak perlu menikahinya." Papa Bara berteriak
"Pa, aku ingin menikahinya. Aku mencintai dia dari awal. Dia bahkan tidak pernah memberitahuku, atau pun mengaku kalau dia punya anak sama aku. Dia benci banget sama aku, Pa. Sekarang aku lagi berusaha dapatin hatinya. Aku nggak peduli Papa merestui atau nggak, aku akan tetap nikahin dia." Bara beranjak, meninggalkan ruangan papanya dan kembali ke ruangannya sendiri.
Perjuangan Bara untuk mendapatkan Sheina memang terasa semakin berat. Akan tetapi, ia tidak akan menyerah. Apalagi wajah Gabriel yang tertawa terus membayanginya.
"Daddy akan terus berjuang demi kamu Gab." Bara menatap wajah Gabriel yang tersenyum di layar ponselnya.
Mengingat Gabriel, Bara jadi merindukan bocah itu. Sedang apakah dia? Bara menghubungi Sheina untuk menanyakan Gabriel.
"Shein. Kalian udah pulang?" tanya Bara saat Sheina menjawab panggilannya. Bara senang karena Sheina mau menghargai rumah pemberiannya.
"Iya, baru aja sampai rumah. Gabriel tidur, nanti aja aku telfon balik," jawab Sheina.
"Shein. Jangan dimatiin. Nggak ada Gabriel kan aku bisa ngobrol sama kamu."
"Mau ngobrolin apa emangnya?"
"Apa aja, yang penting ngobrol. Kapan kita nikah, misalnya."
"Masih lama, Bar. Kalau kamu bisa yakinin papaku, mungkin aku bisa pertimbangin lagi." Sheina terlihat canggung karena untuk pertama kalinya ia dan Bara melakukan panggilan video.
"Besok mungkin aku ketemu papa kamu. Kira-kira aku pulang dengan selamat atau pulang tinggal nama ya, Shein."
"Mungkin kamu langsung dilarikan ke rumah sakit. Aku aja hampir dipukulin, apalagi kamu." Sheina tertawa kecil. Bara yang melihatnya jadi semakin berbunga-bunga.
"Maafin aku Shein. Aku akan lakuin apa pun, supaya bisa nikahin kamu. Walaupun aku harus mati."
"Kalau kamu mati, kita nggak akan nikah, Bar."
"Iya juga sih. Tapi kamu mau, kan, nikah sama aku?"
"Kalau keluargaku dan keluarga kamu setuju, demi Gabriel aku akan berusaha terima kamu."
🥀🥀🥀
Kalem kalem, makin papanya galak, makin berat perjuanganny, makin kuat Bara mempertahankan Sheina. Makin besar juga cinta Sheina sama Bara.😘😘
...****************...