"Aku kira pernikahan ini seperti kisah di novel romansa yang sering aku baca. Berawal dari perjodohan dan berkahir dengan cinta sungguhan. Ternyata, aku salah." -Elyna Prameswa-
Menjalani biduk rumah tangga tanpa adanya cinta sudah lumrah pada cerita fiksi novel romansa modern. Beda halnya dengan Elyna yang mengharapkan suaminya melihatnya sebentar saja. Jangan hanya menjadikannya bahan jinjingan ketika menghadiri acara penting perusahaan. Padahal, pada nyatanya dia terus diabaikan selama menikah dengan pria yang bernama Rifal Addhitama. Seorang suami yang mengharapkan wanita lain untuk kembali padanya. Bukankah itu sangat menyakitkan?
Akankah Elyna mampu mempertahankan rumah tangganya? Ataukah dia menyerah, memilih pasrah dan mengikhlaskan suaminya kembali ke pelukan wanita yang memang dia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Menjadi Teman
Pelukan hangat yang diberikan Rifal tak lantas membuat Elyna menghentikan laju air matanya. Inilah definisi sakit yang sesungguhnya. Tangan Rifal tak segan mengusap lembut punggung Elyna. Ada rasa bersalah yang menjalar di hatinya saat ini.
Lama mereka berpelukan, sedikit demi sedikit tangis Elyna pun reda. Rifal mulai mengurai pelukannya. Dia menatap lekat nektra mata sendu Elyna. Tangannya mengusap lembut wajah Elyna yang basah karena air mata yang belum juga surut.
"Maafkan saya." Elyna menggelengkan kepala. Dia mulai mencoba meraih tangan sang suami yang tengah berada di kedua pipinya.
"Aku yang harusnya minta maaf. Aku sudah lancang mencintai kamu, Mas. Aku sudah menjadi manusia yang tak tahu diri karena sudah mencintai pria yang jelas-jelas mencintai wanita lain. Sekali lagi maafkan aku, Mas." Senyum pilu terukir di wajah Elyna.
Perlahan tangan Elyna melepaskan tangannya dari tangan Rifal. Senyumnya masih mengembang meskipun senyum penuh kepiluan.
"Lakukan apa yang membuat kamu bahagia, Mas. Aku ikhlas menerimanya." Sebuah keputusan yang Elyna ambil sudah pasti akan menyakiti hatinya. Namun, itu tidak masalah untuknya. Dia harus ikhlas dengan ketentuan Tuhan.
Ketika Elyna hendak pergi meninggalkan Rifal, tangannya dicekal oleh sang suami. Langkah Elyna pun terhenti.
"Bisakah kita memulai dari awal?" Sebuah pertanyaan yang harusnya membuat Elyna senang. Namun, dia malah merasa tidak tenang.
Elyna membalikkan tubuhnya, menatap Rifal dengan tatapan serius. "Jikalau, memulai karena Papih, lebih baik jangan, Mas. Aku tidak ingin memaksamu, Mas. Cukup kamu dipaksa menikah dengan wanita seperti aku."
Elyna tidak ingin kepura-puraan. Dia hanya ingin sebuah kejujuran yang datang dari lubuk hati Rifal yang paling dalam. Elyna kembali melanjutkan langkahnya dan tiba-tiba Rifal memeluknya dari belakang.
"El, saya serius ingin mengulang semuanya dari awal. Saya juga bingung, kenapa sekarang ini saya selalu ingin dekat dengan kamu."
Benarkah? Begitulah hati Elyna berkata. Akan tetapi, haruskah dia percaya?
"Bolehkah saya mengenal kamu lebih dalam lagi?" Tubuh Elyna tiba-tiba menegang. Antara percaya dan tidak dengan apa yang dia dengar.
Perlahan Elyna membalikkan tubuhnya. Dia menatap suaminya dengan sorot mata penuh tanya. Dia melihat nektra mata Rifal pun sendu.
"Kita mencoba untuk jadi teman. Saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu. Saya janji tidak akan menyentuh kamu."
Tatapan penuh keseriusan Rifal tunjukkan. Sorot mata penuh harap dapat Elyna tangkap. Cukup lama mereka berdua saling tatap hingga akhirnya Rifal menggenggam tangan Elyna.
"Apa kamu mau jadi teman saya?" Kini, kalimatnya Rifal ganti. Elyna memejamkan mata sejenak. Dia pun mengangguk dan membuat Rifal tersenyum lebar.
"Makasih, ya." Senyum Rifal menular kepada Elyna.
.
Rifal tak segan membantu Elyna di dapur. Banyak kejadian lucu di antara mereka berdua. Terutama Rifal yang terus menangis ketika mengupas bawang.
"Kenapa bawang merah jahat banget sih?" Elyna malah tertawa. Dia mengambilkan tisu untuk Rifal.
"Elapin dong, nanti kalau saya yang elap makin nangis." Elyna tergelak dengan begitu lebar. Dia pun mengusap lembut mata Rifal yang sudah basah.
Semua masakan yang Elyna masak sudah siap. Sudah disajikan juga di meja makan. Namun, tetiba Elyna tidak berselera.
"Loh, kenapa gak makan?" tanya Rifal. Dia sudah mengambil nasi juga sayur dan lauk yang Elyna masak. "Enak loh."
Elyna menggeleng. Dia malah menyandarkan punggungnya di kursi meja makan. Menatap makanan dengan tidak berselera.
"Mau saya suapin?" Pertanyaan Rifal membuat Elyna menatap Rifal, sebuah senyuman terukir di wajah tampan itu. Dia juga sudah mengangkat sendok untuk menyuapi Elyna. Namun, Elyna menggeleng.
"Makan dong, nanti kamu sakit," ujar Rifal yang mulai menunjukkan perhatian.
"Aku ingin makan seblak komplit." Elyna menatap ke arah Rifal dengan mata bak boneka. Bukannya marah Rifal malah tertawa. Dia pun mencubit gemas pipi Elyna.
"Saya selesaikan makan saya dulu, ya." Elyna mengangguk dengan cepat. "Lebih baik kamu bersiap." Elyna pun menggeleng.
"Aku mau nemenin Mas makan sampai habis dulu." Tak segan Rifal mengusap lembut ujung kepala Elyna yang tertutup hijab.
.
Mereka menuju tempat seblak yang diinginkan. Ternyata sistem di sana prasmanan. Jadi, Elyna bisa pilih sesuai dengan yang dia inginkan.
"Kang, level lima, ya." Mata Rifal melebar mendengarnya.
"Jangan, Mas. Level dua aja." Elyna menatap Rifal dengan tatapan aneh.
"Seblak kalau gak pedes gak enak atuh," keluh Elyna.
"Level dua aja cabenya dua sendok sayur. Itu udah pedas," balas Rifal tak mau kalah.
"Mas, tapi-"
"Kamu punya penyakit lambung, El." Kekeras kepalaan Elyna buyar sudah mendengar ucapan lembut Rifal. "Mau 'kan dengar ucapan saya."
Elyna bagai anak kucing. Dia pun mengangguk. Rifal pun tersenyum menang. Namun, tanpa Rifal ketahui Elyna minta level tiga kepada si akang seblak.
"Saya ke mini market dulu, ya." Rifal meminta ijin kepada sang istri dan dijawab anggukan oleh Elyna
Rifal membeli beberapa kaleng susu untuk menetralisir rasa pedas yang nantinya akan menyerang lidah Elyna. Dia banyak melihat para food vlogger melakukan hal ini.
"Mas beli apa?" tanya Elyna. Dia melihat suaminya membawa kantong keresek minimarket ternama.
"Beli susu buat netralisir rasa pedas." Elyna malah tertawa.
Seblak pesanan mereka pun sudah siap. Rifal memilih menu yang lebih sedikit dari Elyna. Perutnya masih kenyang.
"Punya kamu merah amat," ucapnya. "Kita 'kan sama-sama pesan level yang sama."
Elyna hanya menunjukkan giginya. Rifal menatapnya dengan tatapan tajam.
"Aku lagi pengen makan yang pedas, Mas."
"Ya udah." Mengalah, itulah yang Rifal lakukan.
"Makasih, Mas." Senyum bahagia terpancar di wajah Elyna. Rasanya dia sangat jarang melihat istrinya tersenyum seperti ini.
Melihat betapa nikmatnya Elyna makan, membuat perut Rifal kenyang duluan. Ini kali pertama dia melihat Elyna makan selahap ini.
"Mas, makan seblaknya," ucap Elyna dengan mulut yang penuh. Rifal mengambil tisu dan mengusap lembut ujung bibirnya yang terdapat kuah seblak. Perlakuan manis itu membuat Elyna terpaku.
"Kebiasaan, makannya kaya anak kecil." Rifal terkekeh, beda halnya dengan Elyna yang masih menatap Rifal.
"Mas, jangan buat hati aku melompat dari tempatnya." Rifal malah tertawa dan lagi-lagi dia mencubit gemas pipi Elyna. Semakin ke sini Elyna semakin lucu dan menggemaskan.
Elyna dan Rifal menghabiskan seblak yang mereka pesan. Elyna hendak membuka kaleng susu murni yang sudah Rifal beli, tapi tangan Rifal lebih cekatan dan membukakannya untuk Elyna.
"Makasih, Mas."
Bahagia rasanya menjalani hari ini bersama sang suami. Tidak ada raut terpaksa dari wajah Rifal. Pria itupun nampak senang.
"Kamu besok mau 'kan kembali ke Jakarta? Kalau kamu tidak mau pun saya tidak akan memaksa. Nanti, setelah selesai acara saya akan kembali lagi ke sini."
"Kok gitu? Gak apa-apa jika Mas akan tinggal di Jakarta juga," sahut Elyna.
"Tidak, pekerjaan saya bisa saya bawa ke sini. Saya tidak akan meninggalkan kamu jika tidak ada hal yang penting."
Ya Tuhan, apakah kali ini Elyna harus percaya? Namun, Rifal teramat serius dengan ucapannya.
"Ya udah, aku ikut." Biarlah Elyna yang mengalah. Dia juga ingin tahu apakah suaminya ini benar-benar serius dengan ucapannya?
"Makasih, ya." Elyna pun tersenyum mendengar ucapan Rifal.
Sebelum pulang Elyna, meminta ijin kepada Rifal untuk ke kamar mandi terlebih dahulu. Ponsel dan tasnya dia tinggalkan bersama Rifal. Terlihat ada panggilan masuk di ponsel Elyna. Rifal mencoba melihatnya. Nama yang tertera di sana membuatnya penasaran.
"Mas Fareeq," gumamnya.
Rifal mencoba untuk acuh, tapi orang itu terus menghubungi nomor Elyna. Rasa penasarannya mulai memuncak. Dia pun akhirnya meraih ponsel Elyna, menjawabnya.
"Assalamualaikum, El. Bagiamana kabar kamu?" Suara itu begitu lembut membuat aliran darah Rifal mengalir dengan begitu cepat.
"Anda siapa?" Rifal tak tahan. Akhirnya dia membuka suara.
Fareeq nampak bingung, dia pun balik bertanya. "Kamu siapa? Kenapa dengan lancangnya kamu menjawab telepon di ponsel Elyna."
"SAYA SUAMINYA!"
...***To Be Continue***...
Komen dong..
di sat orang2 yg kita sayang telah tiad
salam dari sang mantan /Smile//Smile/
dan menepati janji ny
tapi masalalujugamshbrersemayam i dah do hati kang Rifal.
dan sakit
jangan berhara kepada manusia klu tak ingin kecewa dan sakit../Sob//Sob//Sob/
melihat kaudan dia...