Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Hah, sudahlah kalau itu maumu, Dodi. Lama-kelamaan nanti aku yang keluar dari rumah ini," kesal Bu Nining sembari melangkah kembali menuju kamarnya. Wanita paruh baya itu menggerutu karena lagi-lagi Dodi kekeh dan tidak mau mendengar ucapannya.
Anissa segera berlari dan menjauh dari tempat tersebut ketika Bu Nining berjalan ke arahnya. Ia bersembunyi di tempat yang aman, yang tidak terlihat oleh wanita paruh baya itu.
"Hmm, aku salut sama Mbak Arini. Dia sanggup tinggal bersama nenek-nenek yang mulutnya ember itu selama enam tahun di rumah ini! Kalau aku pasti sudah kabur bersama Mas Dodi," gumam Anissa yang masih mengintip Bu Nining hingga wanita itu menghilang dari balik pintu kamarnya.
Setelah Bu Nining masuk ke kamarnya, Anissa mencari-cari keberadaan Dodi. Namun, ternyata lelaki itu sudah masuk ke dalam kamarnya. Anissa menekuk wajahnya, ia kesal karena tidak bisa menemui lelaki itu.
"Sebaiknya aku kembali ke kamar dan beristirahat karena perjuanganku masih panjang. Lagi pula aku 'kan sudah tinggal di sini, otomatis setiap hari aku bisa bertemu sama Mas Dodi," ucapnya sambil tersenyum puas. Kemudian ia pun kembali ke kamarnya.
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali Anissa sudah bangun dari tidurnya. Selesai mandi, ia pun kembali mengenakan pakaian yang ia kenakan sebelumnya. Karena tidak menyangka bahwa ia akan langsung menginap di tempat itu, Anissa tidak membawa pakaiannya sama sekali. Namun, hari ini ia akan mengambil barang-barang keperluannya dan membawanya ke tempat itu.
Sementara Anissa sedang menyisir rambutnya, tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk oleh Arini dari luar. Wanita itu memanggil namanya berkali-kali. "Anissa, kamu sudah bangun? Ini aku, Mbak Arini."
"Ya, Mbak. Sebentar," jawab Anissa sembari berjalan menghampiri pintu kamar. Ia membuka pintu tersebut dan tampaklah Arini yang sedang berdiri di hadapannya sambil menenteng selembar pakaian miliknya.
"Anissa, karena aku tahu kamu tidak membawa pakaian lain, selain pakaian yang kamu kenakan. Ini aku bawakan baju untukmu. Ya, walaupun mungkin tidak terlalu bagus, tapi paling tidak, masih nyaman untuk kamu kenakan. Ambillah!" tutur Arini sembari menyerah baju yang ia bawa kepada Anissa.
Anissa menyambut baju itu kemudian memperhatikannya dengan seksama. Sedetik berikutnya, wanita itu pun tersenyum. "Ehm, terima kasih, Mbak. Aku tidak tahu lagi harus bilang apa," ucap Anissa.
"Sama-sama. Ehm, aku ke dapur dulu, ya! Aku ingin membantu Bi Surti membuat sarapan," sahut Arini kemudian.
Setelah Arini menghilang dari pandangannya. Anissa kembali masuk ke dalam kamar. Wanita itu duduk di tepian tempat tidur sambil menenteng baju yang diberikan oleh Arini barusan.
"Aku bingung dengan Arini. Wanita itu benar-benar ketinggalan jaman. Lihat pakaiannya?" Anissa memasang wajah masam ketika menenteng baju tersebut. "Tapi heran kok Mas Dodi malah cinta mati sama wanita itu? Pantas saja teman-teman Mas Dodi bilang kalau istrinya Mas Dodi itu kampungan. Ya, Tuhan!" sambungnya.
Untuk menghormati Arini, dengan terpaksa Anissa pun mengenakan baju tersebut. Walaupun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia begitu menolak. Ia berdiri di depan cermin yang ada di kamar tersebut sambil memperhatikan bayangannya.
"Astaga, aku terlihat seperti gadis kampung," gumamnya sambil tertawa pelan. Menertawakan penampilannya yang terlihat lucu baginya. Namun, seperkian detik berikutnya, Anissa menghentikan tawanya.
"Siapa tahu dengan berpakaian seperti ini, Mas Dodi akan menyukaiku. Bukankah dia menyukai tipe wanita seperti Mbak Arini?" Anissa kembali melenggak-lenggok di depan cermin tersebut.
"Oke, Arini! Jika hari ini kamu bersedia menyerahkan pakaianmu kepadaku, mungkin tidak lama lagi kamu akan menyerahkan suamimu kepadaku. Kita lihat saja nanti," sambungnya sambil tersenyum licik.
Setelah selesai mengenakan baju yang diberikan oleh Arini, Anissa segera keluar dari kamarnya. Tujuan utama wanita itu adalah kamar Arini dan Dodi. Di mana Azkia masih tertidur dengan nyenyaknya. Perlahan ia berjalan ke ruangan itu sambil memperhatikan sekitarnya. Hingga akhirnya ia berdiri tepat di depan pintu ruangan itu.
Hacimm!
Terdengar suara bersin dari dalam kamar tersebut. Ia sangat yakin suara bersin itu berasal dari Dodi. Anissa tersenyum lebar, akhirnya ia memiliki kesempatan untuk menemui lelaki itu.
Perlahan Anissa mendorong pintu kamar tersebut. Ia mengintip ke dalam ruangan dan ternyata benar, suara bersin itu berasal dari Mas Dodi. Dan beruntungnya lagi bagi Anissa, Dodi hanya berdua dengan Azkia yang masih tertidur di kamar tersebut.
Sementara Arini masih sibuk di dapur, membantu Bumi Surti memasak sarapan untuk mereka semua. Perlahan Anissa menghampiri Dodi yang sedang sibuk menutup satu-persatu kancing kemejanya.
Ketika berada tepat di belakang Dodi, tiba-tiba saja Anissa memeluk lelaki itu dari belakang sambil menyandarkan kepalanya di punggung Dodi.
Dodi tersenyum lebar, ia menyangka bahwa wanita yang tengah memeluknya saat ini adalah Arini. Ya, karena Arini memang sering melakukan hal itu. Apa lagi saat itu Anissa memang sedang mengenakan baju milik istrinya itu.
"Sayang, apa sarapannya sudah siap?" tanya Dodi dengan wajah semringah. Namun, tidak ada jawaban dari wanita itu.
Dodi meraih tangan Anissa yang sedang melingkar di perutnya kemudian segera berbalik. Alangkah terkejutnya Dodi setelah tahu siapa yang sedang memeluknya saat ini. Matanya membulat dengan sempurna dan ia pun refleks mendorong wanita itu dengan kasar.
"A-Anissa! Apa yang kamu lakukan di sini!" pekiknya.
...***...
penasaran nih kita /Grin//Grin/