"Dear hati ...
Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"
Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.
Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.
Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.
Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?
~Secretly Loving You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 25 - Outbond
Hembusan angin menyusup celah-celah tenda, membuat udara dingin datang menyeruak, menusuk celah kulit terbuka. Rasa dingin itu membuatku menarik selimut dan kembali membungkus tubuh. Berlindung dari rasa dingin, bergelung dalam kehangatan. Melanjutkan mimpi indah yang hanya bisa digapai dalam angan.
Suara langkah kaki, dengung dan bisikan, gesekan barang, membuatku sadar bahwa pagi telah datang. Dinginnya udara pegunungan membuatku enggan untuk sekedar turun dari ranjang. Rasa hangat yang diberikan selimut semakin membuat nyaman.
Aku menarik selimut dan membungkus seluruh tubuh. Kembali bergelung dalam hangatnya. Kilasan-kilasan mimpi indah bergentayangan di kepala. Seulas senyum lebar tersungging tanpa sadar begitu mengingat wajah tampan itu di sana.
Ah, andaikan dia menyukaiku. Andaikan dia benar-benar menjadi pasanganku. Andaikan dia menjadi suamiku ....
Sadar Sha!! Sadar!! Pak Armand tidak menyukaimu!! Dia bersikap baik karena kamu adalah tanggung jawabnya!! Jangan berekspektasi berlebihan. Dan jangan ke ge-eran!!
Menyadari hal itu membuatku langsung terbangun dan melihat sekeliling. Kenyataan memang tak seindah mimpi. Bukan wajah Pak Armand yang kulihat, melainkan tampilan kamar tenda yang sepi dan kosong.
"Memang hanya mimpi," gumamku pelan. Aku turun dari ranjang. Meraih benda pipih yang ada di atas nakas untuk melihat jadwal.
Jadwal hari kedua adalah outbound. Entah mengapa ada sedikit perasaan lega. Meskipun kemungkinan untuk bertemu dengan Pak Armand tak terelakkan, setidaknya aku tidak perlu duduk semeja. Aku bisa menjauh sejenak. Menata perasaanku yang berantakan. Dan ketika sudah siap, perasaan ini sudah menjadi netral.
"Semangat Sha!!"
***
Padahal pakaian yang kami kenakan sama, namun mengapa dia tetap terlihat berbeda dan menonjol? Apa benar dia manusia?
Pikiran itu langsung tercetus begitu saja begitu mata ini melihatnya. Diantara puluhan orang yang berkerumun, aku bisa menemukan sosoknya dalam sekejab mata. Sespesial itu 'kah keberadaannya?
Pagi itu kami berkumpul di sebuah tanah lapang yang cukup luas. Memakai kaos polo berwarna abu-abu yang telah disiapkan oleh panitia. Semua peserta training menggunakan kaos yang sama tanpa terkecuali. Seharusnya, cukup sulit menemukan seseorang di tengah puluhan manusia yang memakai baju sama. Namun hal itu tak berlaku untuk Pak Armand. Sosoknya langsung terlihat meskipun jarak kami puluhan meter.
Sejenak mataku terpaku. Keinginan untuk melupakan menjadi hilang. Mataku menatap penuh kekaguman.
Penampilan Pak Armand sangat simple. Atasan menggunakan kaos polo yang dipadu dengan celana jeans, sepatu kets serta topi berwarna hitam. Ada beberapa pria yang berpenampilan serupa, namun hanya Pak Armand yang terlihat menonjol dari semuanya.
Tatapan Pak Armand terlihat tidak tenang. Dia mengedarkan pandangan, seolah-olah tengah mencari seseorang. Siapa yang dicarinya? Panitia 'kah?
Hanya dalam waktu kurang dari lima detik, mata kami tanpa sengaja bertatapan. Mata itu terlihat puas. Sementara seringai kecil muncul di sudut bibirnya. Dari mimik wajah, seperti mengatakan bahwa dia telah menemukan apa yang dicari. Jangan katakan Pak Armand tengah mencariku?!
Dan, sepertinya dugaanku benar. Melihat dari langkah tegapnya yang menuju ke arahku!! Haruskah aku pura-pura tidak melihat? Pagi tadi aku sengaja berangkat lebih dulu. Tujuanku hanya satu, untuk menghindari Pak Armand. Bila dia berhasil menemukanku, bukankah artinya usahaku sia-sia?
Aku pura-pura melihat ke arah lain dan berusaha membaur dengan kelompok yang lain. Pura-pura sok kenal dan sok akrab. Meskipun begitu, dari ekor mata aku bisa melihat sosok Pak Armand yang semakin mendekat.
"Arsha."
"Selamat pagi semua!! Bagaimana kabar kalian pagi ini? Tentu masih semangat dong!" Suara panitia bernama Ratih, memotong ucapan Pak Armand. Aku langsung pura-pura fokus dan mengacuhkan Pak Armand yang telah berdiri di sampingku.
"Untuk yang badannya kurang fit, bisa langsung ijin ya, karena pagi ini kita akan melakukan beberapa game yang cukup menguras tenaga dan pikiran juga tentunya."
"Game ini bertujuan untuk mengasah team work, kecepatan dalam pengambilan keputusan, pola pikir kreatif serta kebersamaan. Nah, sekarang bentuk lingkaran besar." Tanpa banyak bicara, kami membentuk satu lingkaran besar, memenuhi perintah panitia.
"Ingat-ingat partner di sebelah kanan dan kiri kalian. Mungkin saja mereka akan menjadi partner kalian sampai game ini berakhir. Peserta yang kalah, akan mendapatkan hukuman yang hukumannya sendiri ditentukan oleh peserta yang lain. Peraturannya cukup mudah. Kalian cukup mematuhi perintahku. Apa kalian siap?!" Suara Ratih menggema di seluruh penjuru lapang. Tercetus semangat dan kegembiraan.
"Siap!!" jawab seluruh peserta dengan kompaknya. Aku cukup berdebar-debar. Selain karena keberadaan Pak Armand, aku juga tidak ingin kalah di game ini. Aku menghindari hukuman.
"Oke. Game pertama. Bentuk tim lima orang! Mulai!"
Semua terjadi begitu cepat. Bahkan tubuhku belum sempat bergerak ketika seseorang menarik lenganku dan membuatku berada di sisinya.
"Tiga, dua, satu!! Selesai!!" Suara Ratih terdengar sangat riang. Sepertinya, memberi hukuman menjadi hiburan tersendiri baginya.
"Ayo, ayo kita lihat. Apa ada peserta yang tidak mendapat tim? Apa ada tim yang kurang dari lima orang?" Ratih menyusuri setiap lingkaran kecil dan menghitung jumlah pesertanya.
Ada peserta yang hanya terdiri dari dua orang. Ada juga yang hanya sendiri. Mereka bertiga mendapat hukuman yang cukup memalukan. Yaitu menyayi sembari menari. Aku lega tidak berada di posisi itu.
Oh ya, sepertinya masih ada tangan yang memegang lenganku. Tangan yang besar dan kekar. Tangan yang kukenal? Melihat tangan itu membuat feelingku tidak enak. Entah mengapa aku sangat yakin, kalau pemilik tangan itu adalah Pak Armand?
Dugaanku benar seratus persen!! Ketika kutengadahkan kepala, dagu kokoh, rahang kuat, bibir terkatup rapat dan pandangan mata datar menjadi pemandangan yang kulihat. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan bosku yang kaku tapi aku sukai?!
Sebenarnya dia sadar tidak sih? Tangannya masih memegang erat lenganku. Apa maksud dari sikapnya ini? Menjagaku karena aku anak buahnya? Tanggung jawabnya? Atau apa?
"Ehm, Pak ...." Kupikir suara yang keluar berupa suara tegas penuh penolakan. Nyatanya suaraku layaknya suara tikus yang tengah terjepit. Mencicit lemah tak berdaya.
"Apa?" Si pemilik wajah datar menatapku sekilas. Jarak tubuh kami yang begitu dekat, membuatku sadar betapa tingginya pria itu. Aku harus mendongak hanya untuk menatap dagunya.
"T-tangan Bapak ...." Aku menunjuk tangannya menggunakan tanganku yang lain. Bukannya langsung melepaskan dan meminta maaf, lagi-lagi dia hanya melirik sekilas. Tentu saja tanpa melepaskan genggaman tangannya di lenganku.
"Biarkan saja."
"Hah?"
"Game selanjutnya!!" Belum sempat aku protes, panitia mulai menggulirkan permainan kedua. "Bentuk tim tiga orang! Tiga, dua, satu, selesai!!"
Game kedua lebih cepat dari game pertama. Bahkan aku tidak melangkahkan kaki sedikit pun. Aku hanya berdiri diam di tempatku. Begitu pula dengan Pak Armand. Bedanya, kali ini kami ketambahan satu peserta pria, sehingga di tim ini hanya aku satu-satunya wanita.
"Oke. Mari kita lihat. Apa ada tim yang menyalahi aturan. Hem ...." Ratih dan panitia yang lain kembali berkeliling. Mencari tim yang tidak sesuai. Senyum semringah merekah di wajahnya. "Oke, karena semua tim telah sesuai, tidak ada hukuman kali ini. Lanjut game ketiga!"
"Peraturan game kali ini cukup mudah. Dua peserta menggendong satu peserta yang usianya paling muda. Kemudian berlari ke ujung sana. Tim tercepat akan menjadi pemenangnya. Apa kalian semua sudah siap?!"
***
Happy Reading 😅🙏
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan 🤗