Rate 21+
Nashira membuka mata, ia begitu terkejut melihat tubuhnya yang polos tanpa terutup benang sehelai pun. Ia menganggap kalau semalam ia telah memanggil seorang gigolo dan menemaninya tidur. Nashira pun meninggalkan beberapa uang di atas meja untuk lelaki itu. Lalu ia kabur.
Takdir kembali mempertemukan mereka berdua, akan tetapi Nashira tidak mengingat lelaki itu. Nashira yang terlilit hutang besar akhirnya dibantu oleh lalaki asing itu dengan imbalan mau menjadi pengantinnya.
“Aku akan membantumu, tapi kau harus mengabulkan tiga permintaan untukku,” ucap seorang lelaki bernama Akash Orion Atkinson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Septiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hellboy?
Akash melepaskan sarung tangan latex, dari tangannya. Sarung tangan yang penuh dengan noda darah itu ia lemparkan ke dalam tong sampah.
Tampak dari keningnya yang mengeluarkan buliran-buliran keringat, pun beberapa titik bercak darah yang ada di wajah serta kemeja yang ia gunakan.
"Oke, done," ucapnya sambil menekan walkie talkie yang terpasang di telinganya. Lalu setelah itu, ia keluar dari gedung sepi bertingkat itu, di susul oleh Edwin dan beberapa bodyguardnya.
"Kita pulang sekarang," titah Akash begitu serius, dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal. Edwin mengangguk sebagai jawaban, Edwin dan para bodyguard yang lain pun dan pergi meninggalkan Akash sendirian di sana.
Tidak berapa lama, Edwin kembali membawa mobil rubicorn, dan mempersilakan Akash untuk masuk.
Masih dengan nafas yang memburu di dadanya, Akash segera mengambil tisu basah yang ada di jok belakang, lalu memebrsihkan wajahnya yang kotor dan berdebu itu, sampai-sampai tisu berwarna putih itu berubah menjadi kecoklatan pun sedikit kemerahan dari noda darah yang ada di wajah dan leher Akash.
Akash, Edwin dan para bodyguardnya, baru saja menyelesaikan masalah inti dari keluarga besar yang mengancam keselamatan ayahnya yaitu tuan Baker.
Dan apa yang mereka lakukan hari ini tidak lain adalah sudah menghabisi para suruhan dari dalang yang mengancam ayahnya Akash. Akash tentunya tidak akan tinggal diam. Meski sebagain dari komplotan itu sudah dihabisi oleh Akash, akan tetapi, hingga saat ini Akash masih belum bisa menemukan siapa dalang dari permasalahan semua ini.
Dan sesampainya di rumah, setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi, dan berganti pakaian serapi mungkin, Akash turun ke lantai bawah hendak menemui Shira di kamar bawah. Akan tetapi, Shira tidak dapat di temukan.
"Pengawal!!!" Akash berteriak sekencang mungkin, masih dengan posisinya yang berada di kamar Shira.
Dua pengawal yang berjaga di tengah rumah pun datang menghampirinya.
"Ada apa, Tuan?" tanya kedua pengawal bertubuh besar itu.
"Ke mana Shira? Kenapa dia tidak ada di rumah selarut ini?" tanya Akash sedikit panik.
"Nona Muda, belum pulang, Tuan. Terakhir, tadi pagi dia pamit untuk pergi ke kampusnya, Tuan," imbuh salah satu pengawal.
"Kampus?"
"Iya, Tuan. Dan sampai sekarang Nona Muda belum kembali lagi, Tuan."
Akash mengangguk, lalu ia pun bergegas pergi meninggalkan dua pengawal itu di kamar Shira. Ia segera mengeluarkan mobil porchse miliknya dari garasi. Lalu ia pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menuju kampusnya Shira.
Sesampainya di sana, Shira tidak dapat di temukan, lalu ia pun mencoba menelepon nomor Shira.
Tut ... tut ... tut ....
Telepon itu terhubung, akan tetapi tidak ada yang mengangkatnya. Dan hal itu semakin membuat Akash tidak tenang. Ia pun teringat akan GPS, dan saat ia mencari keberadaan Shira lewat GPS, Akash menautkan kedua alisnya, saat titik peta itu berada di sebuah alamat yang menurutnya tidak asing.
Lalu, pikirannya kini kembali terbayang akan tragedi beberapa hari yang lalu. Dan dengan gesit, Akash langsung kembali masuk ke dalam mobilnya. Hatinya tidak tenang, pun jantung yang kian lama semakin berdebar kencang.
"Aku harus buru-buru, aku tidak bisa membiarkan Shira celaka," gumamnya, semakin kencang menginjal pedal gasnya, melaju dalam kecepatan di atas rata-rata.
"Dalam jarak seratus meter ke depan, belok kanan."
"Dalam jarak seratus meter ke depan, belok kanan."
Suara dari google maps terdengar mengiteruksi. Akash pun membelokan mobilnya sesuai arahan dari GPS-nya. Dan kini, mobilnya pun terhenti di depan gerbang mewah yang tinggi menjulang. Di balik gerbang itu, Akash dapat melihat sebuah rumah mewah yang sedikit lebih kecil dari ukuran rumahnya.
"Rumah siapa ini?" gumam Akash merasa curiga. Pikirannya mengenai Shira pun semakin menjadi-jadi.
Sebagai jaga-jaga, ia menelepon Edwin terlebih dahulu.
"Ed, siapkan empat bodyguard untukku. Dan kau datanglah ke mari secepatnya," titah Akash lewat sambungan handphonennya.
"Siap, Tuan. Saya akan segera ke sana," suara Edwin di balik ponsel.
Setelah menerima jawaban dari Edwin, Akash mematikan ponselnya, lalu memasukannya ke dalam saku celananya. Dan ia pun turun dari mobilnya hendak menghampiri satpam yang berjaga di depan gerbang.
Namun, sebelum ia melangkahkan kakinya lebih jauh dari mobilnya, tiba-tiba, tiga buah mobil datang secara bersamaan. Sang Satpam yang berjaga di gerbang pun langsung membukakannya. Dan tiga mobil itu pun memasuki halaman rumah tersebut. Akan tetapi, di dalam mobil yang ke dua. Kedua mata Akash dikejutkan dengan sesosok lelaki tua yang ia kenal.
"Hellboy?" gumamnya membeliakkan mata.
Bersambung
krn ssuatu hal jd bakker tk bs menceraiknny,nampak bakker tw lw istri kedua ny jahat