Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf
Air mata Gaby mulai terjatuh. Lagi? dia selalu merasa hancur setiap saat. Apa dia benar-benar sama sekali tidak menarik? rasanya begitu mematikan setiap kali Nath menolaknya dengan tegas. " Nath, orang tuamu bilang, dia tidak akan menerima cucu selain dariku.
Nath menghembuskan nafas kasarnya. Dia baru menyadari, kalau Gaby sangatlah keras kepala. Jauh dari perkiraannya. " Dengan siapa aku akan menikah, tentu saja aku akan menentukan sendiri. Lakukanlah upacara pernikahan itu jika kau memang mau mempermalukan dirimu sendiri.
Gaby menatap bingung. " Apa maksutmu Nath?
" Aku, tidak akan pernah hadir dalam pesta pernikahan yang tidak aku inginkan. Kau merundingkannya dengan orang tuaku kan? kau menikah saja dengan mereka. " Ucap Nath dengan wajah dingin. Tangannya masih erat menggenggam jemari Vanya.
" Presdir Nath, wanita itu adalah seorang pembohong. Lebih baik,.." Sahut Manager Nimi dengan suara yang lantang.
" Diam! " Nath ganti menatap Manager Nimi sengit. " Dari pada menyibukkan dirimu untuk ini, lebih baik kemasi semua barang-barang mu. Aku tidak ingin melihatmu lagi. " Manager Nimi terperangah tak percaya. Dia benar-benar tidak menyangka akan jadi seperti ini. Dia juga tidak memprediksikan kalau Presdir Nath akan datang hanya demi menyelamatkan seorang karyawan rendahan.
" Tapi, aku benar-benar tidak berbohong. Dia,
" Shut Up! " Bentak Nath yang langsung membuat Manager Nimi kehilangan seluruh energi bahkan hanya untuk sekedar membuka mulutnya.
" Nath, ini demi kebaikan kita. Lagi pula, yang aku katakan tadi benar-benar tidak berbohong. Ayah dan Ibumu bilang, dia hanya mau cucu yang lahir dari rahimku. " Gaby berucap dengan wajah dan suara yang memelas. Dia bahkan tidak menghiraukan lagi Imagenya. Memohon dan memohon kepada Nath agar menyetujui pernikahan adalah hal yang selalu ia pikirkan.
Vanya terdiam dengan batin yang terus ikut nimbrung sedari tadi. Baiklah, kalau begitu, aku tidak perlu takut lagi kehilangan Nathan kecilku. Ada baiknya juga mereka tidak menginginkan Nathan. Huh... akhirnya, aku bisa bernafas lega.
" Tapi aku hanya ingin anak dari Vanya. " Nath berkata dengan begitu percaya diri. Vanya hanya bisa terperangah melihat Nath yang terus bicara tanpa memikirkan perasaan Gaby yang sampai mengemis cinta padanya.
" Nath, kau benar-benar keterlaluan. " Ujar Gaby yang semakin deras air matanya jatuh. Bukan hanya sakit yang ia rasakan. Tapi juga malu. Malu karena direndahkan dihadapan wanita pilihan Nath. Bahkan, saat ini juga ada orang asing yang menyaksikan semuanya. Yaitu Manager Nimi.
Vanya benar-benar merasa tidak enak mendengar percakapan mereka. Vanya mencoba melepas jemarinya yang masih mengait di Jemari Nath. " Aku permisi. " Ucap Vanya yang mulai melangkah menjauh.
Nath menatap Vanya. " Baiklah. Tunggu aku beberapa menit lagi. " Ujar Nath sembari melemparkan senyum.
Dia kenapa bisa berubah ekspresi dengan begitu cepat? me, menakutkan sekali. Baru saja dia terlihat seperti Devil. Dan sekarang? kenapa dia menjadi Angel? wah,wah, akting yang bagus.
" Baiklah. Karena Vanya sudah keluar, aku tidak perlu menahan diriku lagi. Dengar baik-baik. " Nath menatap Gaby dengan wajah dingin yang serius.
Gaby meremas kain Dress nya dengan kuat. Dia sudah sangat tahu. Apalagi kalau bukan kata-kata untuk sebuah penolakan. Sementara Manager Nimi, dia hanya bisa tertunduk menyesali segala perbuatannya.
" Menjauhlah dariku. Aku, tidak akan menyukaimu meski ada atau tidak Vanya dalam hidupku. Dan kau, " Nath menatap Manager Nimi." Lakukanlah hal yang sama seperti yang aku katakan kepada wanita itu. " Nath menunjuk dengan ekor matanya.
' Bruk....! ' Gaby jatuh terduduk dengan wajah yang basah karena terus menangis. Seluruh tubuhnya lemas seketika. ' Ada atau tidaknya Vanya, Nath tidak akan menyukainya.' Kata-kata itu seolah menusuk hatinya. Sembilan tahun sudah, perasaan Gaby yang tidak pernah berubah. Perasaan yang sama meski Nath sudah menolaknya sedari dulu. Gaby memegangi dadanya yang benar-benar terasa sakit dan sesak. " Kenapa? kenapa aku begitu tidak berharga di matamu?
" Karena kau, memilih orang yang salah untuk di cintai. " Nath menjawab dengan lantang tanpa memperdulikan keadaan Gaby. Tentu saja, sebagai seorang manusia, dia ingin sekali memapah tubuh Gaby dan membantunya untuk duduk di tempat yang seharusnya. Tapi, Nath juga tahu. Jika dia melakukan itu, maka Gaby akan menyalah artikan tindakannya. Nath hanya bisa menahannya di dalam hati sembari menyembunyikan rasa sedihnya. Rasa sedih karena melihat sahabatnya begitu menyedihkan karena mencintainya dengan buta.
" Nath aku membencimu. " Ucap Gaby yang semakin tertunduk tak berdaya.
Nath yang sudah akan melangkahkan kaki untuk pergi, kembali menatap Gaby dengan langkah yang terhenti. " Bagus. Bencilah aku sebanyak mungkin. Karena aku, juga membencimu. Bahkan, lebih dari yang kau bayangkan. " Nath melangkahkan kaki keluar dari ruangan Manager Nimi.
Maaf. Mulai sekarang, hiduplah dengan mata terbuka. Takdir kita, bukan untuk menjadi pasutri.
Nath meraih ponselnya dan menghubungi Vanya. Beberapa kali panggilan itu tak mendapatkan respon. Dan setelah ke delapan kalinya, barulah sambungan telepon itu terhubung.
' Hallo? ' Vanya.
' Bisakah kau ikut denganku sebentar? ' Nath.
Vanya terdiam karena mendengar nada bicara Nath yang terdengar tak bersemangat seperti biasanya. ' Presdir, jam kerjaku belum selesai.
' Jangan lupa aku Presdirnya.
' Baiklah. Dimana aku harus menemui mu?
' Aku tunggu di Lobby. Aku ambil mobilku sekarang. " Nath.
' Baiklah. ' Vanya menatap layar ponselnya setelah panggilan itu berakhir. Entah apa juga yang membuat hatinya semakin sedih.
Setelah beberapa saat. Vanya dan Nath sudah berada di perjalanan menuju suatu tempat yang entah kemana Nath akan membawanya. Baik Vanya atau Nath, mereka sama sekali tidak mengatakan apa-apa. Vanya sibuk dengan pemikirannya begitu juga dengan Nath.
Vanya selalu teringat dengan apa yang dikatakan Nath tadi. Tapi hatinya juga begitu sedih saat melihat Gaby yang begitu menyedihkan tadi. Sementara Nath, perasaan kacau balau yang kini ia rasakan. Sedih itulah yang terlihat diwajahnya.
Setelah hampir satu jam mereka di perjalanan. Akhirnya, mereka sampai disebuah Rumah yang disuguhkan begitu banyak keindahan yang selalu memanjakan mata. Vanya begitu terpesona dibuatnya. Danau kecil yang tak jauh dari rumah itu. Kemudian adanya banyak pohon bunga yang mengelilingi rumah. Suara burung berkicau saling sahut menyahut. Udara yang terasa segar dan menenangkan.
" Kau sangat cantik saat tersenyum seperti ini. " Ucap Nath yang entah sejak kapan terus menatapnya.
Vanya sontak menghentikan bibirnya yang sedari tadi mengembang.
" Ayo kita masuk. " Ajak Nath sembari meraih tangan Vanya dan menggandengnya untuk masuk kedalam.
Eh? masuk kedalam? ke,kenapa mendengar kata-kata itu jantungku jadi berdetak kencang ya? dia tidak mungkin memiliki maksut tersembunyi dibalik kata-kata itu kan?
Setelah masuk kedalam. Vanya berdiri sembari mengamati Nath. Nath membuka jendela yang tak jauh dari pintu utama. Dia membuka beberapa kancing kemeja bagian atasnya. Menyalakan lampu lalu berjalan ke arah Vanya. Setelah jarak mereka yang begitu dekat, Vanya yang merasa gugup tiba-tiba memundurkan langkah dan membuat tubuh mereka mulai menjauh. Tapi, Nath kembali melangkahkan kaki maju yang malah membuat mereka kembali pada jarak yang begitu dekat. lagi lagi, Vanya kembali memundurkan langkahnya dan Nath memajukan langkah hingga Vanya berhenti saat tubuhnya sudah tidak bisa mundur karena tembok yang menahan tubuhnya.
To Be Continued.