NovelToon NovelToon
Business Marriage

Business Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Theodora A

Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9

“Menurutmu apa ibu kita sudah tidur?” Tanya Karina dengan suara pelan sambil mendorong pintu utama mansion mereka dengan sedikit susah payah. Steve yang berjalan di belakang Karina dengan cepat membantu mendorong pintu tersebut, dan Karina melirik sekilas pada Steve saat ia merasakan pintu yang tadinya terasa berat tiba-tiba menjadi lebih ringan dengan bantuan Steve. Karina berpikir, kenapa rumah yang besar dan mewah hampir selalu memiliki pintu yang besar dan berat? Memangnya siapa yang bakalan perlu masuk melalui pintu setinggi lima kaki seperti ini?

“Semoga saja mereka sudah tidur. Aku cukup lelah kalau harus berpura-pura di depan mereka sekarang,” jawab Steve yang kini sudah berjalan di sebelahnya. Mereka bejalan masuk dan mendapati seorang pelayan yang ternyata masih berjaga di ruang tamu. Steve dengan sopan memberi kode kepada pelayan tersebut untuk meninggalkan ruangan dan beristirahat. Pelayan tersebut tersenyum sopan kepada Steve dan Karina sebelum dia membungkukkan badan dan bergegas pergi.

Meskipun mereka berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, Steve dan Karina besar di dalam keluarga yang sangat mementingkan tata krama dan kesopanan. Dalam keluarga mereka, tidak ada bentuk kerja paksa atau upah yang tidak layak yang diberikan kepada para staf dan pelayan. Dan mereka juga akan memastikan bahwa tidak ada pelayan yang akan dirugikan selama mereka tinggal di mansion ini.

“Apakah kamu akan menelepon Kate setelah ini?” Karina kembali bertanya, suaranya yang pelan terdengar menggema di lorong koridor kamar tidur. Suara langkah kaki mereka berdenting keras di atas lantai marmer yang mengkilap, sementara seluruh bagian mansion lainnya diliputi dengan keheningan.

Saat melewati kamar tidur ibu mereka, Karina melihat ada cahaya redup yang masih memancar dari celah kecil di bawah pintu. Mungkin ibu mereka masih terjaga, atau mereka tidur sambil membiarkan sedikit cahaya tetap ada di dalam kamar mereka itu.

Waktu sudah hampir tengah malam saat Karina dan Steve akhirnya bisa meninggalkan acara makan malam mereka bersama Maxence. Tipikal orang Perancis yang selalu mengutamakan sikap ramah dan kesopanan, Maxence menjamu mereka dengan acara makan malam yang cukup mewah. Beberapa staf dan petinggi penting dari perusahaan milik pria itu juga hadir dalam acara makan malam mereka.

Biasanya Karina dan Steve sangat menyukai dan bersemangat tentang interaksi sosial seperti ini. Tapi, pada hari di mana mereka baru saja turun dari dua pesawat yang berbeda, semua ini tentu saja sangat melelahkan begi keduanya.

“Hmm, tidak. Saat ini masih cukup pagi di Australia,” jawab Steve, tangannya yang besar tampak mengacak-acak rambut yang tadinya tertata rapi. Helai-helai rambut yang acak-acakan tampak jatuh bergantian membingkai wajahnya bagaikan domino. Lampu-lampu koridor yang redup menyorot wajahnya dari samping dengan cahaya keemasan, dan ketika mereka akhirnya berhenti di depan pintu kamar, Karina tidak mengerti mengapa dirinya tidak bisa mengalihkan tatapannya dari wajah Steve.

Sebuah pemikiran menyerangnya pada saat itu juga. Rasanya lucu sekali, begaiman mereka sudah menghabiskan banyak waktu saling berdekatan satu sama lain, namun ini adalah pertama kalinya Karina benar-benar memperhatikan wajah pria yang merupakan suaminya ini, menatapnya dengan seksama, dan membiarkan matanya menangkap apa saja yang bisa ditawarkan oleh wajahnya.

Dan jawabannya membuat perasaan Karina terasa sedikit aneh. Steve sangat tampan dari dekat, dan setelah Karina menyadari fakta ini, ia tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan apa yang ada di otaknya kini.

“Apakah kamu akan menelepon Felix? Aku rasa lebih baik kita tidur dulu dan menelepon mereka di pagi hari.” Ujar Steve sambil mendorong pintu kamar hingga terbuka lebar. Tanpa mengucap sepatah kata lagi, Steve menahan pintu untuk Karina dan sedikit mengernyitkan keningnya ketika mendapati wanita itu hanya berdiri diam. “Karina?”

Karina sedikit tersentak, ia sempat agak bingung sebelum akhirnya menyadari kalau Steve sedang menunggunya untuk masuk. Dengan agak tergesa-gesa, Karina melangkah masuk dan melewati Steve. Apakah Steve biasanya selalu bersikap seperti ini? Membukakan pintu, menunggunya masuk dan menutupnya sepelan mungkin. Selama enam bulan tinggal bersama sepertinya Karina tidak pernah melihat sifatnya seperti ini.

“Apa agenda kita untuk besok? Kapan kita akan mengunjungi pabrik?” Karina menyingkirkan pikirannya. Ia menjatuhkan dirinya di ujung kasur, menendang sepatu hak tingginya, melepas perhiasan dan memasukkannya ke dalam tas tangannya sebelum ia melempar benda itu ke suatu tempat di kasur. Ia kemudian meregangkan badannya sambil menguap lebar.

Steve yang masih berdiri di dekat pintu menatap ke arah Karina sambil tersenyum. Sosok Karina yang sedang dia lihat saat ini mengingatkannya pada gambaran seekor kucing, dan itu cukup menghibur baginya. “Kita akan mengunjungi pabrik besok, jam delapan pagi. Apakah kamu ingin aku membangunkanmu?”

“Ah, aku lupa kalau kamu adalah tipe orang yang selalu bangun dan pergi jogging jam lima pagi. Benar-benar luar biasa.” Ujar Karina dengan nada mengejek. Menurut Karina, siapa pun yang bangun lebih cepat dari matahari harus diberi tempat khusus di neraka.

Ia mendengar Steve terkekeh pelan akan ejekannya itu. Matanya mengikuti Steve yang kini melangkah menuju meja rias sambil melepaskan blazernya. Steve juga melepaskan cincin kawin dan jam tangannya sebelum kemudian berjalan menuju ruang ganti.

“Ngomong-ngomong, bolehkan aku tidur di sisi kanan? Dan juga, kamu mau mandi duluan atau gimana? Aku tidak suka menunggu, jadi kalau kamu mau mandi duluan jangan lama–”

Karina baru saja akan menjatuhkan badannya ke tempat tidur sebelum ia dengan kasar diinterupsi oleh sebuah tangan yang menarik pergelangan tangannya. Tarikan yang kuat dan tiba-tiba itu membuat Karina yang belum selesai berbicara sedikit memekik kaget. Belum sempat ia protes lebih lanjut, sebuah tangan lain mendarat di mulutnya. Ada apa ini? Apakah ia baru saja diculik di kamarnya sendiri? Tapi begitu matanya bertemu dengan seseorang yang baru saja menyekapnya, ia mendapati ternyata orang itu adalah Steve.

Steve menyadari keterkejutan yang terpancar dari mata besar milik Karina, dan ekspresinya sendiri pun terlihat terkejut, dengan alis yang terangkat. Dengan mimik sedikit panik Steve berbisik, “Ssst, diam.”

Karina berkedip, alisnya berkerut, seolah-olah bertanya, ‘Ada apa?’

Steve tidak menjawab. Dia hanya memiringkan kepalanya ke arah pintu, dan saat itulah Karina melihatnya.

Dari cahaya redup yang menyelip masuk dari bawah pintu kamar tidur, Karina melihat satu per satu langkah kaki muncul bergantian, menimbulkan bayangan-bayangan hitam disana. Dalam hati, ia menghitung jumlah kaki yang ia lihat mengerumuni sumber cahaya.

Satu. Dua. Tiga. Empat.

Empat kaki. Dua orang.

Matanya bertemu dengan mata Steve yang ternyata sudah menatapnya sedari tadi. Steve dengan perlahan menurunkan tangannya dari mulut Karina.

Itu adalah ibu mereka. Ternyata ibu mereka memang masih terjaga, dan mereka pastinya sudah menunggu Steve dan Karina pulang. Karina merasakan kekesalan muncul di dirinya. Apa-apaan ini?

Steve mendekat, sedikit terlalu dekat, dan berbisik di telinga Karina dengan suara sangat pelan yang hanya bisa didengar oleh Karina. “Aku mendengar suara pintu kamar mereka tertutup saat kamu berbicara tadi.”

Hal ini menimbulkan sejuta pertanyaan di dalam kepala Karina. Ekspresi waspada dan kebingungan tampak jelas di wajahnya. “Apakah mereka sedang mencoba memata-matai kita?”

Steve mengangguk pelan, bibirnya merapat membentuk garis lurus. Anggukannya itu tidak membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang melintas di otak Karina. Pertanyaan pertama yang ia utarakan adalah, “Tapi, kenapa?”

Ia segera mendapatkan tatapan menghakimi dari Steve, seolah-olah pria itu tidak percaya kalau Karina bisa selambat ini. Tatapan itu membuat Karina mendengus kesal, apa yang salah dengan pertanyaannya itu?

“Bagaimanapun juga, mereka adalah seorang ibu. Dan ibu itu memang selalu ingin tahu,” Steve dengan sabar menjelaskan, masih dengan suara yang sangat pelan. “Dan kamu ingat, ini seharusnya menjadi malam bulan madu kita.”

Bulan madu.

Oh.

Ketika titik-titik itu akhirnya terhubung di kepalanya, mata Karina membulat seiring dengan bibirnya yang tebuka. Steve saat ini bisa menghitung ada tiga lingkaran di wajah wanita ini. Wajah Karina seketika memerah, malu karena baru menyadari detail dan alasan dari tindakan ibu mereka.

Bayangan-bayangan itu masih berada di dekat pintu kamar mereka. Karina yakin pasti saat ini ibu mereka sedang menempelkan telinga di pintu untuk menguping, dan Karina benar-benar berharap dinding kamar ini tidak tipis.

Ia merasa seperti anak kecil yang sedang berada di atas pentas, dengan tatapan tajam dari orang tuanya yang duduk di antara para penonton, yang menunggunya melakukan sesuatu yang luar biasa. Karina bergidik ngeri dengan pikirannya itu, dan ia kembali bersuara dengan sedikit bergetar. “L-lalu, kita harus bagaimana–”

Steve terlihat sudah muak dengan kelambanan Karina. Dia mendengus pelan, memutar bola matanya sebelum menarik Karina lebih dekat sehingga tubuh wanita itu menabrak dadanya. “Diam dan ikuti saja,” Steve kembali berbisik di telinga Karina.

Dan itu adalah peringatan terakhir yang Karina terima. Karena setelah itu, ia ditarik dan dilempar ke pintu kamar. Tubuhnya yang menabrak pintu membuat Karina mengaduh, dan ia dapat mendengar dengan jelas suara terkejut yang muncul dari sisi lain pintu kamar ini.

Rasa sakit yang menjalar di punggungnya membuat Karina sedikit kesal. Ia sudah siap untuk mengeluarkan kekesalannya ketika lagi-lagi Steve melakukan sesuatu yang membuat ia kaget.

Karina benar-benar tidak memiliki waktu untuk menyesuaikan diri. Ia berusaha berbicara dan mendapati suaranya secara misterius seakan dipaksa masuk kembali ke tenggorokannya. Matanya berkedip dengan cepat, kedua tangannya ditahan di sisi kepalanya, ditekan ke permukaan pintu oleh dua telapak yang jauh lebih besar dari miliknya. Matanya menatap lurus Steve yang kini sedang memerangkap dirinya di antara tubuh tinggi besarnya dan pintu kamar.

Dan ketika Karina merasakan ada sepasang bibir lain yang bergerakk di atas bibirnya sendiri, saat itulah akhirnya ia sadar.

Steve baru saja mendorong dirinya ke pintu dan menciumnya.

1
Shirase
wah banget, alurnya udah bagus ditambah dengan jumlah kata yang banyak untuk 1 bab! ini bakal jadi karya romance yang bagus untuk kedepannya!! semangatt/Hey/
Theodora: Terimakasih kak :)
total 1 replies
Mily
jleb bgt/Grimace/
Skylar
😢
Violette_lunlun
ihh seru banget bacanya, padahal ini baru awal...
aku mampir nih thor... semangat ya!
Theodora: Terimakasih kak :)
total 1 replies
Yunita
Roseane: padahal gua diam2 aja anj-

😭
Theodora: Kak😂😭😭
total 1 replies
Skylar
Waduh.. beneran ikutan nyesek sama chapter ini😣 mau nyalahin karina.. tapi gimana ya. Lihat felix kasian tp setelah dibaca2 ternyata dia jg ada salahnya. Takut bgt habis ini felix sama steve jd musuhan. Duh dilema dah asli😩 seru sih ini chapter! Lanjut kakkk, ini jg si karinanya lari kemana dah dramatis amat
Jacky
ikutan galau bgt;;;
Valley
Ga ada yg bener mah ini mereka berdua🥺
Valley
Deg banget asli😭
Mackenzie
nyesek banget bjir/Sob/
May
dahlah/Sob/
May
dua2nya mulai goyah ini/Blush/
Jacky
wihhhh udah ketahuan😢 makin menarik sih ini. cepat update pls!!
Jacky
emak mereka kerjaannya ngintip mulu wkwkwk
R 💤
🌹 sbg tanda perkenalan hehe
R 💤
Hai Thor aku mampir 👋🏻
R 💤: okey Kaka, 🙏🏻
Theodora: Halo, terima kasih udah mampir🫶
total 2 replies
Anyelir
jalan awal ceritanya udh bagus
Theodora: Terimakasih kak :)
total 1 replies
Skylar
Duh takut😭
Skylar
Real banget sih ini.. relate sama kehidupan nyata🙃
Valley
Waduh gawat😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!