Novel ini dalam revisi!
Cinta dalam perjodohan seorang dosen bernama Darren Nicholas dan mahasiswanya Kanaya Syabila.
Dosen muda dengan sejuta pesona tapi terkenal galak dan pelit nilai, menjunjung tinggi disiplin. Dipertemukan dengan Kanaya mahasiswanya yang cerewet, nyablak, seru, gaje. Dan disatukan dalam sebuah pernikahan dengan konflik cinta segitiga yang rumit. Akankah mereka bertahan dengan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengutarakan Uneg-uneg
Riko terlihat bingung dengan sikap Kanaya yang sepertinya marah.
"Lho...lho.. kok ngambek sih, gue cuma bercanda, emang keterlaluan ya."
"Elo sih pake acara ngagetin segala, udah buruan kejar." Celetuk Alex mengomporinya.
Sementara Vivi, Dimas dan Alex masih berdiri tak percaya dengan aksi Kanaya. Vivi yang awalnya laper mendadak kenyang melihat dua sejoli itu berlarian.
"Beb... beb..." Teriak Riko, dia seperti sedang melakukan aksi kejar-kejaran yang tanpa sengaja di lihat Pak Darren.
Naya menghentikan langkahnya dia berbalik ke arah Riko.
"Nay... maaf, aku cuma becanda." Keluhnya seraya mencoba meraih tangan Naya.
"Maaf buat apa?" Tanya Naya tanpa berdosa.
"Lho tadi bukannya kamu marah sama aku?" Naya mengeryitkan dahinya ternyata Riko salah paham, ya wajar sih Naya nggak jelasin apa-apa main kabur segala, kebawa emosi sampai gagal fokus.
"Marah sama kamu? nggak, emang kamu nglakuin apa?" Riko merasa heran dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ah sudahlah lupakan yang penting kamu udah nggak ngambek lagi."
Dasar cewek sebentar ngambek detik berikutnya senyum-senyum, maunya apa sih. Oh...atau ini mungkin cara Naya menarik perhatian. Oke baiklah aku paham sekarang. Gumam Riko dalam hati tersenyum smilirk .
"Ayo balik ke kantin, kamu masih ada kelas nggak?" Riko merangkul bahu Naya dengan tangan kanannya sukses membuat sepasang mata tajam itu memandang dengan penuh amarah.
Entah mengapa Pak Darren merasa kesal melihat Naya dan Riko. Dia berjalan dengan langkah lebar ke arahnya sejurus kemudian pikiran jernihnya berbicara.
Stop Darren stay cool, jangan bertindak bodoh memangnya kamu siapa? jangan menghalangi kebahagiaan orang lain. Iya juga sih sebodo ah dengan tingkah mereka. Akhirnya Darren memutuskan masa bodoh dengan urusan Kanaya.
***
"Ko?"
"Hem..." Kini mereka sedang duduk di bangku taman halaman kampus yang lapang.
"Kenapa laki-laki itu mudah mendua." Ujarnya seraya memandang Riko serius.
"Maksudnya? ngomong apa sih beb, aku nggak ngerti."
"Dimas khianatin Ana Ko."
"Oh..."
"Kok oh doang sih, emang laki-laki itu gitu ya? nggak peka nggak punya perasaan, nyebelin, bla bla bla." Naya berdiri dari duduknya seraya menghentakkan satu kakinya ke tanah.
"Lha emang aku harus gimana? udahlah nggak usah ikut campur urusan mereka, cinta tahu kemana harus pulang."
"Tapi Dimas udah keterlaluan, aku yakin Ana nggak bakalan mau trima dia lagi." Kata Naya berapi-api.
"Kok jadi bahas hubungan orang lain sih, mending kita bahas hubungan kita beb."
"Riko.... aku serius nih!!"
"Iya iya dua rius sayang, silahkan berkeluh kesah aku siap dengerin."
"Nay..." Panggil Vivi tiba-tiba menghampirinya. "Dari tadi di cariin rupanya disini, ayo masuk kelas udah mau mulai nih." Vivi menyeret Naya yang masih ingin melanjutkan ceritanya.
"Apaan sih Vi, gue belum selesai ngomongnya."
"Beb nanti pulangnya bareng ya?" Teriak Riko yang semakin menjauh dari Naya karena Vivi sudah menggeretnya dari tempat semula dia berdiri.
"Lanjut nanti Nay, pacaran mulu. Eh nanti habis ini jadi ya ke rumah Ana."
"Ana?" Pekik Naya sendu, wajahnya menjadi murung mengingat sahabatnya yang satu ini.
"Loe kenapa sih?" Kali ini dia sudah berada di dalam kelas.
"Dimas khianatin Ana Vi."
"Masa sih, kok gue nggak yakin ya secara kelihatan banget Dimas sayang sama Ana. Emang loe tahu dari mana?"
"Itu dia gue juga masih nggak habis fikir, tapi hati manusia mana ada yang tahu. Di luar manis di dalam beracun."
Tiba-tiba Dosen pengajar datang di tengah obrolan yang belum tuntas. Setelah Bu Dosen mengucap salam beliau langsung memulai makul ke dua ini.
Naya yang sudah tidak sabar lagi ingin segera mengutarakan isi hatinya yang sedari tadi gangguan mulu akhirnya dia memutuskan mengirim pesan melalui whatsapp. Fix pelajaran kali ini Naya dan Vivi nggak ada yang fokus, mereka sibuk sendiri saling berkirim chat.
"What...!!!"
Gubrak...!!! suara bentakan meja terdengar sangat nyaring, Vivi reflek memukul meja di depannya begitu membaca teks tentang kelakuan bejatnya Dimas. Spontan semua mata tertuju ke arah sumber suara, suasana yang tadinya serius karena sedang berlangsungnya pelajaran menjadi heboh dengan tingkah bodohnya Vivi.
"Vivi...." Naya terkesiap dengan aksi konyol sahabatnya itu. Akibat ulahnya dia harus menerima hukuman dari bu Dewi sekaligus malu mendapat cibiran dari teman-temannya.
Huhuuuu
Vivi tidak begitu peduli, pikiranya ambyar. Dia menerima hukuman dari Bu Dewi dengan lapang dada.
Setelah mata kuliah selesai Vivi langsung berhambur ke arah gue dengan memberondong berbagai macam pertanyaan.
"Ayo cepet cari Dimas, gue udah nggak sabar pengen beri dia bogem mentah." Tanganya mengepal, rahangnya mengeras, giginya bergemletuk menahan amarah.
"Biarkan Ana yang mengambil tindakan Vi, itu sebenarnya urusan pribadi mereka, sebaiknya kita laporin kelakuan Dimas ke Ana habis itu kita serahkan semua keputusan itu ke Ana."
"Tapi gue gedeg banget Nay, bisa-bisanya dia berbuat sejauh itu. Hana juga dasar cewek murahan sudah tahu Dimas punya pacar masih aja mau di kelonin." Gerutu Vivi kesal
"Udah ah yuk ke rumah Vivi sekarang." Mereka menuju parkiran sebelum sampai di parkiran Riko datang menghampiri.
"Beb katanya mau pulang bareng?" Keluh Riko
"He... maaf Ko, mungkin besok ya soalnya hari ini aku mau ke rumah Vivi, kasihan mau jengukin dia sakit."
"Sakit apa? aku ikut ya."
"Nggak..!!" Jawab Naya dan Vivi kompak.
"Em... maksudnya besok aja beb, hari ini kita mau mastiin dulu Ana sakit beneran parah atau cuma butuh di temenin kaya yang sudah-sudah." Kilah Naya berpendapat pasalnya memang Ana pernah bolos hanya karena moodnya sedang tidak oke.
"Aku duluan ya... bye..." Naya dan Vivi pergi meninggalkan Riko yang masih termangu di tempatnya.
Yah gagal padahal hari ini gue pengen ngajak jalan kamu Nay. Pengen ngajakin dinner romantis dan kasih ini. Riko mengeluarkan kotak beludru dari dalam saku celanya detik berikutnya dia menggenggam erat kotak itu dan memasukkannya ke dalam tas.
Sementara Kanaya dan Vivi sudah sampai di depan rumah besar dan megah milik keluarga Ana. Mereka segera masuk setelah Pak satpam di rumahnya mempersilahkan masuk ke dalam dengan membukakan gerbangnya.
"Makasih Pak." Sapanya seraya masuk ke dalam dan memarkir motor nya tepat di depan garasi. Kebetulan ART di rumah Ana pas mau keluar membuang sampah.
"Eh ada non Vivi sama non Naya? masuk non, non Ana di kamarnya." Ujar ART tersebut seraya berlalu dari hadapan mereka.
"Makasih bik." Mereka masuk ke dalam, pekerja di rumah Ana sudah pada hafal dengan Naya dan Vivi karena sering nya mereka main ke sana bahkan sering nginep.
Brakk
Naya dan Vivi langsung menuju kamar Ana tanpa permisi, dia langsung melebarkan pintu kamar yang sebelumnya sedikit terbuka. Ana yang melihat pintunya di buka langsung mendongak ke arahnya. Dia habis di periksa oleh seorang dokter, wajahnya tampak pucat tapi langsung ceria ketika melihat kita yang datang.
Dokter yang memeriksa Ana segera pamit undur diri setelah memberikan obat dan wejangan.
"Terimakasih Dok." Sambung Ana, Vivi dan Naya ikut membungkuk sebagai tanda hormat lalu segera berhambur setelah Dokter tersebut menghilang di balik pintu.
"Hay..." Naya dan Vivi berhambur saling memeluk.
"Apanya yang sakit beb." Tanya Naya khawatir.
"Masuk angin biasa. Uhuk... uhuk..." Ana terbatuk-batuk sepertinya dia beneran butuh istirahat. Naya dan Vivi saling pandang dia bingung harus memulai cerita dari mana akhirnya mereka memutuskan bercerita besok setelah Ana kondisinya fit pikir mereka berdua.
"Kalian kenapa sih kok aneh gitu. Ada yang di umpetin dari gue ya..." Celetuk Ana penasaran.
"Nggak ada, eh sorry ya Ana, kita kesini nggak bawa apa-apa soalnya buru-buru pengen lihat keadaan loe."
"Nggak pa-pa lah, kalian pada datang aja gue udah seneng."