Lamanya waktu bersama tidak menjamin sebuah ikatan langgeng dan bahagia. Bahkan meski hampir 20 tahun Elara Nasution menghabiskan hidupnya bersama sang suami Ares Dawson Atmaja. Semua terasa tidak berarti untuk pria itu. Ditambah dengan belum adanya buah hati di antara mereka membuat hubungan suami istri itu menjadi semakin renggang.
Kehadiran orang ketiga yang dibawa secara sadar oleh Ares menjadi awal dari keruntuhan rumah tangga yang telah susah payah Elara bangun. Elara pun menyerah, melepaskan cintanya yang telah mati dan tergantikan oleh sosok baru yang mengasihinya lebih dari siapa pun. Penyesalan selalu datang terlambat, dan itu semua dirasakan Ares saat Elara bukan lagi miliknya.
Apa yang akan dilakukan Ares untuk mendapatkan kembali cinta Elara?
Apakah Elara akan menerima Ares atau menjalin kasih dengan pria idaman lain ?
follow my ig @ismi_kawai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
Author POV
Gloomy Corporation
Hari ke-3 perceraian Ares dan Elara akhirnya diketahui khalayak lewat media elektronik maupun cetak. Suara dering telepon di bagian informasi terus berdering menanyakan kebenaran berita itu membuat pada karyawan pusing tujuh keliling. Sebastian pun yang baru mengetahui hal itu tidak kalah terkejut, dia menyayangkan mengapa Elara selaku Bosnya di Gloomy Corporation tidak memberitahu dirinya. Pria itu mendatangi ruangan Ares.
"Selamat pagi, Tuan!"
Ares menoleh sesaat, lalu kembali focus pada berkas yang sedang di tanda tanganinya.
"Ada apa?" tanya Ares.
"Apa benar mengenai kabar anda telah bercerai dengan Nyonya Elara?"
Ares menghentikan kegiatannya. Ia merebahkan tubuh ke belakang bersandar pada kursi kerjanya. "Ya, aku sudah bercerai dengannya, apa ada masalah?"
"Saya akan mengundurkan diri!"
Ares mengeryitnya kening. "Maksudmu?"
"Nyonya lah alasan saya masih bertahan bekerja di sini, kalau begitu saya permisi," ucapan Sebastian membuat Ares beranjak dari kursinya.
"Apa-apaan kamu?!"
"Meski saya tau, saya tidak akan pernah mampu untuk bersanding dengannya, tapi saya ingin selalu melayaninya sebagai bentuk pengabdian saya pada Nyonya," jelasnya.
"Jadi selama ini kau menyimpan perasaan pada istriku?"
"Mantan Tuan, anda sudah bercerai," sela Sebastian.
"Persetan!" Ares membanting berkas di mejanya.
Sebastian tidak mengubris amarah Ares, pria itu memilih pergi menuju Elara berada. Ares benar-benar tidak menyangka, ternyata selama ini banyak yang menantikan perpisahannya dengan Elara. Dia hanya bisa menggeram dengan rasa sakit menusuk di sanubarinya.
🍁🍁🍁
Elara POV
Kediaman Satya Nasution
Aku mematut diri di depan cermin, hari ini aku akan kembali bekerja di perusahaan keluargaku. Ayah bersikeras agar aku mendampinginya sebagai wakil direktur padahal, aku sedang ingin beristirahat sejenak. Rasanya aneh untuk bekerja selain di Gloomy Corporation namun, Kakak malah tersenyum senang mendengar keputusan Ayah.
"Kembalilah ke Uniclever, sibukkan dirimu agar kau lupa dengannya," Kakak mengusap puncak kepalaku.
Aku tersenyum mendengarnya, dengan perasaan yang lebih lapang aku mengangguk. Aku tau, mereka sengaja melakukan ini padaku. Ya, ini demi kebaikanku. Membuatku secara perlahan melupakan Ares dan Atmaja seiring waktu.
Aku mengenakan kemeja bahan satin dengan rok span selutut, blazer tanpa lengan berwarna nude sebagai sentuhan akhir. Aku mengikat rambutku yang panjang terurai seperti ekor kuda dengan beberapa anak rambut yang ku biarkan menjuntai. Sapuan tipis bedak tabur diatas bb cushion membuatku kulitku bernafas, dibandingkan dengan sunblock yang tebal.
Lip balm pink pucat menjadi pilihanku agar bibirku tetap lembab. Beruntung sekali Tuhan menciptakanku dengan alis cukup tebal dan terukir cantik, sehingga aku tidak perlu merubah ataupun menambahkan sesuatu di sana. Suara Martha membuat ritual meriasku terhenti.
"Anda seperti anak SMA, Nyonya manis sekali. Ada apa? Tidak seperti biasanya? Biasanya anda senang dengan warna-warna tegas," seloroh Martha sambil berdecak kagum.
aku tersenyum mendengar menuturan Martha. "Entahlah Martha, mungkin aku ingin mencoba hal baru," jawabku sambil meraih kelly bag.
Langkah kakiku di sepanjang anak tangga membuat orang yang berada di lantai bawah menoleh, sepasang mata terpaku menatapku tanpa berkedip. Dan aku, terkesiap dengan pandangan orang itu.
"Charles!" panggilku.
"Ara..." ucapnya lirih.
Aku berjalan mendekat pada pria bermata biru tersebut. Wajahnya yang tampan mampu mengusik konsentrasiku. "Kau disini?"
"Ya, bersama orang tuaku," jawabannya membuatku melebarkan mata.
"Dengan orang tuamu? Ada apa?" tanyaku penasaran.
Charles tersenyum mempesona, aku sampai silau melihatnya. "Aku ingin melamarmu, atau kau yang ingin melamarku?"
Pria ini benar-benar to the point, aku menunduk karena salah tingkah. Ya tuhan, pria ini benar-benar melamarku!
"Ara..."
"Ya?"
"Kau cantik sekali, terlihat segar dan manis," pujinya.
"Mulutmu tidak kalah manis, sepertinya Tuan Charles sudah sangat biasa memuji wanita," ucapanku membuat Charles tidak enak hati, dia tidak mau membuatku kecewa karena masa lalunya yang dikelilingi wanita.
"Aku hanya memujimu, tidak ada yang lain, percayalah!" aku melihat gurat khawatir di wajahnya, itu membuatku terkikik geli. Mungkin akan menyenangkan mengerjainya sebentar.
"Hm... benarkah hanya memujiku? Aku tidak percaya," sahutku dengan ekspresi polos.
Charles tampak panik, dia seperti berfikir dengan keras untuk meyakinkanku. Dengan senyuman aku mengakhiri acara mengerjainya.
"Baiklah, aku percaya."
Helaan nafas lega Charles hembuskan, aku sampai terkekeh melihatnya.
"Kau mengerjaiku, Ara!" semburat merah terlihat di pipinya.
Aku menangkupkan kedua tanganku dengan senyum tipis. "Maaf, aku senang melihat wajah khawatirmu. Aku merasa diperhatikan."
Charles memandangku dengan tatapan aneh. "Aku akan terus memperhatikanmu, menjagamu dan membahagiakanmu Ara... itu janjiku," ucapnya serius.
Aku yang mendengar itu menjadi terharu, aku merasakan ketulusan dari setiap katanya. Aku pun menitikkan air mata. Charles terhenyak melihatku yang mengusap kilat pipiku yang basah.
"Kau menangis? Apa aku menyakitimu?" pria itu mengusap pipiku lembut.
Aku menggeleng menenangkan dirinya. "Tidak, aku hanya terharu. Terimakasih, Charles!"
🍁🍁🍁
Aku yang tadinya ingin berangkat kerja terpaksa menundanya, kehadiran keluarga Charles ke rumah pada pagi hari cukup mengejutkan pihak keluargaku. Kami akhirnya berkumpul di ruang keluarga. Aku duduk bersebrangan dengan Charles yang tidak henti memandangku, Itu membuatku risih hingga aku memilih menundukkan kepala.
"Maafkan kami menganggu waktu anda Tuan Satya."
"Tidak masalah, Tuan Scoot, kita ini satu rekanan bukan?"
"Ah ya, benar sekali. Tapi tujuan saya kesini bukan untuk masalah bisnis," timpal Evans.
Satya menegakkan duduknya. "Ada masalah apa?"
Widiawati mengambil alih pembicaraan. "Kami kesini untuk melamar anakmu, Satya,"
Pihak keluargaku menampakkan ekspresi tidak biasa, terkejut lebih tepatnya. Ya, bagaimana tidak anaknya baru diceraikan langsung dilamar di bulan yang sama.
Ayah menoleh padaku. "Jadi Charles yang akan kau nikahi minggu ini?"
Aku mengangguk. "Iya, Ayah,"
Ayah tampak berfikir. "Tapi apa alasan kalian ingin menikah begitu cepat? Bukankah kalian belum lama saling mengenal?"
Aku menegang mendapat pertanyaan tersebut, apa alasanku menikahi Charles yang baru ku kenal? Tidak mungkin aku jujur jika sudah meniduri pria itu. Itu sangat memalukan. Aku mencuri pandang pada Charles, memberi kode apa sebaiknya yang harus aku jawab?
"Saya mencintai, Ara sejak pertama kali bertemu. Dan perceraiannya adalah jalan Tuhan agar saya bisa bersamanya," Tante Widi tampak mencubit paha Charles. Jawaban pria itu terlalu terus terang. Bahkan bahagia di atas perceraianku.
Tidak bisakah dia berbohong lebih baik lagi? batinku.
Januar yang mendengar jawaban Charles tergelak. "Ara, banyak orang yang menyumpahimu bercerai rupanya," Ayah melotot hingga Kakak bungkam. "Sorry," cicitnya dengan senyum jenaka.
Ayah memejamkan mata, Ibu sendiri tidak banyak komentar. Beliau seperti sibuk memberi kode pada Tante Widi.
Ada apa dengan mereka?
"Semua keputusan ada padamu, Ara. Ayah hanya tidak mau kau menyesali apa yang kau pilih karena terlalu tergesa-gesa," jelas Ayah membuat Charles angkat bicara.
"Saya tidak akan membuat Ara menyesal, Ayah mertua!" Evans sudah menahan tangannya yang memegang tongkat untuk tidak memukul kepala puteranya. Anaknya ini seperti pejantan yang kebelet kawin, bikin malu.
Aku sendiri berusaha menahan geli mendengar Charles yang meyakinkan Ayah, bahkan Ayah sudah mendapat panggilan mertua. Pria ini sangat berani!
"Anak muda, bersabarlah," sahut Ayah yang risih mendapat panggilan mertua. "Lamaranmu saya terima tapi, tidak dalam minggu ini. saya mengijinkanmu menikahi anak saya bulan depan."
Ibarat ekspresi dalam komik, tubuh Charles seperti batu yang retak. Padahal dalam bayangannya sepanjang jalan adalah tidur bersama Ara sebentar lagi, dan menunggu sebulan itu bagai 1 abad.
"Ayah mertua, bagaimana jika dipercepat la-"
"Terima kasih atas jawabannya, kami akan menunggu. Kalau begitu kami pamit dulu," Evans menarik paksa Charles yang belum selesai berucap.
Jika bisa mengulang proses pembuatan Charles, Evans akan mengadoninya dengan baik ditambahkan rasa malu dan pendiam. Anaknya ini benar-benar tidak menggambarkan seorang Tuan Muda. Tidak tahu malu dan pecicilan. Sayangnya Tuhan hanya memberikannya satu anak, yaitu Charles yang sekarang diseretnya.
"Ayah, bulan depan terlalu lama," rengeknya sambil melambaikan tangan padaku.
"Jika kau tidak mau menunggu, aku akan kebiri burungmu!"
Charles menoleh cepat dengan ngeri. "Ayah! Apa ayah tidak mau punya cucu?"
"Jika seperti kamu, sebaiknya tidak usah," sahutnya menusuk jantung Charles.
Pria itu berlari meninggalkan Ayahnya yang tega berkata kejam. "Ayah. Tega!"
"Lihat dia, apa benar dia anakku?" ucapnya membuat Widiawati terkikik geli. "Bagaimana bisa Elara mau denganmu?" seru Evans ditimpali dengan bantingan pintu mobil dari Charles.
Tbc.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan comment kalian agar aku kebih baik lagi, Enjoy!
Aku mau up tadi malem malah ketiduran... ah... susah klo udah rebahan. 😂😂😂
Charles udah ngebet banget, Sebastian ngejar Ara juga... wah othor jadi Ara adja deh. Muahahahaha
alur ceritanya jg Ter atur. love u thor 🥰🥰🫰
gita " tapi malu... "