Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengintai Mengawasi
Di sekolah Ziroza.
Tampak suasana kelas XII A sangat riuh, maklumlah masih pagi jadi mereka yang gabut sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Cewek cewek sibuk gosip, sedangkan para cowok di kelas itu nobar bareng.
Terutama Bara, Tio, dan Revan... mereka bertiga menonton Spongebob Squarpants. Kartun paforit mereka sejak masih balita hingga bujang seperti saat ini.
"Anjing, pelit banget si tuan Krab masa pegawainya tidak digaji?"
Geram Tio sambil fokus pada layar ponsel milik Bara.
"Mereka bekerja dengan hati bukan dengan uang, gitu aja lu gak tau? Kalau gua jadi tuan Krab malah gua senang punya pegawai seperti Spongebob dan Squidward."
Revan menjelaskan panjang lebar kepada teman berandalannya itu.
Bara menyimak obrolan mereka dengan santai, sesekali menyeruput minuman teh pucuknya.
"Lu pada sudah bujang masih aja debatin kartun Spongebob"
Tio dan Revan menatap tajam kearahnya.
"Daripada lu kerjaannya cuma pacaran mulu sama Rara."
Sindir Revan sengit.
"Bilang aja lu iri karena lu jomblo, nih gua udah punya gebetan lu mana? Gak ada kan?"
Angkuh Bara menepuk dadanya dengan bangga.
Tio juga menyahut.
"Lu bawa kemana Rara, jangan jangan lu udah--
"Diam, gua orang yang baik ya jadi jangan mikirin yang aneh aneh."
Bara mendengus kesal berdebat dengan mereka berdua.
--
Tampak Rara, Ayu, dan Cila tampak serius mengobrol dimeja Cila.
"Heh, anak rumahan lo mau kemana rencananya setelah lulus nanti?"
Tanya Ayu mengintrogasi sahabatnya itu.
Rara mengangguk, dia juga ikut bertanya.
"Pasti lo kuliah di luar negeri ya, Cil? Enak banget ya jadi orang kaya bisa kuliah di luar negeri, lah gue gak bisa kayak lo."
Rara merasa Cila anak yang beruntung.
Dia putri dari keluarga kaya raya dan siswa yang berbakat. Pastinya Cila tidak mau kuliah di kota ini.
Cila menjawab malas ucapan kedua temannya.
"Kayaknya gue gak kuliah deh apalagi di luar negeri?"
Cila ragu, papanya mengatakan jika dia bebas dengan masa depannya.
Papanya tidak memaksanya lagi sebab dia sudah sedikit dewasa jadi sudah bisa mengambil keputusannya sendiri.
"What serius, Cil?"
Ayu dan Rara bersorak heboh.
"Iya-- soalnya gue ingin nikah sih, kan lumayan gak mikirin belajar lagi, Hehe."
Cila berucap serius karena otaknya tidak akan sanggup lagi memikirkan pelajaran.
Kalau laki laki sih bisa, soalnya banyak yang menjadi ilmuwan itu kan jarang sekali ada wanita. Cila berfikir jika gagal menjadi orang pintar maka Cila bisa menjadi wanita karir.
Tapi Cila memilih tidak saja, semua itu demi bisa bersama kak Wiranya.
"Pemikiran macam apa itu?"
Duo cewek itu hanya menggelengkan saja kepalanya saja.
"Tapi benar sih, gue juga gak sabar pengen dinikahin sama Bara"
Rara tersenyum sendiri dan membayangkan pacarnya itu melamarnya dengan meriah.
Ayu segera menyenggol bahunya.
"Dih, itu namanya betinanya yang kebelet nikah bukan lakinya"
"Berisik lo jones."
Umpat Rara kesal diledek Ayu.
"Jones apaan, Ra"
Cila bertanya dengan nada penasaran.
"Jomblo ngenes, Hihihi."
"Awas lo, Ra."
Ayu membuang muka kearah lain setelah diledek Rara.
Mereka bertiga saling berbicara dengan sengit apalagi Rara dan Ayu saling mengejek satu sama lain. Cila fokus membuka bukunya saja... meladeni dua temannga itu hanya mengurangi nilainya saja.
--
"Jadi disini sekolahnya putri David pengkhianat itu?"
Seorang pemuda mengenakan pakaian tertutup misterius bertanya kepada orang yang ada disampingnya.
Orang yang berada disampingnya mengangguk mantap.
"Benar, kita harus menculiknya supaya Jati keluar dari sarangnya lalu kita bisa mengancamnya dengan gadis itu sebagai tawanannya."
Pemuda misterius memanggut manggut mengerti.
"Baiklah, bersiaplah rencana A kita mulai."
Baik pemuda itu dan orang yang ada disampingnya segera bersembunyi dibalik bayangan. Mereka harus mengawasi target mereka agar tidak bisa lolos dari rencana mereka.