Dia.. anak, Kakak, saudara dan kekasih yang keras, tegas dengan tatapannya yang menusuk. Perubahan ekspresi dapat ia mainkan dengan lihai. Marcelline.. pengendali segalanya!
Dan.. terlalu banyak benang merah yang saling menyatu di sini.
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Lintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. -
Aryasena Renandra Alghazir. Pria tampan yang tidak terlihat kekurangannya. Semuanya ia miliki, nyaris sempurna dan idaman bagi para gadis. Minusnya sikapnya sangatlah dingin.
Arya yang sedang duduk berhadapan dengan Azri yang menunduk. Sudah setengah jam, tapi tidak ada percakapan diantara keduanya. Membuat Azri membuang napas kasar dan menatap Arya.
"Jadi...."
"Azri!?"
Suara Azri terpotong dengan suara lembut yang heboh menyapa dirinya.
Azri berdiri dan tersenyum, ia memeluk wanita paruh baya ini.
Elara Sofi Alghazir. Ibunya Aryasena.
"Kamu ini, Mommy kangen banget tapi kamu malah baru datang sekarang? Jahat," ucap Elara cemberut.
"Aku juga kangen banget sama Mommy. Sehat kan? Maaf aku baru sempat dateng lagi," papar Azri lembut.
"Gapapa, tapi kamu bakal nginep kan? Iyakan?" Elara sangat antusias sekali.
"Iya."
Bukan Azri yang menjawab, melainkan Arya, dan itu tidak bisa di bantah oleh Azri yang biasanya jarang patuh.
Azri tersenyum mengelus wajah Elara. "Mommy kelihatan lebih muda ya?" pujinya.
Elara mencubit pinggang Azri. "Jangan ngaco, udah 40 tahun ini," katanya.
"Aku serius Mom, Mommy cantik dan keliatan lebih muda," ujar Azri jujur.
"Oke oke, Mommy kan memang cantik. Kamu udah makan malam? Kenapa kelihatannya malah kayak orang yang punya banyak beban pikiran sih? Kamu nggak papa kan? Coba cerita sama Mommy."
"Nggak ada apa-apa, Mom," sahut Azri.
"Bohong, Mommy tau kamu," ucap Elara.
Azri membawa duduk Elara dan menggenggam tangan wanita ini.
"Aku mau tanya satu hal deh sama Mommy, tapi jawab jujur ya?" pinta Azri di angguki oleh Elara.
"Apa kalian tau kalau aku ini anak haram?"
Elara menutup mulut Azri. "Kamu ini ngomong apa?!" marahnya.
Azri menyingkirkan tangan itu. "Pertanyaan serius Mom. Kalian tau tentang aku yang anak haram kan? Aku putranya Papa Darius. Aku parasit untuk Bang Ervan."
"Tau," jawab Arya dingin.
Azri memejamkan mata, lalu tersenyum miring, senyum yang berubah menjadi tawa. Tawa yang sulit di jelaskan tapi tersimpan kekecewaan di sana.
"Ternyata sama aja," kekehnya.
Azri menatap Elara yang menunduk itu. "Aku pulang...."
"Telinga mu tuli?" potong Arya bertanya.
"Kenapa malah menahan anak haram ini?" tanya Azri menatap Arya berani.
"Lama-lama aku yang akan menjahit mulut mu itu!" tegas Arya tidak main-main.
Azri mengambil napas dan membuangnya kasar, lalu berbaring menjadikan paha Elara sebagai bantal. Ia memejamkan matanya.
"Capek Mom," keluh Azri.
"Istirahat sayang," sahut Elara membelai lembut kepala Azri.
"Hidup sekejam itu ternyata saat menerima sebuah kenyataan pahit," ucap Azri tersenyum miris.
Elara menahan tangis lalu menatap sang putra yang berbicara tanpa suara.
"It's okey."
°
"Kenapa lo yakin ngelepasin Tuan Muda sama orang itu?" tanya Raditya pada Delano. Mereka ada di warkop sekarang.
"Lo nggak kenal siapa orang itu?" tanya Delano sebelum menjawab.
Raditya mengerut lalu kepalanya perlahan menggeleng. "Siapa emang?"
"Tuan Alghazir. Pengusaha sukses yang terkenal dimana-mana. Kedudukannya berada di nomor dua setelah Nona Hart. Harusnya itu berita umum kan? Kenapa bisa lo nggak tau?"
"Selama ini apa pernah Tuan Alghazir itu nunjukin diri ke publik? Semuanya di balik layar, dan beneran nggak ada yang kasih bocoran sedikit tentang mukanya itu, jadi gimana gue bisa tau itu dia coba? Lagian lo tau dia dari mana?"
Raidtya kepo. Delano meletakkan secangkir kopinya.
"Gue pernah nemenin Nona Hart bertemu beliau secara pribadi dan private. Semacam urusan pribadi gitu," jawab Delano pula.
"Dan kenapa Tuan Muda kelihatannya dekat banget sama Tuan Alghazir?"