Merebut Cintamu

Melani merasa hari itu tidak ada pekerjaan dan tubuhnya lelah karena semalam di tiduri monster pikirnya. Jadi dia memilih untuk tidur lagi. Armando tiba di kantor dan mengganti bajunya. Ada rapat yang harus dihadiri. Dia meminta Arsen untuk memperketat penjagaan Melani. Hasil rapat pagi membuat hati Armando senang. Sebenarnya Armando sudah senang sejak dia datang. Karena Melani semalam sudah melayaninya. Tidak lama kemudian masuklah seorang wanita cantik dan anggun.

"Pagi sayang,semoga aku tidak mengganggumu ya". Trisia Amanda. Model cantik yang sedang merambah dunia film menyapa Armando.

"Tumben ke sini?". tanya Armando. Trisia pernah menjadi model iklannya. Armando sudah mengenal Trisia lama.

"Kamu ko ga kontrak aku untuk iklanmu sih? malah kontrak model baru". Trisia berkata manja.

"Kamu kurang job?". Armando bertanya santai. Trisia tidak kurang pekerjaan. Dia sudah lama menyukai Armando. Pekerjaan hanyalah sarana bagi Trisia untuk dekat dengan Armando. Sejak lama Armando tidak pernah meliriknya untuk kencan ataupun jadi kekasihnya. Padahal Trisia sangat mengharapkannya. Armando hanya mengontraknya untuk jadi model iklannya saja. Jika pria itu bersikap baik padanya hanya karena sikap profesional dalam pekerjaan. Tapi Trisia tidak menyerah.

"Kamu ga mau makan siang bareng aku?". Trisia mengalihkan pembicaraan

"Nanti jadi gosip loh". Armando sebenarnya tau Trisia menaruh hati padanya. Dari tatapan gadis itu terlihat jelas ada cinta. Tapi dia tidak punya perasaan yang sama. Apalagi pengalaman semalam membuatnya sadar, siapa yang di sukainya. Melani.

"Kalau di gosipin sama kamu aku ga keberatan ko". jawab Trisia lembut. Dia memang gadis yang menarik dengan latar belakang yang bagus. Trisia juga menjaga reputasinya dengan baik. Armando tidak sembarangan memilih model iklannya. Armando juga tidak suka bermain-main jika hatinya tidak berkenan. Trisia tau dulu ada seorang gadis yang dulu dekat dengan Armando. Gadis itu sering menemani Armando kemanapun. Trisia sangat iri dan cemburu pada gadis itu, walau belum di jadikan kekasih oleh Armando. Namun gadis itu tiba-tiba menghilang. Terbitlah harapan Trisia untuk menjadi kekasih Armando. Hingga kini upayanya belum berhasil.

"Aku yang rugi dong nanti di tuduh ngapa-ngapain kamu". tolak Armando.

"Ngapa-ngapain juga ga apa". Trisia berkata sambil tersipu.

"Bener ga apa aku apa-apain?". Armando menantang. Trisia mengangguk malu.

"Ya sudah. Kamu aku suruh pulang. Aku banyak kerjaan". kata Armando tegas. Trisia terpana. Di suruh pulang? ya ampun pria satu ini beneran ya.

"Ya sudah aku pulang". Trisia bangkit berdiri dan melangkah keluar dengan merajuk. Dia kesal sudah banting harga tapi tetap tidak di sambut. Armando kamu tuh gimana sih. Armando menatap kepergian Trisia dengan sedikit senyum. Ngambek, besok juga datang lagi. Trisia tidak pernah bersikap murahan atau kurang ajar. Sebab itu Armando tidak pernah melarang Trisia datangke kantornya kapan pun dia mau. Hanya jika sedang sibuk Armando akan mengusirnya. Armando ingin menyelesaikan pekerjaannya hari itu karena sebelum pulang ke rumah dia ingin menengok Melani di apartemennya.

Arleta siang itu malas makan siang seorang diri. Restandi sibuk di rumah sakit. Dia pun turun ke bawah. Banyak staf keluar makan siang sehingga klinik sepi. Dilihatnya seorang pria tampak berdiri di depan.

"Norman". seru Arleta terkejut melihat Norman Sati seorang diri.

"Loh mbak Arleta". jawab Norman sopan.

"Kamu ngapain?". Arleta penasaran.

"Tadinya Meu ketemu Diana mbak, tapi dia ga ada. mungkin makan siang". kata Norman menjelaskan.

"Kamu sudah hubungi ponselnya?".

"Tidak di angkat mbak. Pesan juga tidak di balas. Belakangan ini sepertinya Diana menghindari saya. Entah kenapa". Aneh pikir Arleta. Diana kan suka pada Norman.

"Nanti deh aku tanya sama dia". kata Arleta mengungkapkan keprihatinannya.

"Tolong ya mbak. Kalau begitu aku permisi dulu". Norman pamit pada Arleta.

"Hati-hati. Salam untuk dokter pujaan aku ya". kata Arleta sambil mengedipkan mata. Norman balas tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya tanda setuju. Setelah Norman pergi Arleta mencoba menghubungi Diana. Ternyata diangkat.

"Kamu di mana Di?". tanya Arleta.

"Aku di cafe sebelah". jawab Diana.

"Aku ke situ ya". Arleta pun menutup panggilannya lalu bergegas ke cafe sebelah kliniknya.

"Di sini rupanya kamu sembunyi ya". ujar Arleta pada Diana yang sedang menikmati secangkir kopi. Diana cuma tersenyum. Terlihat wajahnya muram.

"Tadi Norman mencarimu ada apasih ko kamu menghindari dia? kamu ga suka lagi sama dia?". tanya Arleta yang duduk di hadapan Diana.

"Aku cinta sama dia. Tapi begitu tau tentang keluarganya aku takut Arleta. Dia anak seorang Jendral sedangkan aku bukan siapa-siapa". Diana berterus terang dengan sedih. Ah akhirnya kamu tau tentang keluarganya pikir Arleta.

"Kenapa mesti Taku? kalau kamu mencintainya ya di coba dulu kenal keluarganya. Norman tau apa yang kamu takutkan?". Arleta bersimpati.

"Belum. Norman tidak tau, aku takut sendiri". Diana memainkan ponselnya ada banyak pesan Norman di sana.

"Kamu coba bicara dulu sama Norman. Tentang orangtuanya cuma Norman yang tau. Aku yakin jika Norman serius padamu dia pasti akan mendukungmu". Arleta menenangkan.

"Ok deh. Aku coba bicara pada Norman". Diana menghabiskan kopinya. Arleta dan Diana pun kembali ke klinik. Tidak lama kemudian Restandi menghubungi Arleta. Dia pun menjawab panggilannya.

"Hai Rest". sapa Arleta.

"Sejak kapan calon istriku jadi genit?". tanya Restandi galak.

"Maksudnya apa ya?". tanya Arleta manja.

"Kenapa kamu mengedipkan mata pada Norman?". Arleta tau sekarang yang di maksud Restandi. Dia tertawa. Norman ini kenapa juga cerita pada Restandi apa yang di lakukannya.

"Awas ya kalau kamu lakukan lagi aku akan belikan kacamata kuda. Jangan pernah tebar pesona pada pria lain ". Restandi mengancam.

"Biar saja. Soalnya aku sudah tidak di perhatikan lagi". Arleta merajuk. Restandi tertawa.

"Maaf ya sayang. Aku lagi sibuk belakangan ini". sejak menyatakan rasa sayangnya Restandi sekarang memanggilnya demikian.

"Pak dokter kamu sudah makan siang?". tanya Arleta ingin tau.

"Dokter pujaanmu ini belum makan siang. Biasanya ada gadis cantik yang datang bawa makan siang. Sepertinya dia lupa sama tunangannya". Restandi menyindir Arleta.

"Habis yang diurusin jantung orang lain sih. Jantung calon istrinya diabaikan". Balas Arleta tidak terima di sindir.

"Kamu ya pintar bicara, awas saja ketemu nanti habis kamu". Restandi gemas pada Arleta.

"Mau diapain memangnya?". Arleta tidak takut karena jauh.

"Di bikin gendut selama 9 bulan" Restandi menjawab dengan mesra. Arleta tersipu.

Malam itu sepulang kerja Armando datang ke apartemen menengok Melani. Gadis itu sedang menonton tv. Dia tau Armando datang namun dia sengaja mengabaikan.