Novel pertama. Mohon saran dan kritikannya..
''Nona kenapa? Astaga, tunggu Bibi akan panggil Dokter dulu'' kata Bibi Yun sambil berlari kearah pintu.
"Huff ternyata aku terlahir kembali dalam tubuh gadis lemah ini. Dan wanita tadi itu pengasuhnya Bibi Yun'' gumam Vio pada dirinya sendiri sambil memijit pelipisnya yang masi terasa pusing dan mengingat kembali kejadian kekerasan yang masi terlintas di kepalanya.
'' Brengsek kalian semua'' ucapnya dengan dingin dengan mata yang tajam. Tenang saja Viona, aku Viora berjanji akan membalas semua yang mereka lakukan padamu, karena jiwaku berada dalam tubuhmu, maka mulai saat ini tubuhmu menjadi milikku, Hee tunggu pembalasanku.
"Aku Viona Lili Jacklin akan membalas semua kejahatan kalian."
Apakah Viona berhasil membalaskan dendamnya? Yukk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriani Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Ibu Adalah Segalanya
''Appaa! jadi orang yang mama sewa gagal untuk mencelakai si culun, malah mereka yang babak belur! Brengseekk, mereka sangat lemah'' ucapnya dengan lantang.
Mira juga bingung dan sedikit tak percaya, kenapa si culun bisa berubah jadi kuat dan bisa melawan orang yang di sewanya. Bahkan orang itu seorang klen Mafia. Tapi dia percaya setelah melihat bukti yang di berikannya.
''Ya Mama juga kaget saat tau mareka gagal, tapi tenang saja Mama akan mencari orang yang lebih kuat untuk mencelakai anak culun itu.''
Tak henti-hentinya mereka mencari masalah dengan Viona, padahal mereka sudah merebut semua milik Viona, apalagi yang mereka inginkan.
...----------------...
Hari Minggu merupakan hari libur yang banyak dimanfaatkan oleh hampir semua kalangan untuk beristirahat setelah di sibukkan dengan beragam aktivitas. Hari Minggu begitu dinanti oleh banyak orang untuk bersantai atau melakukan kegiatan favoritnya.
Begitupun halnya dengan Viona, dia paling malas bangun jika hari minggu tiba, tapi dia telah memiliki janji dengan Bang Gondrong untuk bertemu di taman sekitar jam Sebelas.
Viona bangun sekitar jam delapan dan segera mandi, bersantai dan berendam di bathtub yang sudah tercampur dengan wangian aroma Vanila.
lanjut sarapan bersama dengan keluarganya sebelum dia pergi, tak lupa juga Viona memberi makan ketiga sahabatnya, untuk masalah mandi mereka, Viona masih menyuruh mandi di air terjun yang berada di ruang dimensinya untuk sementara.
Setelah semuanya beres Viona akhirnya berangkat menuju taman, tapi dia mampir sebentar ke Supermarket membeli beberapa cemilan dan minuman. Dan ternyata dia tiba satu jam lebih awal, jadi dia menuju pinggir danau di pohon besar tempat favoritnya itu, dia akan menunggu disana.
Saat Viona berjalan mendekat ke arah pohon, dia melihat seorang pemuda yang waktu itu, di mana Viona mendengar semua keluh kesahnya dalam batin. Viona berjalan menghampiri. ''Permisi'' ucapnya sopan.
Pemuda itu tersentak dari lamunannya saat mendengar suara yang begitu lembut menyapanya. Dia menoleh, ''Maaf apa Anda menyapa saya nona?'' tanyanya sambil clingak clinguk.
''Yaa saya yang menyapamu, dan tak ada orang lain dekat sini.''
Pemuda itu segera berdiri dan menunduk. ''Maaf nona jika saya mengganggu Anda'' katanya dan ingin berbalik pergi.
Viona bingung maksud pemuda itu, kenapa dia Minta Maaf, kapan dia berbuat salah. ''Hei kamu mau kemana? dan kenapa Minta Maaf?''
pemuda itupun berbalik kembali dan masih menunduk. ''Nona tidak ada orang yang mau berdekatan dengan saya, karena saya hanya pemulung dan badan saya bau sampah, dan juga akan merasa jijik jika melihat wajah saya yang jelek ini'' ucapnya yang masih menunduk.
''Dan nona pasti juga merasakan hal yang sama. maka2nya saya minta maaf telah mengganggu kenyamanan nona'' lirihnya.
Viona mengerti kemana arah jalan cerita itu, apa lagi kalau bukan masalah pembullyan, Viona tersenyum dan berkata. ''Hei tapi sayang sekali tebakanmu salah, saya sama sekali tidak merasa terganggu.''
Mendengar ucapan Viona pemuda itu tertegun, baru kali ini ada seseorang yang tidak merasa terganggu akan kehadirannya. Dia memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya.
Dia melihat seorang gadis cantik yang menatapnya dengan tersenyum tanpa ada rasa jijik sedikit pun. Dia sangat terharu.
''Duduklah kembali, seharusnya saya yang meminta maaf kepadamu karena telah mengganggu ketenanganmu.''
''Tidak nona, anda tidak bersalah'' ucapnya cepat dengan menggelengkan kepalanya.
Viona duduk dan bersandar di batang pohon kayu itu, ''Kenapa masih berdiri? Sini duduklah.''
Pemuda itu merasa ragu, tapi dia tetap duduk dan memandang ke arah danau. ''Ternyata begini rasanya berbicara dengan seseorang tanpa ada hinaan dan cemohan'' batinnya.
Viona sangat sedih mendengarnya, entah kanapa hatinya merasa sakit. ''Tadinya saya ingin memanjat pohon ini, tapi melihat kamu di sini jadi tidak jadi, mending disini ada teman ngobrol.''
Pemuda itu terdiam sembari menatap pohon yang besar itu. ''Nona apa anda bisa memanjat dan untuk apa nona memanjat pohon itu?'' tanyanya yang masih terdengar canggung.
''Tentu saya bisa memanjatnya, dan pohon ini tempat favorit saya jika saya ke taman ini, saya akan memanjat dan berbaring diatas sana.''
''Astaga nona ini dia sangat pemberani apa dia tidak takut jatuh, pohonya lumayan tinggi, apa tidak ada tempat lain?'' batinnya.
Viona tersenyum kecil mendengarnya, itu hal yang biasa dia lakukannya jika ingin melumpuhkan target yang sedang bersembunyi di dalam hutan.
''Nona kenapa anda memanjat pohon, itu sangat tinggi jika nona terjatuh dan tidak ada yang melihat bagaimana? Nona akan terluka'' ucapnya perhatian, entah dia sadar dengan ucapannya atau tidak.
Hati Viona menghangat mendengar ucapan pemuda itu, padahal itu hanya sekedar basa basi tapi dia menganggapnya sebuah perhatian.
''tenang saja saya tidak akan jatuh dan terluka. Yaa mau bagaimana lagi itu salah satu hobi saya.''
''Ternyata ada seorang gadis yang hobinya manjat pohon kalau manjat tebing beda lagi, heem ternyata sangat menyenangkan berbicara dengan seseorang.''
''Hem ya nona, saya hanya ingin memperingati untuk berhati hati jika nona ingin memanjat lagi, mau bagaimanapun pohon itu sangat tinggi.''
''Ya ya baiklah lain kali saya akan berhati hati'' balasnya sembari mengambil paperbag yang berada di sampingnya dan mengeluarkan isinya.
Viona Menyodorkan Dua bungkus roti yang lumayan besar dan air botol mineral yang di belinya di Supermarket tadi. ''Ambil dan makanlah.''
Pemuda itu memang merasa lapar, karena hari ini dia belum memakan apa pun, karena jika dia ingin makan harus menjual hasil mulungnya terlebih dahulu agar dapat membeli makanan.
Dia merasa malu untuk mengambilnya, dan juga karena baru kali ini mereka bertemu. ''Tidak usah nona, nona saja yang makan.''
Viona tau pemuda itu menahan lapar, Viona tidak suka mendengar penolakan, ''Tenang saja makanannya tidak ada racunnya kok, dan ini ada banyak, jadi mari kita makan bersama'' ucap Viona sedikit memaksa.
Mendengar ucapan Viona yang sedikit memaksanya pemuda itu akhirnya mengambil roti dan air minum itu, ''Terima kasih nona.''
''Hmm makan dan habiskanlah,'' balas Viona sembari membuka bungkusan roti miliknya.
Mereka berdua akhirnya memakan roti bersama dengan diam, sampai akhirnya Viona menghabiskan dua bungkus roti.
Viona melihat pemuda itu hanya menghabiskan satu bungku roti, ''Kenapa cuman makan satu? Kenapa tidak di habiskan ini masih ada lagi.''
''Ehh itu nona, emm anu'' katanya sedikit gelegapan. ''Saya minta maaf nona, saya tidak bisa menghabiskannya'' lanjutnya.
Lagi-lagi Viona di buat bingung, pemuda itu sering kali meminta meminta maaf kepadanya. ''Apa kamu minta Maaf karena tidak bisa menghabiskan roti itu?''
''Ya nona, bukannya saya tidak bisa menghabiskannya, tapi saya menyisahkannya untuk Ibu saya, jika boleh saya membungkungkusnya pulang'' balasnya dengan menunduk.
Deg
Jantung Viona berdetak kencang mendengar ucapan pemuda itu, sungguh mulia hatinya, dia tetap mengingat ibunya walau hanya memakan sebuah roti. Viona terharu, dia juga akan melakukan apapun jika bersangkutan dengan seorang ibu.
Viona tersenyum menatap pemuda itu. ''Ohh tentu kamu boleh membawanya, dan ambil semua ini, bawa pulang untuk Ibumu.''
Mendengar ucapan Viona, pemuda itu sangat senang, dia mengangkat kepalanya dan membalas senyum manis Viona.
''Hoo walaupun wajahnya terlihat kucel dia sangat manis jika tersenyum seperti itu,''
''Terima Kasi nona, tapi ini sudah cukup.''
''Tidak bawa semuanya! ini pemberian dariku kamu tidak memintanya, dan tidak baik jika menolak rejeki.''
''Sekali lagi Terima kasih nona, Anda sungguh wanita yang sangat baik'' ujarnya senang.
''Hemm sama-sama, salam buat Ibumu'' ucap Viona sedikit sedih jika membahas tentang seorang Ibu, tapi dia tidak memperlihatkan itu.