"Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku tak memakai baju?"
Alicia Putri Pramudya begitu kaget ketika mengetahui dirinya dalam keadaan polos, di sampingnya ada pria yang sangat dia kenal, Hafis. Pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya tetapi dia tolak.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alicia Putri Pramudya?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih ulasan bagus dan kasih bintang 5 untuk yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gebrakan
Niatnya mau anu-anu dengan Cia, ternyata tak bisa karena wanita itu selalu saja pandai mengelak. Hafis yang kesal akhirnya memutuskan untuk menuntaskan geloranya dengan Naomi saja.
Kepala atas bawahnya sudah berkedut tak karuan, dia tak bisa menahannya lagi. Selepas sarapan pagi yang dia pesan secara online, Hafis berpamitan untuk pergi.
"Kamu mau ke mana, Yang?" tanya Cia.
Walaupun hatinya begitu membenci Hafis, tetapi dia masih bersikap normal. Karena masih ada hal yang harus dilakukan oleh Cia, dia tak mau kalau dia mulai berseteru saat ini dengan Hafis.
"Mau ngurus skripsi," bohong Hafis.
"Oke!" ujar Cia yang tak mau ambil pusing.
Hafis akhirnya pergi ke rumah kontrakan yang sudah dia sewa, dia ingin segera bertemu dengan Naomi dan melepaskan geloranya. Berbeda dengan Cia, hari ini dia memutuskan untuk tidak bekerja.
Wanita itu malah merapikan barang-barang milik Hafis dari apartemen, kemudian memasukkannya ke dalam koper dan menitipkannya kepada security yang berjaga di apartemen tersebut.
Setelah itu dia pulang ke kediaman Hanzel, wanita itu memeluk ibunya dengan penuh rindu. Sahira sempat kaget karena putrinya tiba-tiba datang dan memeluknya dengan begitu erat.
"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Sahira dengan khawatir.
"Tidak ada, Bu. Cia cuma mau pamit jalan-jalan," jawab Cia.
"Mau pergi ke mana? Kok tumben, apa mau bulan madu biar cepet punya baby?"
Sahira sebenarnya merasa aneh, putrinya itu melakukannya dengan Hafis sebelum mereka menikah. Kini usia pernikahan anaknya itu sudah 1 tahun, tetapi putrinya itu belum punya anak juga.
"No! Cia mau jalan-jalan sendiri, seminggu ini pokoknya mau menghabiskan waktu untuk bersenang-senang tanpa Hafis. Nanti tolong bilangin ayah kalau Cia jalan-jalan," ujar Cia.
Dia belum mau mengungkapkan permasalahan rumah tangganya kepada kedua orang tuanya, dia takut kalau kedua orang tuanya akan bersedih.
"Tapi ini aneh loh, kenapa kamu pergi tanpa Hafis?"
"Dia lagi sibuk, Bu. Makanya aku mau pergi sendiri, nanti tolong bilangin juga ya sama daddy Dion kalo aku pergi."
Sahira mengganggukan kepalanya tanda mengerti, dia pasti nanti akan memberitahukan Dion kalau putri mereka sedang pergi jalan-jalan.
"Mau pergi ke mana?"
"Mau nginap di puncak selama seminggu, di villa milik ayah. Boleh, kan?"
Cia nyengir kuda, dia berpikir pasti akan tenang rasanya kalau tinggal di tempat yang sejuk untuk sementara waktu.
"Boleh, Sayang. Pergilah," ujar Sahira.
Cia meminta sopir Hanzel untuk mengantarkan dirinya menuju puncak, karena selama perjalanan dia ingin istirahat. Dia ingin tidur.
Saat sore hari Cia tiba di sana dan langsung menikmati keindahan alam di sana, dia langsung duduk di taman belakang Villa sambil menikmati secangkir teh hangat.
Dia juga membawa kamera dan memotret dirinya yang sedang ada di sana, Cia merasa senang di sana. Karena bisa menghirup udara segar dengan serakah.
"Ternyata suasananya sangat indah," ujar Cia.
Jika Cia kini sedang menikmati keindahan alam di puncak, berbeda dengan Hafis. Pria itu ini sudah ada di Kafe x, dia sedang duduk bersama dengan Damar dan juga Wibowo.
"Bagaimana dengan uangnya?" tanya Hafis dengan tidak sabar.
"Uang apa ya?" tanya Wibowo.
"Loh kok malah tanya gitu? Uang penjualan rumah, kan' kemarin sudah saya kasih sertifikatnya. Perjanjian beli rumahnya juga sudah saya tandatangani," ujar Hafis.
"Apakah anda sudah membaca baik-baik tentang apa isi dari berkas yang saya sodorkan?" tanya Wibowo.
Hafis terdiam mendengar pertanyaan dari Wibowo, karena pada kenyataannya kemarin dia tidak memeriksa berkas yang diberikan oleh pria itu. Cia datang dan dia tidak sempat memeriksanya.
"Belum, tapi... Yang pasti itu menyangkut jual beli rumah, kan?"
"Anda salah, berkas yang kemarin ada tanda tangani adalah bekas pengalihan rumah atas nama Hafis menjadi Alicia Putri Pramudya. Lalu, tanda tangan yang satunya untuk surat perjanjian cerai dengan Alicia Putri Pramudya."
Kali ini Damar yang berbicara, Hafis sampai merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Jika berkas yang dia tanda tangani bukan berkas jual beli rumah, itu artinya semua yang terjadi sudah ada yang mengatur.
"Tolong jelaskan apa maksudnya?" tanya Hafis dengan syok.
"Rumah milik Alicia yang sudah di balik nama menjadi nama anda, kini sudah kembali menjadi nama Alicia. Untuk surat perjanjian cerai, itu dibuat oleh Alicia Putri Pramudya sendiri."
"Hah? Cia? Cerai?"
"Ya, dalam surat perjanjian yang sudah diserahkan ke pengadilan, di sana tertera kalau anda dengan sadar menceraikan Alicia Putri Pramudya. Anda juga dengan sadar tidak meminta apa-apa," jelas Damar.
"Aku, aku beneran udah cerai sama Cia?"
"Ya, ini akte cerainya."
Damar memberikan akta cerai kepada Hafis, pria itu masih syok dan hanya menatap Damar dan juga Wibowo dengan tatapan kosong.
"Untuk rumah kami mohon maaf tidak memberikan uangnya, karena rumah itu sudah kembali kepada pemiliknya. Anda sudah tidak berhak lagi untuk rumah itu," ujar Wibowo.
"Tunggu sebentar, jika Cia menceraikan aku, itu artinya dia sudah tahu tentang aku dan Naomi?"
"Ya, dia sudah tahu kalau anda menikah siri dengan Naomi. Anda bahkan sudah melakukan penjebakan terhadap nona Alicia, semua bukti kejahatan anda sudah ada pada saya. Jika anda macam-macam ---"
Damar belum selesai menyelesaikan ucapannya, tetapi dengan cepat Hafis menyelak ucapan dari pria itu.
"Saya paham, saya permisi."
Hafis sungguh tidak menyangka jika ini akan terjadi, dia tidak menyangka kalau ternyata Cia sudah mengetahui perselingkuhannya dengan Naomi.
Namun, jika dipikir-pikir dia merasa tidak berselingkuh dengan Naomi. Pada pernyataannya dia terlebih dahulu menjalin kasih dengan wanita itu, lalu sengaja menjebak Cia agar dia bisa mendapatkan harta wanita itu.
"Apa yang sekarang harus aku lakukan? Aku sudah tidak punya apa-apa, apa yang harus aku jelaskan kepada Naomi?"
Namun, walaupun seperti itu dia masih merasa bersyukur karena ternyata Cia tidak melaporkan dia ke polisi. Uang yang dia pegang hasil penjualan mobilnya, juga tak diminta oleh Cia.
Uang yang dia korupsi dari Resto milik wanita itu juga tidak diminta, Hafis masih merasa beruntung karena setidaknya dia masih memiliki uang.
"Kenapa bisa seperti ini?" tanya Hafis seperti orang linglung.
yg penting bisa lepas dari lelaki jahat itu ..dan bongkar kejahatan dia.. Nanti suatu saat harta yg di rampas enggak selama nya milik dia..