Kabar Jerri kembali terdengar sampai ketelinga Zahira,mereka pernah berteman namun harus terpisah oleh jarak dan keyakinan,kabarnya Jerri sudah mualaf saat ini.
Apa ada kemungkinan mereka bertemu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Aira kembali kerumah menjelang malam,semua temannya menghindar saat ini,Jerri bahkan Tante Lintang,Ibu juga entah berada dimana.
Aira mencoba membuka lemari,mencari perhiasan atau apa saja yang masih bisa dia jual,namun hanya tinggal cincin yang melingkar itu juga cincin pertunangannya dengan Jerri.
Rumahnya sudah digadai karena Ibu main judi,mobil milik keluarga Jerri juga tidak bisa dipakai selain surat-surat dia tidak pegang,sempat Ibu meminta kepada Lintang namun Jerri menolak.
"Aaaahhhhhh,kenapa semua berantakan begini?"lirihnya
Terdengar suara ketukan pintu,Aira tidak membuka dia hanya mengintip dari sela-sela gorden,kali ini Anton kekasihnya yang datang.
"Kenapa harus dia?bisa-bisa bonyok aku."kata Aira
Anton pergi lagi karena rumah Aira terlihat sepi,Aira kembali masuk kedalam kamar kali ini kamar Ibunya dia mencoba mencari sesuatu yang berharga dan bisa dijadikan uang,namun sama saja dia tidak menemukan apapun,karena lelah Aira tertidur.Hingga terdengar suara membangunkannya,saat membuka mata dia melihat ibunya bersama dengan laki-laki.
"Ibu,siapa dia?"tanya Aira
"Sudah diam!pergi sana."kata Murni
"Kenapa ibu membawanya pulang?"tanya Aira lagi
"Lalu kenapa?kamu gak suka?pergi kamu dari sini."kata Murni menarik tangan Aira dan meninggalkannya diluar.
Aira mencoba menggedor pintu namun tetap tidak dibuka oleh Ibunya,suasana malam dan hujan meski cuma gerimis,Aira yang hanya memakai celana pendek mencoba menghadang ojek,dia meminta mengantar kerumah Jerri.
Pak Wisnu membuka pintu pagar,melihat Aira basah karena hujan dia menyuruhnya masuk namun dicegah sama tukang ojek karena belum bayar.
"Mbak bayar dulu ojeknya."kata Abang ojek
"Aku gak bawa duit."kata Aira
Akhirnya Pak Wisnu yang membayarnya,Aira diantar masuk menemui Jerri yang sedang berkumpul diruang tengah bersama dengan Papa dan Martin.
"Mas,ada Mbak Aira."kata Pak Wisnu
Jerri langsung menemuinya meski dengan langkah malas,hatinya merasa iba melihat Aira menggigil karena kebasahan.
"Bi,buatkan makan dan minuman panas."kata Jerri
"Siap Mas."kata Bibi
Jerri membuka pintu kamar tamu dirumahnya,menyuruh Aira mandi dan ganti baju yang sudah tersedia,dia memberikan handuk untuk sekedar mengeringkan rambutnya.
"Bersihkan badanmu,lalu makan."kata Jerri meninggalkan ruangan
"Jerri,bisa temani aku."tanya Aira
"Maaf,aku gak bisa."jawab Jerri
Setelah mengeringkan rambutnya Aira keluar menuju meja makan,Jerri sudah ada disana meski dia tidak makan namun dia menemaninya.
"Kamu kenapa datang malam-malam,gak bayar ojek mana basah lagi,apa kamu diusir dari rumahmu?"tanya Jerri
"Iya."jawab Aira
"Lalu?"tanya Jerri
"Jerri,aku tunanganmu jika tidak kesini aku harus kemana?"tanya Aira
"Aku tidak merasa begitu,karena aku tidak mencintaimu,jangan kamu pikir aku tidak tahu rencana jahatmu."jawab Jerri
Aira tidak menghabiskan makanannya setelah mendengar Jerri bicara,rasanya ingin menyangkal kata-katanya namun apa yang Jerri bilang benar adanya,setelah mengenal Tante Lintang dia memaksanya agar Jerri bertunangan dengannya itu juga ditambah desakan ibunya.
"Lalu apa kamu mau membatalkannya?"tanya Jerri
"Tentu saja,itu juga aku tidak sembarangan,aku cukup punya bukti untuk membatalkannya."jawab Jerri
Aira hanya termenung meski begitu dia kembali menghabiskan makanannya karena dia sendiri tidak yakin besok masih bisa makan atau tidak.
"Kalau aku menolak,apa yang akan kamu lakukan?"tanya Aira
"Aku bisa saja mengirimmu ketempat yang jauh,dimana kamu akan hidup berjuang sendiri tanpa mengenal siapapun."jawab Jerri
Kata-kata Jerri penuh dengan ancaman,dan membuatnya merinding bagaimana dia bisa bertahan diluar sana tanpa mengenal siapapun?
"Kenapa kamu tidak menolak sebelumnya?"tanya Aira
"Bagaimana bisa aku menolak,disaat yang sama Ibumu terus menekan Mamaku,mengatakan bahwa kamu adalah putrinya yang sempurna."jawab Jerri
Aira menghabiskan minum dan meneguknya,dia beranjak menuju wastafel mencuci piring dan gelas yang dia pakai,meski dirumah hampir tidak pernah dia melakukannya.
Aira berjalan melewati Jerri begitu saja saat mendekati pintu kamarnya dia kembali berjalan menghampiri Jerri yang sudah beranjak dari duduknya dan tiba-tiba Aira memeluknya dari belakang.
"Aku tidak peduli dengan apa yaang ingin kamu lakukan,tapi aku mohon beri aku kesempatan."kata Aira
Jerri berusaha melepaskan pelukan Aira,disaat yang sama Mama keluar dari kamarnya dan melihat mereka berdua,meski Mama sempat kecewa dengan Aira namun Mama adalah orang paling vocal dalam hubungan mereka.
"Aira,kamu disini?"tanya Mama
"Tante,maaf aku tadi."jawab Aira
"Sudah malam istirahatlah."kata Mama
"Baik Tante."kata Aira
Mama menatap Jerri yang menyimpan wajah kesal,tangannya menggenggam dengan erat karena melihat Mamanya masih membela Aira.Jerri memilih masuk kedalam kamarnya,dan menghempaskan tubuhnya begitu saja,dia menyetel alarm agar bisa bangun pagi lebih awal.
Setelah sholat Subuh Jerri pergi meninggalkan rumah dia menghubungi Zahira meminta kepadanya untuk membawakan sarapan.
"Aku tunggu diruanganku."kata Jerri
"Kamu mau apa?sebutkan saja?"tanya Zahira
"Aku makan apa aja yang kamu bawa."jawab Jerri
Waktunya masih sangat lama menuju sarapan,karena baru selesai sholat subuh,Zahira keluar melihat ibu membuat bubur untuk Ayah dan beberapa temannya karena mereka memesan.
"Bun,aku juga mau bawa untuk Kak Jerri."kata Zahira
"Bawa aja agak banyak,mana tahu Safi juga mau."kata Bunda
"Iya Bun."kata Zahira
Zahira menyiapkan rantang tahan panas miliknya,mengisi agak banyak. Zahira sengaja berangkat lebih pagi, kali ini karena permintaan Jerri,dia khawatir karena mendengar suara Jerri yang tidak baik-baik saja.
Setelah sampai Zahira langsung menuju ruangan Jerri disana hanya ada Bibi cleaning service,dia hanya mengangguk meski matanya terus menatap Zahira yang masuk begitu saja keruangan Presdir
"Kak,kamu dimana?"tanya Zahira
"Sebentar."jawab Jerri
Jerri keluar dari ruangan kamar pribadinya,disana terdapat fasilitas lengkap seperti dirumah,Papa mempersiapkan kamar khusus sebelumnya agar bisa sekedar beristirahat.
Melihat Jerri sedikit lemas dan pucat Zahira langsung mengambilkan minuman hangat dipantry.
"Kamu sakit?"tanya Zahira saat kembali
"Iya."jawab Jerri
"Kenapa gak kedokter?"tanya Zahira
"Karena kamu dokternya."jawab Jerri sambil menyuap bubur kedalam mulutnya
Ponsel Jerri berbunyi tanda panggilan dari Mamanya,kali ini dia sengaja membiarkan tidak peduli berapa kali berbunyi,bahkan Zahira meminta untuk menerimanya,namun Jerri malah melempar kekolong.
Martin baru saja keluar dari kamarnya,karena tidak melihat Jerri dimeja makan dia berinisiatif menghubunginya namun gagal.Papa mendekati Martin dan menyuruhnya segera pergi.
"Om,sebenarnya Jerri sudah melamar cinta pertamanya."kata Martin sambil membuka ponsel dan memperlihatkan wajah wajah Zahira.
"Om seperti mengenalnya."kata Papa Jerri
"Tentu saja,dia satu lantai dengan Om sebelumnya."kata Martin