Terobsesi dengan seseorang yang sudah mempunyai pasangan membuat Violet Kalalova rela menjadi yang ke 2. Gadis cantik itu sedikit gila, tengil, dan nekat. Apapun akan dia lakukan untuk membuat keinginan nya terpenuhi, salah satunya menarik perhatian Jeriko Mahendra agar membuatnya menjadikan seorang istri, namun ada alasan dibalik itu semua. Ia menyimpan rahasia besar yang selama ini membuatnya merasakan dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan
Lova duduk si sofa depan tv dengan pandangan lurus ke depan. Kalau ada yang melihat wajahnya saat ini ia seperti sedang banyak pikiran, dan memang benar, Lova sedang memikirkan kejadian tadi malam. Dimana ia hampir saja membuat Jeriko kembali menidurinya, tetapi disaat Lova bergerak membuka kancing kemeja Jeriko yang terakhir, lagi-lagi ponsel milik Jeriko berdering. Dan sekali lagi, untuk yang kedua kalinya Serina mengganggu, merusak momen yang hampir saja terjadi di antara mereka.
Tangan Lova kembali mengepal setiap kali mengingat kejadian itu. Meski begitu Jeriko tidak pulang ke rumahnya, laki-laki tampan itu tidur di apartemen bersamanya, satu atap dengan nya, bedanya Jeriko menolak untuk tidur satu ranjang dengan Lova, tetapi lebih memilih tidur di sofa.
Lova tahu mungkin saja Jeriko memang merasa tidak enak dengan istrinya-Serina, tetapi Lova berjanji akan membuat Jeriko berpihak padanya suatu saat nanti, akan membuat Jeriko lebih memilih untuk tinggal bersamanya dibanding dengan Serina.
"Ehem."
"Anjir."
Lova langsung menutup mulutnya rapat-rapat saat melihat Jeriko kini sedang menatapnya dengan tajam. Segera mungkin ia menghela napas untuk menenangkan diri.
"Maaf om, saya tadi nggak sengaja."
"Siap-siap kamu, sebentar lagi asisten saya akan menjemputmu."
Setelah mengatakan itu Jeriko berbalik yang entah kemana. Lova sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya sadar.
'Hah? Gue beneran mau nikah hari ini? Sama om Jeriko?' batin Lova dengan senyuman merekah.
Setelahnya Lova mempersiapkan diri dengan membersihkan diri. Namun selesai mandi, Lova berdecak, ia sampai melupakan pakaian nya yang tadi malam sengaja ia sobek untuk mengancam Jeriko, lalu bagaimana dengan nya saat ini? Entah apa yang Lova pikirkan, ia keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melekat pada tubuhnya, lalu keluar kamar dan terdiam di depan pintu saat menyadari ada seseorang yang sedang menatapnya dengan mulut ternganga, namun hanya sebentar saja karena setelahnya laki-laki itu langsung menunduk melihat tatapan tajam Jeriko padanya.
"Masuk, dan pakai ini." Jeriko memberikan paper bag kepada Lova.
Tidak ingin menunggu waktu lama, Lova langsung saja masuk kembali ke kamar untuk mengganti pakaian nya.
"Untuk kejadian tadi, hilangkan dari pikiranmu," ujar Jeriko melirik kesal asisten pribadinya.
Egar, selaku asisten sekaligus teman Jeriko mengangguk saja. Ia sendiri syok melihat kemunculan wanita dari kamar apartemen Jeriko, dan hanya mengenakan handuk saja yang melilit tubuhnya. Sialan memang, Egar sendiri tadi sempat terpaku dengan kemolekan tubuh wanita yang belum ia ketahui namanya itu. Tetapi yang pasti ia tahu. Wanita itu pasti yang akan menjadi istri ke dua Jeriko hari ini.
"Aku nggak ngerti. Kenapa wanita sepertinya mau saja menjadi istri ke duamu?" Egar melirik Jeriko yang sedang fokus ke depan. Menatap luar dari lantai tinggi gedung apartemen nya.
"Itu pilihan nya, dia tidak menginginkan apartemen ini juga uang yang aku tawarkan."
Egar semakin tidak mengerti, laki-laki itu mendekat dan menatap Jeriko seakan meminta penjelasan.
"Apa dia? Simpananmu?"
Terdengar tawa Jeriko, laki-laki itu sempat memegang rahang kokohnya dengan tatapan langsung menajam pada Egar.
"Jaga bicaramu, kamu tahu sendiri seperti apa aku."
"Tapi ini? Kenapa bisa? Jelaskan padaku kalau kamu mau rahasia ini tidak terbongkar Riko."
"Kamu mencoba mengancamku?"
"Anggap saja seperti itu, jujur saja wanita tadi memang tipeku."
Jeriko menatap tidak percaya Egar, tetapi sebelum sempat mengatakan apa-apa, terdengar tawa Egar yang membuat marah Jeriko mereda.
"Hahaha, aku hanya becanda Riko, kamu terlalu serius."
"Gugup karena akan menikah?" lanjutnya lagi menggoda. Namun tidak ada balasan apa-apa dari Jeriko sampai akhirnya suara kamar kembali terbuka.
Lova sudah berganti baju dan muncul dengan penampilan yang lebih segar.
Cantik dan seksi, entah kenapa baju seperti apapun akan terlihat cocok jika Lova yang mengenakan nya. Seperti halnya saat ini, bahkan Lova tidak mengerti siapa yang membelinya, tetapi baju itu sangat pas di tubuhnya, Lova juga menyukai model dan warnanya.
"Kita akan berangkat sekarang," ujar Jeriko membuat Lova dan Egar tersadar.
Tadinya, lagi-lagi Egar seperti terhipnotis hanya dengan melihat penampilan sederhana Lova, bahkan Lova tidak mengenakan riasan apapun pagi ini. Tentu saja karena kemarin ia tidak sempat pulang, di tasnya hanya berisi peralatan make up seadanya saja yang memang ia bawa kemana-mana.
"Tunggu, kita akan kemana?" tanya Lova menghentikan langkah Jeriko yang sudah lebih dulu pergi tadi.
Jeriko hanya menatap Lova tanpa menjawab apa lagi memberi penjelasan, hal itu langsung ditanggapi oleh Egar. Sebagai teman yang juga merangkap asisten, Egar sudah sangat hapal seperti apa seorang Jeriko.
"Ke tempat yang sudah dijanjikan Jeriko padamu nona, bukan kah kalian akan menikah hari ini?" tanya Egar langsung dijawab Lova dengan anggukan kepala.
Lova pun tahu mengenai hal itu, tetapi maksud Lova, dimana mereka akan menikah? Lova harus mengajak salah satu orang kepercayaan nya sebagai saksi nanti.
"Kita akan pergi ke masjid terdekat di sini, semua sudah saya atur kita tinggal ke sana saja," jelas Jeriko.
Lova mengangguk dengan pelan, ia berjalan elegan mendekati Jeriko, melewati Egar yang sempat menahan napas ketika Lova melewatinya tadi.
Pesona Lova benar-benar tidak main-main, pantas saja Jeriko mau menikahinya. Setahu Egar, Jeriko ini sangat setia meski sampai sekarang ia masih bingung dengan perasaan nya, kepada istrinya.
Egar tahu semua tentang Jeriko, termasuk pernikahan rahasia yang sebentar lagi akan diselenggarakan.
Dengan gaya sensual, Lova membelai wajah Jeriko dengan jari telunjuknya. "Kalau begitu saya butuh satu orang sebagai saksi dari pihak saya om."
Egar yang melihat tindakan Lova sampai menelan salivanya susah. Sejauh ini, tindakan Lova yang paling jauh, bahkan Egar belum pernah melihat Serina seperti itu kepada Jeriko. Atau sekedar memberi tatapan nakal pun belum pernah Egar lihat selama ia tahu pernikahan mereka.
"Silahkan, hubungi orang yang kamu percaya untuk menjadi saksi," ujar Jeriko pergi, menyisakan Lova yang menahan kesal karena Jeriko masih saja jual mahal padanya. Padahal Lova sudah menurunkan harga dirinya di depan Jeriko dan di depan laki-laki yang belum Lova ketahui namanya. Ngomong-ngomong tentang itu, Lova menoleh ke arah Egar. Tersenyum tipis dan memperkenalkan diri.
"Hai, saya Lova, kalau boleh tahu kamu siapanya om Jeriko ya?"
Egar yang merasa Lova berbicara dengan nya langsung membalas senyuman Lova.
"Saya-"
"Egar, asisten saya, cepat karena nanti siang saya ada rapat," sela Jeriko seketika membuat Lova dan Egar saling pandang, sebelum akhirnya Lova tersenyum dan menghampiri Jeriko yang sudah kembali berjalan terlebih dahulu.
Sementara Egar menggeleng melihat sikap Jeriko tadi. Menurutnya tidak biasanya Jeriko bersikap seperti tadi, bahkan pernah Jeriko membiarkan Serina mengobrol dengan teman-teman nya dalam waktu yang cukup lama, dan tidak ada larangan sama sekali dari Jeriko pada waktu itu.
"Hmm.. Posesif sekali," gumam Egar ikut berjalan meninggalkan apartemen.
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
senang baca setiap karya2nya kak Riri👍🏻