"Lupakan Aku, Raymon !" Ucap Via getir.
Gadis cantik yang lahir dari keluarga biasa dan sederhana itu, merasa sakit hati di hina orang tua pacar nya yang kaya raya.
Apalagi saat kesucian nya direnggut paksa pacar nya, Via makin kecewa dan membenci Raymon.
Via pun nekat kabur sebelum hari pernikahan yang telah di atur oleh kedua orang tua Via dan Raymon.
Dalam pelariannya, Via menjalin hubungan cinta dengan Axel seorang pria tampan pemilik cafe.
Raymon yang terus mengejar cinta Via tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil dan menderita amnesia.
Axel yang menjadi dewa penolong Raymon saat kecelakaan mengajak Raymon yang lupa ingatan tinggal bersama nya dan menjadi sahabat.
Apakah Ingatan Raymon bisa kembali seperti semula ?
Bagaimanakah hubungan Via dan Axel setelah ia mengetahui Via dan Raymon pernah mempunyai hubungan khusus ?
Yuk pantau cerita nya 🤗 Jgn lupa intip karya lain ku yg juga menarik utk di bac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan Kasih Sayang
Tit...Tit...Tiit...!
Bunyi dering handphone yang berulang kali membuat Axel terbangun dari tidur nya. Sambil mengucek mata nya yang terasa perih, Axel meraih handphone yang terletak di meja kecil di samping ranjang nya.
Tanpa memperhatikan siapa yang menelpon dia pun mengangkat handphone nya.
"Bos! Aku sudah di cafe. Apa Bos tak kan datang ke cafe?" Suara Via terdengar dari handphone.
Dahi Axel mengernyit. Axel memperhatikan jam yang ada di handphone nya, enggan. Baru pukul delapan pagi.
"Iya, ntar lagi aku ke cafe." jawab Axel dengan nada berat.
Matanya masih mengantuk berat. Ia masih ingin menikmati tidur nya hingga siang hari seperti yang biasa ia lakukan.
"Masih lama gak Bos? Aku udah dari jam tujuh nunggu di luar cafe. Tapi belum ada satu pun karyawan mu yang datang." Keluh Via lewat handphone.
Axel menepuk jidat nya pelan.
"Ya iya lah Via. Cafe ku buka nya entar, jam sepuluh." ujar Axel kesal.
"Lah, kenapa Bos gak bilang dari kemarin?" ucap Via.
"Aku kan udah bilang ke kamu. Datang nya siangan aja. Kamu nya aja yang gak dengar." ucap Axel memejamkan mata nya kembali dengan handphone yang ia taruh di atas telinga nya tanpa memegang nya.
Axel tak mempedulikan ocehan Via yang terdengar menggerutu sendirian di handphone. Ia tampak kembali tertidur saking masih merasa ngantuk.
"Bos! Bos! Kamu dengar gak? Bos!" jerit Via saat mendengar dengkuran halus dari handphone Axel.
Lima belas menit telah berlalu.
Panggilan telpon dari Via sudah berakhir karna di matikan oleh Via. Axel mendadak terbangun dari tidur nya ia buru-buru mencari handphone nya dan melihat panggilan dari Via yang sudah terputus dari tadi.
"Ah, sial! Dia pasti marah kalau menunggu sendirian di cafe!" Axel langsung teringat Via yang menunggu nya di cafe.
Tanpa pikir panjang, Axel bergegas turun dari ranjang nya dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia pun langsung mandi dan berganti pakaian dengan tergesa-gesa.
Setelah itu, Axel bergegas keluar kamar. Ia sempat mengintip Raymon ke kamar sebelah. Tapi pemuda tampan yang sudah menjadi teman nya itu tak terlihat di kamar nya.
"Mau kemana?" Mendadak Raymon sudah berada di belakang nya.
"Eh, gue mau ke cafe. Lu mau ikut gue atau tinggal di rumah?" tanya Axel.
Raymon tampak terdiam sejenak.
"Lu duluan aja. Ntar gue nyusul. Gue mau nyuci pakaian gue yang kotor." ucap Raymon.
Axel mengerutkan dahi nya memandang Raymon.
"Emang lu bisa? Nyuci baju sendiri?" Axel meragukan Raymon yang sejak awal dia jumpa, dia terlihat seperti anak orang kaya yang manja.
"Bisa lah, gak mungkin kan, gue gak bisa." jawab Raymon tanpa ragu.
"Ya udah, kalau gitu gue tinggal dulu ya." Axel kemudian meluncur keluar rumah tanpa mempedulikan Raymon yang mengiringi kepergian nya dengan sorot mata heran.
Raymon heran melihat Axel pergi terburu-buru sekali seakan di kejar sesuatu.
Ia pun kembali menuju ruang belakang tempat mencuci baju. Dari tadi ia sebenarnya kebingungan bagaimana cara memakai mesin cuci yang ada di rumah Axel. Secara, ia tak ingat pernah mencuci baju sendiri atau tidak.
Bermodal keyakinan dan kenekatan, Raymon pun menekan tombol-tombol mesin cuci otomatis itu dengan sembarangan. Dan tanpa ia sengaja ia menekan tombol yang tepat hingga mesin cuci itu pun berputar.
Raymon menarik nafas lega. Saat mesin cuci itu pun bekerja mencuci pakaian kotor milik nya yang ia gunakan sejak tinggal di rumah Axel.
☘️☘️☘️☘️☘️
"Via!" tegur Axel sesampai nya di depan cafe.
Dia baru sampai pukul sembilan pagi. Sedangkan Via sudah menunggu sejak jam tujuh pagi di depan cafe yang masih tutup.
"Kamu ngapain sih Via? Duduk selonjor gitu di lantai?" Raut wajah Axel tampak bersalah saat melihat Via yang duduk di lantai pelataran cafe tanpa alas sama sekali.
Untung saja, Via mengenakan celana kulot hitam. Jadi kalo kotor gak begitu kentara. Via mengangkat bokong nya dan langsung berdiri dengan wajah merungut masam.
"Trus aku musti jongkok nungguin kamu? Jangan kan dua jam, setengah jam aku bisa vertigo tau?" semprot Via kesal.
Axel menggaruk kepala nya karna di marahi Via.
Cuma Via, yang bisa marahin Axel. Karyawan nya yang lain, coba aja ngomel dikit, pasti udah dipecat. Maklum, Axel benar-benar naksir berat sama Via.
"Maaf, aku tadi ketiduran." sahut Axel merasa bersalah.
"Heran, jam segini cafe belum di buka. Emang buka nya jam berapa sih?" tanya Via bingung.
Yang ia tau, rutinitas pekerja cafe biasa nya di mulai dari jam delapan pagi. Apa management cafe nya gak benar? Atau pemilik nya yang kurang disiplin?
"Jadwal masuk kerja nya jam delapan. Buka cafe nya jam sepuluh. Karyawan ku semua tinggal di lantai atas ada lima cowok. Yang dua pergi belanja bahan dapur. Yang dua lagi stay bersihin cafe. Manajer nya tuh, si Bobi. Apa nona ada pertanyaan lagi?" ucap Axel menjawab secara rinci sebelum Via bertanya lagi pada nya.
"Berarti di dalam ada orang?" Via jadi melongo.
Axel mengangguk pelan.
"Kenapa kamu gak bilang dari tadi Bos? Aku kan gak jadi kering kerontang kepanasan nungguin kamu?!" gerutu Via jengkel setengah mati.
"Gak mungkin dong, Aku tuh membiarkan kamu sendirian di cafe yang tertutup dengan lima jomblo yang kelaparan itu?!" ujar Axel sedikit sebal karna di salah kan.
"Lah, mereka kan karyawan mu Bos? Aku juga karyawan mu. Gak mungkin kan, mereka berniat kurang aj*r kepada sesama karyawan?" ujar Via dengan mudah nya.
Via memang begitu naif. Dia terlalu gampang mempercayai semua lelaki. Padahal, dia belum mengenal semua karyawan Axel yang rata-rata haus dengan wanita. Itu sebab nya, Axel melarang Via untuk bekerja dengan nya.
Terlalu banyak masalah yang akan timbul, jika ia memperkerjakan Via di cafe nya.
"Via, dari awal aku sudah bilang, Kamu boleh datang ke cafe jika aku suruh datang." jelas Axel gregetan.
"Iya, aku ingat Bos. Tapi kalau ku pikir lagi. Rasanya kok aneh, aku di suruh kerja sama kamu tanpa ada jadwal yang pasti. Dan aku juga gak tau, aku tuh di suruh kerja apa? Aku datang pagi-pagi, gak boleh. Datang sore di larang apalagi datang malam hari. Masuk kedalam cafe, juga gak boleh! " tanya Via bingung.
"Semua itu demi kebaikan mu Via!" ucap Axel mulai kesal.
"Kebaikan? Kebaikan gimana? Kamu kok makin aneh sih?" Via makin bingung dan bicara tanpa memakai kata Bos lagi pada Axel.
"Kamu tau gak, kenapa aku cepat-cepat datang kesini? padahal Aku bisa datang sesuka hati ku kapan saja aku mau." ucap Axel dengan reaksi yang berubah janggal di mata Via.
Tatapan mata Axel tampak meredup dan Saliva nya bergerak naik turun seakan sulit untuk berkata.
Via cuma diam tak bersuara. Ia mereguk air ludah nya saat tatapan mata Axel tepat, menusuk manik mata nya yang berkedip indah mencari tahu jawaban pertanyaan Axel.
"Itu karena Kamu! Demi Kamu!" ucap Axel dengan bibir bergetar.
Via tertegun. Ia menatap Axel tak mengerti.
"Maksud mu apa? Aku tak mengerti." sahut Via bingung.
Axel menelan air ludah nya yang terasa kelu. Sikap nya makin berubah, gelisah tak menentu.
"Aku tuh sayang kamu Via!" sepenggal kalimat yang sedari ia tahan di dada nya akhir nya meluncur juga.
Axel menghembuskan nafas kuat dan mengusap-usap dada nya yang sedari tadi terasa penuh tanpa bisa ia lepaskan.
Kini hati nya sedikit lega, karna ia bisa mengungkapkan perasaan yang sudah beberapa hari ini menghantui perasaan nya.
Via kaget mendengar ucapan Axel. Mimpi apa dia semalam? Dia pikir, dia datang ke cafe hari ini untuk bekerja. Namun yang ia dengar dari bibir Bos nya itu di hari pertama nya bekerja bukan lah perintah untuk bekerja, tapi ungkapan perasaan kasih sayang yang tak terduga.
Apa yang harus Via lakukan? Apa dia akan menerima ungkapan perasaan Bos tampan nya itu?
.
.
.
BERSAMBUNG