NovelToon NovelToon
Since The Beginning In You

Since The Beginning In You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Kisah cinta masa kecil / Cinta Murni / Rebirth For Love / Idola sekolah
Popularitas:621
Nilai: 5
Nama Author: Xi Xin

Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebab #2

Wira terdiam dan berusaha menyangkal apa yang sedang dipikirkan Morgan tentang dirinya.

"Gak! Lo yang seharusnya pergi dan menghilang dari gue, Felyn ataupun keluarga gue!" ucap Wira.

Morgan tersenyum kecil, "Mana bisa gitu. Kan lo yang paling tahu segalanya."

Mata Wira terbuka lebar dan tak berkedip, seolah apa yang dikatakan Morgan semuanya adalah kebenaran yang selama ini tidak ingin dia percaya.

Morgan menaiki motornya lagi, "Gue balik, kalau lo masih mau diam di sini entar ada yang datang rame." Ia pun pergi dengan kecepatan tinggi mengendarai motornya, meninggalkan Wira yang mematung di sana.

Rumah Felyn ….

Felyn dan Nadin tengah memperhatikan sebuah benda yang asing di mata mereka, benda itu diletakkan di atas meja tepat di hadapan Felyn dan Nadin.

"Fel, apa yang ada di pikiranmu saat melihat benda ini?" tanya Nadin dengan wajah bingung.

Felyn pun menunjukkan wajah yang sama, "Tentu saja aku tidak tahu. Aku bingung apa yang ada di pikiranku sendiri."

"Sekarang ini yang kupikirkan hanya….kenapa Morgan berpikir sangat jauh?" tanya Nadin lagi.

Felyn menggeleng, "Entahlah. Aku bahkan tidak tahu apa benda ini."

Karena mereka berdua bingung benda apa yang ada di hadapan mereka sekarang, Nadin pun berpikir untuk mencari di internet tentang benda itu dan menemukan kebenarannya.

Ia pun tercengang dan terdiam sejenak. Felyn yang penasaran langsung menegurnya dan bertanya, "Nadin, kenapa?"

Nadin mengambil benda itu dan membandingkan dengan foto yang ada di ponselnya.

"Benar-benar mirip. Benda ini untuk kaki yang patah, dan harganya...seharga uang jajanku selama 2 minggu." jelas Nadin dengan wajah terkejut.

Felyn pun tidak bisa berkata-kata dan hanya memperhatikan benda tersebut.

"Ini semakin aneh. Kenapa Morgan bersikap seperti ini padamu? Apa kalian…."

Felyn langsung menyumpalkan roti ke dalam mulut Nadin supaya ia tidak bisa berbicara, "Mana mungkin! Jangan mengatakan hal yang aneh, kamu ini!"

Nadin kembali meletakkan benda tersebut di atas meja dan memasang wajah sinis ke Felyn. "Ah, mana mungkin apa nya?"

"Kalau diperhatikan lagi, aku memang tidak terlalu memperhatikannya. Sepertinya dia menyukaimu." lanjut Nadin lagi.

Felyn berusaha tidak mendengar apapun dan menatap ke arah yang lain. "Apa yang kamu katakan? Omong kosong lagi, mana mungkin!"

"Kamu tahu. Banyak cewe cantik yang ngantri buat dia, kamu bahkan liat sendiri." ucap Felyn dengan wajah kesal.

Nadin mengangguk pelan, "Iya sih, tapi tidak ada yang tahu otak si es batu itu. Bisa saja dugaanku benar."

"Jadi, apa yang harus kita lakukan pada benda ini?" tanya Nadin.

Felyn menggeleng.

Apartemen Morgan …

Morgan baru saja keluar dari lift lalu segera berjalan menuju ke apartemennya. Saat ia melewati koridor apartemen yang berurutan dengan apartemennya, dia berpapasan dengan seseorang yang mencurigakan.

Morgan sekejap melihat orang tersebut meletakkan sebuah kotak di depan pintu apartemennya dan langsung menganalisa bahwa orang tersebut berniat hal buruk.

Ia berhenti berjalan sejenak, orang tersebut berpapasan dengannya sambil menunduk seakan tidak ingin wajahnya terlihat oleh Morgan.

"Orang itu…..orang suruhan." batinnya seraya membalikkan badan. "Jelas sekali, dia mengenalku." lanjutnya.

Morgan pun kembali berjalan dan melihat sebuah kotak berukuran 30 x 30 cm yang sengaja diletakkan tadi, ia mengambil kotak tersebut lalu masuk ke dalam apartemennya.

Saat masuk ke dalam ia langsung melepas sepatu dan meletakkan tas ranselnya di sofa, lalu ia pun duduk sambil memperhatikan kotak tersebut. Morgan tidak tampak curiga, raut wajahnya tetap datar dan tidak ada yang bisa memperkirakan apa yang ia pikirkan.

"Kenapa tiba-tiba dia ingin bermain seperti kucing-kucingan?" tanya Morgan.

Morgan pun mengeluarkan pisau lipat miliknya untuk segera membuka apa yang ada di dalam kotak tersebut. Jika dia merupakan orang yang panikan, pasti dia tidak akan langsung membukanya apalagi dia sudah melihat seseorang meletakkannya di depan matanya.

Orang normal akan berpikir kalau kotak tersebut bisa saja berisi bom, atau hal yang buruk lainnya, tetapi itu tidak berguna untuk Morgan. Bahkan dia tidak tahu apa itu rasa sakit, dia tidak akan pernah bisa merasakannya separah apapun sakit yang seharusnya dirasakan.

Kotak terbuka dan isi dari kotak itu adalah …."Tiket?" ucap Morgan dengan wajah sedikit bingung.

Ia pun berpikir keras dan memegang dua lembar tiket di tangannya. Tak lama, ponselnya berdering dan tanpa berpikir ia langsung menjawab telepon itu.

"Halo?"

"Ini aku. Kau sudah terima paketnya?"

Morgan langsung melirik kotak yang baru saja ia buka, "Sepertinya begitu. Ada apa?"

"Dasar, anak ini! Beginikah caramu berbicara pada ayahmu?!"

Dari suara, terdengar seorang laki-laki, ia adalah ayah dari Morgan. Tetapi, Morgan tidak tampak senang dengan hal itu.

"Dan beginilah aku." jawab Morgan singkat.

"Kenapa memberikan tiket? Siapa yang ingin kembali?" tanya Morgan.

"Kau tidak mau pulang? Tiket itu bukan hanya untukmu, tapi untuk….kakakmu juga."

Morgan mengecek nama yang ada di 2 lembar tiket tersebut dan melihat namanya dan Wira ada di sana.

"Papa, apalagi yang diinginkan paman? Tidak cukupkah membuatku membuntuti sampai ke sini?" kesal Morgan.

"Hah, kau baru tahu rasanya kan. Kau selama ini sudah cukup diam, makanya aku menyuruhmu bergerak sekarang."

Morgan mengepal kedua tangannya dan mencoba menahan semua emosi yang sudah memuncak di kepalanya. Baru kali ini dia terlihat sangat marah sekali, apalagi dengan ayahnya sendiri.

"Aku sudah membuatnya memikirkan pulang." ucap Morgan pelan.

"Baguslah. Kalau dia kembali kau juga harus kembali, tidak ada kata untuk membangkang. Kau mengerti?!"

Morgan mengangguk, "Baiklah. Tapi….jangan katakan dia adalah kakakku! Karena dia memang bukan kakakku dan tidak pernah menjadi seorang kakak." Dia langsung menutup sambungan telepon dengan ayahnya karena tidak mau ucapan yang ia katakan semakin kacau.

Ia melihat saksama tiket miliknya itu dan melihat jam dan tanggal penerbangannya.

"Jam 9.30 hari rabu tanggal 26. Kenapa harus di jam sekolah?" tanya Morgan dengan wajah bingung.

Ia pun langsung mengirimkan pesan kepada Wira tentang hal itu dan merebahkan tubuhnya di sofa karena lelah.

"Biarlah, aku sudah mulai lelah dengan semua ini. Biar mereka saja yang menyelesaikan masalah mereka sendiri."

BERSAMBUNG …

1
SISIN [Snow Fuyu]
Kisah cinta remaja yang tidak biasa
SISIN [Snow Fuyu]
Yuk mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!