NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Setelah puas, Adnan menurunkan mulutnya ke arah leher Kanaya yang mulus. Aroma parfum feminim yang dicampur dengan bau tubuh khas Kanaya membuat Adnan seperti tak tahan lagi. Adnan segera membopong tubuh Kanaya dan segera membawanya masuk ke dalam kamar.

Sesampainya di kamar Kanaya, Adnan membaringkan tubuh Kanaya dengan lembut. Ditatapnya netra kehitaman yang belakangan ini memenuhi seluruh pikirannya. Dia baru saja mengenal wanita itu dan baru bercinta dua kali dengannya, namun akal sehatnya seolah sudah diporakporandakan jika terlalu lama tidak kembali merasakan tubuhnya.

Padahal saat bersama dengan Vania, Adnan tak terlalu memikirkan tentang urusan ranjang. Dia hanya terobsesi dengan tubuh seksi milik Vania namun tak pernah puas dengan pelayanannya di atas ranjang.

Kini Adnan menemukan Kanaya. Wanita yang berparas biasa saja namun sudah mampu membuatnya candu dan tergila-gila.

Malam ini Kanaya merasa istimewa. Tatapan Adnan lebih terlihat hangat dibanding sebelumnya. Wajahnya yang tampan membuat hati Kanaya semakin meleleh. Setiap sentuhan yang dilakukan pria itu, cukup mampu membuat Kanaya terbang dengan dipenuhi kupu-kupu.

Adnan kembali menyatukan bibirnya dengan Kanaya setelah melepas semua pakaian yang melekat dan melemparnya asal ke atas lantai. Perlahan dia melepas semua pakaian yang dikenakan Kanaya. Kulit mereka menyatu satu sama lain, merasakan kehangatan yang nikmat bercampur keringat.

Sentuhan bibir Adnan yang menjelajahi di daerah dada Kanaya membuat Kanaya membusungkan dadanya ke atas. "Enghh..." Kanaya bahkan tak dapat lagi menahan erangan yang sebenarnya membuatnya malu untuk mengeluarkannya. Semuanya terasa indah bagi Kanaya.

Mungkin karena sudah lama tak menyalurkan gairahnya, Adnan lebih memilih untuk menikmati setiap inchi tubuh Kanaya yang kini lebih mulus dan terawat meski masih terbilang kurus. Adnan akui, Vania cukup pandai membuat kulit Kanaya lebih sehat dan terawat dalam waktu yang singkat.

Tak ingin berlama-lama lagi bermain, Adnan segera membuka kedua kaki milik Kanaya lalu memasukkan senjatanya.

Lenguhan dan erangan bersahutan segera terdengar. Keringat yang terus mengucur menjadi saksi bisu betapa panasnya kegiatan mereka di atas ranjang.

Adnan meluapkan semua nafsunya yang selama ini terpendam pada Kanaya. Dia melakukan gaya-gaya bercinta yang selama ini belum pernah dicobanya.

"Kamu terlihat pucat, apa tadi terlalu sakit bagimu?" tanya Adnan setelah melakukan pelampiasannya. Sebenarnya dia masih ingin melakukan lagi meski dia sudah melakukan penyatuan sebanyak dua kali, namun niat itu dia urungkan saat melihat wajah Kanaya yang berpeluh keringat nampak pucat.

Kanaya menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak. Beberapa hari ini aku memang mudah merasa lelah."

Adnan membaringkan tubuhnya di samping Kanaya. "Apa sudah periksa ke dokter?"

"Untuk apa? Paling aku hanya kelelahan saja." Kanaya mendongakkan kepala, menatap wajah Adnan yang begitu dekat.

"Kelelahan selama beberapa hari itu patut untuk dicurigai. Kalau kamu mengidap anemia bagaimana? Kamu itu harus mengandung anakku. Kalau kamu sakit, bagaimana bisa mengandung nantinya?" jelas Adnan.

Mendengar itu, Kanaya jadi bangkit dari ranjang. Dia teringat sesuatu lalu segera mencari ponsel untuk memastikan.

"Kenapa? Cari apa?" Adnan yang terkejut pun ikut bangkit dan melihat Kanaya yang sedang sibuk mencari sesuatu.

"Tahu ponselku enggak?"

"Kan ponselmu masih ada di dapur tadi," jawab Adnan.

Tanpa berpikir panjang, Kanaya segera meraih baju beserta celana lalu memakainya.

Adnan menatap tak suka pada Kanaya yang terlihat terburu-buru tanpa menjelaskan sesuatu padanya. "Apa kamu mengkhawatirkan orang yang bernama Kevin tadi?"

Kanaya tak menjawab, setelah berpakaian lengkap dia segera keluar kamar lalu berjalan ke arah dapur.

Adnan berdecak kesal. Dia merasa sedang diduakan oleh Kanaya. "Memang seberapa keren sih cowok yang bernama Kevin itu? Palingan ganteng juga gak seberapa, gaya selangit pasti karena modal dari orang tua," gumamnya kesal lalu beranjak dari ranjang dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan.

Padahal niatnya, setelah bercinta dia ingin terlelap sambil berpelukan sampai pagi. Namun rupanya Kanaya masih belum bisa melupakan Kevin yang hanya memberi kebahagiaan semu dibanding dirinya yang sudah memberi kenikmatan nyata.

Dengan panik Kanaya membuka aplikasi kesuburan. Hatinya mencolos saat dia mendapati menstruasi harusnya berjalan sebulan yang lalu. Dia teringat saat Adnan pergi ke luar kota, harusnya dia sudah mengalami menstruasi. 'Apa memang secepat ini?'

Sebenarnya Kanaya secara teori siap untuk hamil dan ingin segera menyudahi kontraknya dengan Vania. Namun apa yang terjadi sekarang, dirinya malah merasa bingung dan bimbang. Entah karena hormon kehamilan atau apa, yang jelas perasaan Kanaya kalut. Kedua matanya mulai berembun dan dia menangis saat itu juga.

Adnan yang merasa kesal pun enggan untuk membuntuti Kanaya yang berada dalam dapur. Dia memilih untuk kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri lalu tidur dalam pelukan Vania.

Semalaman Kanaya tak dapat tidur karena terus memikirkan bagaimana kalau memang dirinya hamil. Seharusnya Kanaya senang karena tujuannya sudah tercapai, namun dia yang usianya masih muda pikirannya masih terombang-ambing oleh perasaan.

Hingga pagi benar-benar datang, Kanaya merasakan perutnya bergejolak. Bergegas Kanaya berlari ke arah kamar mandi lalu memuntahkan makanannya semalam. Kanaya jadi teringat akhir-akhir ini dia memang sering muntah, tapi Kanaya tak sampai berpikir kalau dirinya hamil.

Tubuhnya melemas, Kanaya menjadi tak bergairah untuk melakukan apapun. Setelah dia membersihkan diri dan mengenakan baju terus selutut, dia kembali naik ke atas ranjang untuk kembali beristirahat.

Beberapa menit kemudian, Vania mengetuk pintu kamarnya karena hendak berpamitan pada Kanaya.

"Ya, Mbak. Kenapa?" tanya Kanaya setelah membukakan pintu. Dia memperhatikan penampilan Vania yang rapi dan wangi seperti hendak pergi.

"Wajahmu pucat. Kamu gak apa-apa?" tanya Vania khawatir.

Kanaya mencoba tersenyum tipis. Untuk saat ini dia enggan untuk bercerita pada Vania karena memang dia sendiri belum memastikan kebenaran apakah dia memang hamil atau hanya masuk angin saja. "Gak apa-apa, Mbak. Mungkin karena masuk angin aja karena semalam habis begadang nonton film," jawabnya berbohong.

"Oh, kalau gitu cepetan makan gih. Aku udah nyiapin makanan buatmu, habis jajan bareng Mas Adnan dari luar. Ini aku mau pergi ke luar kota untuk acara pernikahan saudara. Mungkin besok pagi aku baru pulang, hubungi aku saja kalau semisal ada apa-apa."

"Mbak berangkat sama Mas Adnan kan?" tanya Kanaya. Jika Adnan berada di rumah sedang Vania pergi, pasti pria itu akan berbuat mesum padanya seharian tanpa memberinya jeda. Padahal Kanaya sedang merasa lelah dan tidak enak badan.

"Enggak. Dia harus lembur untuk laporan dinasnya kemarin, jadi dia gak bisa ikut." Vania nampak sedih meski tidak mengungkapkannya secara langsung.

"Oh..." Kanaya sudah merasa lelah bahkan sebelum pertempuran dimulai.

"Kalau gitu aku berangkat dulu ya, Nay. Jadwal penerbangan ku dua jam lagi, jadi aku harus siap-siap berangkat."

"Oh, iya, Mbak." Kanaya memutuskan keluar kamar untuk mengantar kepergian Vania.

"Kalau misal aku gak bisa dihubungi, minta tolong aja sama Mas Adnan. Dia gak mungkin seharian sibuk di kantor terus," ujar Vania sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!