NovelToon NovelToon
Tanah Bangsawan

Tanah Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: lunar crimson

Kahisyana jatuh hati pada Carlio seorang bangsawan Belanda dari keluarga Fredinand, seorang penjajah yang menjajah bangsanya ratusan tahun. Kahisyana berusaha mengelak dan meninggalkan cintanya, namun takdir terasa selalu mengembalikannya pada Carlio.

Di samping itu, ia adalah wanita kuat yang selalu berusaha meninggikan derajat wanita, menjadi seorang relawan sebagai guru melawan protes dari pihak penjajah dan pihak bangsanya sendiri. Akankah Kahisyana berhasil atas dirinya dan bangsanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lunar crimson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

025 — Rumah Glenio

Carlio mengerjapkan matanya berkali - kali, ufuk timur kini terlihat sedikit berpendar walaupun belum sepenuhnya melampaui tempat yang ternirsinar. Tatapannya tertuju pada gadis dalam dekapannya, masih memeluk dirinya erat seperti tak ingin dilepas.

Carlio menggerakkan badannya sedikit demi sedikit tak mau mengganggu, keduanya hanya tertutup oleh selimut. Carlio meringis beberapa kali saat Kahis bergerak tak nyaman, kadang bergumam tak jelas. Akhirnya Carlio bisa melepaskan pelukan Kahis, walaupun gadis itu merengek kecil.

Carlio mengambil selimut yang tersingkap, pria itu menutup badan gadisnya hati - hati dengan hati yang berdebar mengingat tadi malam. Ia mendekati Kahis, mengusap surai Kahis begitu lembut dan menyusuri wajah gadis itu lalu mengecup lembut bibir dan kening Kahis.

Ia beranjak bangkit dari kasur memungut beberapa pakaian yang terlempar sembarang arah. Sesekali ia menoleh ke arah Kahis, takut - takut gadis itu akan terbangun dan menyadari dirinya pergi. Apakah Kahis juga merasakan rindu ketika ia tak bersamanya? Apakah gadis itu juga akan menyadarinya?

Ah, sudahlah tak perlu berpikiran terlalu jauh. Ia bersiap - siap akan menemui seseorang yang mungkin sudah lama ia tak berkunjung di rumahnya.

Saat ia menuruni tangga, ia berpas - pasan dengan Mbok Nur yang melihatnya salah tingkah hingga membuat pria itu keheranan. Sangking salah tingkahnya Mbok Nur hampir terjungkal dianakan tangga. Untung saja ada Carlio yang sigap membantu dirinya menyeimbangkan diri.

“Hati - hati, Mbok. Itu Mbok kenapa cengar - cengir terus?” tanya Carlio menatap Mbok Nur yang masih menyengir.

“Lagi bahagia aja saya, mau ke mana Tuan?” tanya Mbok Nur sembari menatap Carlio dari ujung kaki hingga atas kepala yang sudah rapi.

“Mau ke utara, biasalah Mbok Nur pasti tahu’kan?” papar Carlio.

“Lah, Mbok Nur siapin susu hangatnya dulu ya!” tawar Mbok Nur langsung bergesa - gesa melangkahkan kaki menuruni anak tangga.

“Enggak usah perlu repot - repot, Mbok Nur. Saya nanti kelamaan juga di sana, saya takut Kahis nyariin saya soalnya enggak bilang ke dia sama sekali. Mbok Nur bilang aja ke dia saya enggak lama perginya,” tutur Carlio pada Mbok Nur yang menganggukan kepalanya.

“Pocco tadi malam nangis nyariin Nduk Kahis,” lapor Mbok Nur pada Carlio hingga pria itu memelankan langkahnya lalu berhenti.

“Maaf, Mbok Nur. Saya sama Kahis ketiduran tadi malam, maaf ngerepotin Mbok Nur ya,” ringis Carlio diangguki Mbok Nur. “Jadi gimana Mbok? Bisa tidurkah dia?” Carlio menimpali pertanyaannya lagi.

“Amanlah itu, sanalah Tuan cepat pergi nanti Nduk Kahis nyariin,” ucap Mbok Nur meminta Carlio, pria itu hanya terkekeh.

“Saya pamit Mbok,” ujar Carlio berpamitan pada Mbok Nur.

“Daddy!”

Carlio sedikit terkejut mendengar suara cempreng yan memekakkan telinga, Carlio menyerengit keheranan menatap bocah kecil itu yang tampak semangat menyambut dirinya. Ada apa pula?

“Ingin pergi ke mana? Bertemu Papa?” tanya Pocco sedikit senang.

“Tidak,” balas Carlio singkat, Pocco, anak kecil itu merosotkan bahunya. Semangatnya menurun tajam, ia kira Papanya akan segera menjemputnya. “Kenapa?” tanya Carlio saat melihat reaksi sedih.

“Apakah Papa membuangku?” keluh Pocco, Carlio menepuk jidatnya.

“Malam ini Papamu datang,” balas Carlio, mendengar itu Pocco langsung teriak kegirangan.

“Apakah bersama adikku juga?” tanya Pocco lagi dengan senang, Carlio dan Mbok Nur yang diam diam mendengar sama - sama melongo mendengrnya. Carlio bingung menjawabnya, anak kecil ini begitu rewel.

“Pocco, kemari sayang!” panggil Mbok Nur sengaja mengalihkan, akhirnya Carlio dapat bernafas lega.

Sepertinya dia terlalu membuang waktu. Baiklah, ia akan segera menemu lelaki itu. Jarak antar rumah mereka sendiri tidak terlalu jauh, hanya mengandalkan waktu beberapa menit.

Glenio van der Fredinand, kakaknya itu tinggal sendiri di sebuah rumah besar jauh dari penduduk di sekitarnya. Carlio berdecak, hidup lelaki itu tidak ada berubahnya sampai sekarang. Rumahnya terlihat begitu tidak berpenghuni, entahlah lelaki aneh itu.

Keluarga Fredinand yang belum diketahui secara jelas asal usulnya itu, hanya memperlihatkan dua saudara anak Fredinand. Mereka dari keluarga yang mempunyai campur tangan kuat, keluarga Fredinand mengambil kuasa tentang daerah kecil di Surabaya yang sekarang mereka tempati.

Tok tok.

Tok tok.

Ceklek

Pintunya tidak terkunci, ke mana pula asistennya itu? Tak ada hal yang spesial dari rumah miliknya, hanya hiasan basic yang ia pajang. Sungguh flat dan sangat tidak menarik.

“Siapa kau?!” Carlio tersentak sedikit saat mendengar teriakan di belakangnya. Dalam temaramnya lampu, Carlio bisa melihat siluet sosok perempuan berdiri di hadapannya.

“Kau yang siapa?” tanya balik Carlio sembari berkacak pinggang, makin lama semakin terlihat jelas perempuan itu kini menodongkan sebuah pisau.

Dalam detikan yang sama, keduanya spontan terkejut dan perempuan itu kini membuka mulutnya sedikit syok. “Kau? Perempuan malam?” tanya Carlio skeptis.

Perempuan itu memalingkan mukanya tak berani menatap Carlio. “Maaf aku mengira kau seorang penyusup di rumah Tuan Glen,” balasnya pada Carlio.

“Di mana Glenio?” tanya Carlio pada perempuan itu yang tampak bingung.

“Aku tidak tahu pasti, dari kemarin lalu ia selalu pergi pagi dan pulang tengah malam,” cecarnya namun Carlio merasa tak puas mendengar jawaban perempuan tersebut.

“Untuk apa kau di sini?” tanya Carlio lagi masih merasa sangat penasaran, bagaimana bisa?

“Aku menjadi emban di sini, saya sangat berterima kasih pada Tuan. Maaf saya tidak sempat mengucapkan terima kasih atas budi yang Tuan berikan,” papar perempuan itu kikuk.

“Baiklah, Linggar. Beri tahu pada Tuanmu jika aku mendatangi rumahnya, aku ingin secepatnya bertemu dengannya,” pinta Carlio hingga diangguki dengan cepat oleh Linggar.

Apa dunia akan terasa sesempit ini? Entah merupakan sebuah keuntungan atau hanya kebetulan, orang orang yang selama ini dicari Kahis akhirnya tanpa dicari mereka datang sendiri.

Linggar menghela napasnya perlahan menatap punggung pria yang telah menyelamatkan harga dirinya. Tak tahu yang pasti, namun inilah takdir yang diberikan Maha Kuasa untuknya.

Setelah ia diantarkan oleh Jeffrien, harapannya itu tak sesuai kenyataan. Penduduk di desa tak mau menerimanya kembali karena telah dianggap kotor, begitupun keluarganya yang hanya menatap dengan berderai air mata tanpa usaha untuk membelanya.

Linggar kira keluarganya selalu berusaha untuknya, sayang padanya juga namun harapannya itu pupus. Hingga ia bertemu dengan pria pemarah saat ia berjalan tak menentu.

Lelaki itu begitu menyebalkan, bukan kemauannya untuk ikut tetapi ia dipaksa dijadikan pembantu. Tuan Glenio amat kasar dan sangat pemarah, ia jadi tak betah lama lama di sini.

Omong - omong, ia tersadarkan setelah melihat sapu yang sengaja ia jatuhkan di lantai. Linggar harus membersihkan rumah tak terawat ini sendirian? Sialan, bahkan jasanya ini tanpa bayaran.

Menyakitkan sekali, tapi yang bisa ia syukuri Glenio bukan orang yang berhidung belang karena ia begitu menginjak - nginjak jati diri pribumi sepertinya.

1
Yi Yid
siapa ini? carlio kh
Zizi
smngt kak up nya🌹🌹
lunariesse van der hourver: terima kasih semangat juga 💗💗💗
total 1 replies
hazelsgn
p
Ikhsan
bagus kak,keren
Ikhsan: sama sama kak
lunariesse van der hourver: terimakasih
total 2 replies
Bilqies
gak kurang sih cuma udah kewajiban kamu sebagai orang tua untuk membesarkan dan membiayai anaknya
Bilqies
1 kata egois
sama aja jual anaknya untuk kepentingan dia yang tak mau jadi gelandangan
Mhila izuna
mampir thor
si ciprut
dua dulu😁
si ciprut
saya sih bukan mau mencela atau bagaimana. cuma untuk sesi bab awal lebih baik fokus pada tokoh utama dulu. entah itu perkenalan dari tokoh protagonis. dari segi pendidikan atau visual ataupun yg lainnya. fokus itu dulu. baru bab selanjutnya adalah jalan cerita kisah yg akan disampaikan.
maaf saya juga orang baru di dunia novel. tapi itu semua pernah saya alami dan juga ditegur oleh auditor NT. dan untuk 'kata' lebih baik 1000- 1200 kata, agar bisa mencakup cerita di satu bab.
tetap semangat kak. semoga sukses🤗
lunariesse van der hourver: baiklaaa terima kasih krisarnya kakk
total 1 replies
Yiab Yoje
thorrr
lunariesse van der hourver: apaaaa
total 1 replies
husnia wahidah
prolognya bagus bgt, heran
lunariesse van der hourver: makasih ya sengku
total 1 replies
husnia wahidah
kapan up nya thor? seru banget baru kali ini nemu cerita kaya gini
lunariesse van der hourver: ditunggu ya seng
total 1 replies
Legiyan Lyn
keren
niara kahishaa
mantap bgt thor
hazelsgn
hehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!