NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 23

Di siang hari yang terik, dua elf kecil terus berlarian, mereka saling mengejar seolah-olah energi mereka tak pernah habis. Timira memperhatikan dua sosok itu dengan lekat. Si rambut pendek tertawa sambil memegang boneka beruang milik adiknya yang sudah usang. Sementara adiknya, mengejar si rambut pendek sambil memohon agar boneka beruangnya dikembalikan.

Timira bangkit dari duduknya, lalu melangkah ke tempat dua anak kecil itu. Si rambut pendek menabrak sesuatu. Ia mendongak, mengecek siapa yang ia tabrak. Timira menatap si rambut pendek dengan tajam, membuat si rambut pendek merasa ketakutan. Di saat ini lah, Timira mengambil boneka yang ada di tangan kanan anak itu, lalu melewatinya. Ia memberikan boneka beruang itu kembali ke pemiliknya. Adik si rambut pendek merasa senang. Ia memeluk bonekanya erat-erat, mendongak ke Timira dengan senyum manis miliknya dan mengucapkan terimakasih padanya. Si anak kecil yang memeluk boneka beruang berjalan ke kasur putih miliknya, lalu memainkan bonekanya disana.

Timira tersenyum tipis melihat pemandangan ini. Ia membalikkan badannya, kembali berwajah datar saat si rambut pendek menatapnya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Apa?" tanya Timira.

Si rambut pendek melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau menyebalkan, kau mirip dengan kak Helen."

"Helen?" Timira mengangkat satu alisnya.

"Itu nama kakak kami."

"Oh, begitu, ya," jawab Timira singkat. Ia melewati si rambut pendek, membuat anak kecil itu semakin kesal. Timira tidur di kasurnya, menutup matanya, tak memedulikan ocehan si rambut pendek. Tapi, semakin ia tak memedulikan ucapan si rambut pendek, maka semakin panjang si rambut pendek menuangkan kekesalannya padanya.

Timira kesal. Sosok anak kecil yang rambutnya di kuncir kuda itu menatap ke si rambut pendek dengan tajam. Si rambut pendek balas melotot ke Timira. Setelahnya, si anak kecil ketakutan, ia merasakan lehernya sedikit mengeluarkan darah. Tubuh si rambut pendek membeku, ia akhirnya diam. Timira tersenyum smirk, ia membalikkan badannya, dirinya menatap tembok sekarang. Pisau yang ada di leher si rambut pendek terjatuh, membuat darah di lehernya berhenti mengalir.

Helen yang baru keluar dari kamar mandi terkejut melihat adiknya yang membeku dengan wajah ketakutan dan darah yang ada di lehernya. Helen melangkah ke adiknya, lalu mengobatinya dengan sihir. Helen tau ulah siapa ini. Ia pun berjalan ke kasur Timira, mencubit pipinya, membuatnya mengeluh kesakitan.

Helen membelalakkan matanya, saat ekspresi bingung terlukis di wajah bocah itu. Si kakak elf mencubit pipi Timira lagi, membuatnya mengeluh kesakitan kembali. Dua adiknya menatap mereka dengan bingung. Si rambut pendek melihat ke adiknya yang juga sedang melihatnya, lalu mereka sama-sama mengedikkan bahu. Adik si rambut pendek kembali bermain dengan bonekanya. Sedangkan dirinya, berjalan ke kasur putih miliknya, tidur disana, tak memedulikan teriakan kesakitan Timira.

Ting! Ting! Ting!

Seorang kakek tua memukul jeruji besi mereka. Tiga elf bersaudara itu dan Timira melihat ke arah kakek itu.

"Putra mahkota mengundang kalian untuk minum teh bersama di rumah kacanya," ucap kakek itu, membuat mereka semua saling pandang.

###

"Bagaimana tehnya? Apakah rasanya enak?" Tanya Ranianta pada empat makhluk yang duduk satu meja dengannya. Tiga elf bersaudara itu sudah mengenakan baju yang layak dipakai. Mereka sudah bukan lagi anak yang kotor dan memiliki rambut yang berantakan. Si rambut pendek dan adiknya mengacungkan jempol, pipi mereka dipenuhi oleh macaron yang ada di meja. Putra mahkota tertawa, lalu melihat ke kakak elf yang sedang minum teh dengan elegan dan Timira yang tak meminum tehnya sama sekali.

"Apa kau tidak suka tehnya, lady?" tanya Ranianta yang tidak direspon oleh Timira.

Helen menyikut anak kecil yang ada disamping nya. Timira menatap si kakak elf itu yang juga sedang menatapnya ganas. Timira memutar bola matanya malas, ia kembali melihat ke bunga-bunga yang ada di rumah kaca ini.

Helen tersenyum kikuk ke putra mahkota. Ranianta menghela nafasnya. "Aku punya tujuan membawamu kemari, jadi jangan marah." Timira mendecak. ia menatap putra mahkota dengan tajam.

"Kau ingin apa dariku?"

"Buku."

"Hah?" Timira mengerutkan keningnya.

"Harta keluarga yale, buku putih yang tak ternoda." putra mahkota mengaduk tehnya, lalu meminumnya dengan elegan. Helen dan kedua adiknya hanya mendengarkan sambil memakan makanan serta meminum teh yang tersedia di meja.

Timira menggebrak mejanya, bangkit dari duduknya. "Yang benar saja! seharusnya kau minta benda itu pada ibuku. Bukan padaku! Timira menatap lelaki bermahkota itu ganas. Sedangkan Ranianta menatapnya dengan dingin.

"Ibumu tertidur di sangkarnya dengan segala jenis pengobatan. Namun, ia tak pernah bangun dari tidurnya. Aku tidak bisa bertanya pada orang yang sedang tak sadarkan diri, lady."

"Apa yang kau lakukan pada ibuku, Ran?" Timira mengepalkan tangannya.

"Hanya memberinya sedikit rasa sakit dan sedikit penawaran. Sayangnya, ia tak tergoda. Jadi..." Ranianta menjeda kalimatnya karena sebuah pisau es terdapat di lehernya, membuatnya sedikit mengeluarkan darah. Ranianta tersenyum, senyum yang terlalu naik.

Timira merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan. Tiga elf bersaudara tidak bergerak di tempat duduknya. mereka masih melakukan rutinitas memakan apa pun yang ada dimeja, padahal putra mahkota kerajaan ini sedang dalam keadaan bahaya.

"Aku membuatnya tertidur seperti putri salju yang belum di cium oleh pangeran." Timira mengalihkan pandangannya, melihat ke sosok bertopeng yang berjalan santai menuju ke mereka. Malam ikut bergabung ke meja bulat ini. "Maka dari itu, kami memerlukan mu. Kau satu-satunya bangsawan yale yang masih bisa membuka mata, melihat dunia yang dulu sering kau lihat."

"Lalu?"

"Kami perlu kau untuk melakukan upacara pemanggilan roh penjaga buku itu."

"Aku tidak mau."

Malam terdiam, lalu tersenyum tipis. "Kalau begitu, pembicaraan ini selesai." Malam menjentikkan jarinya, membuat kabut cahaya dan hitam muncul di tempat ini. Timira memasang kuda-kudanya, anak kecil itu tak bisa melihat tempat ini dengan jelas, ia hanya bisa menggunakan pendengarannya untuk mendeteksi serangan.

"Kalian bisa menghentikan akting kalian sekarang. aku harap, kalian tau apa yang harus dilakukan," ucap Malam sambil tersenyum.

Kabut dihadapan Timira menghilang. Namun, ia tak lagi berada di rumah kaca. Saat ini, ia berada di ruangan yang dipenuhi oleh boneka-boneka beruang. Timira berjalan dengan waspada, ia mengamati setiap sisi dari ruangan ini.

TRINGG!!

TAKK!!

Belati Timira menghempaskan benda berbentuk bintang yang sisinya tajam. Timira semakin waspada. Ia yakin, musuhnya saat ini bukanlah lawan yang mudah untuk dikalahkan.

"KELUARLAH! JANGAN JADI PENGECUT!" teriak Timira yang disambut oleh anak elf berambut pendek yang menabrakkan pedangnya pada belati kecil Timira. Timira menahan serangan itu, lalu membuat pedang itu terlempar jauh, terlepas dari tangan pemiliknya.

Nafas Timira terengah-engah, kekuatannya seperti terisap oleh sesuatu, membuatnya cepat merasa lelah. Si rambut pendek melihat ke belakang, ke pedangnya. "Sayangnya, tugas ku sudah selesai. Aku kecewa karena tak bisa mencabik-cabik mu menggunakannya," ucap si rambut pendek. Elf kecil itu kembali melihat Timira, lalu membungkukkan badannya dengan lemah lembut. "Perkenalkan, saya Claire. Selamat datang di istana milik adikku, lady." Claire menatap Timira dengan senyum. Ia berjalan mundur setelahnya, kemudian menghilang bersama kabut. Kejadian ini sangat mirip dengan kejadian ketika pria misterius mendatangi ia dan Naya di tempat buku dan rak buku berada.

BRAKK!!

Timira terlempar jauh. Sosok itu pun cepat-cepat mengambil belatinya lagi, lalu menggenggamnya dengan erat. Boneka beruang yang besar menatap Timira dengan tajam. Timira berdiri, memasang kuda-kuda, siap untuk menyerang.

Boneka beruang itu memulai serangannya. Ia meninju Timira, namun tinjunya dapat dihindari oleh perempuan itu. Timira berlari, ia menghampiri kaki beruang besar itu, lalu membuat kapas keluar dari sana. Timira berpindah posisi untuk melakukan hal yang sama, ia melakukannya secara berulang-ulang. Boneka beruang itu pun tumbang seketika.

Serangan yang lain pun datang pada Timira. Sebuah serpihan kaca menghampirinya dengan kecepatan yang tak bisa dilihat oleh manusia biasa, untungnya Timira berhasil menghindari serangan itu. Nafas Timira semakin tak stabil, kakinya juga semakin lemas terus berada di tempat ini.

'aku tidak bisa terus diam disini,' batin Timira sambil mengamati ruangan ini kembali.

TRINGG!!

Timira menangkis sebuah panah api yang hendak mengalahkannya. Tetapi, sialnya, panah itu terlempar ke sebuah bom yang entah sejak kapan ada disana. Bom itu pun meledak, membuat Timira kembali terlempar.

Timira membuka matanya. Ia melihat pintu di pojok ruangan ini. Harapan muncul padanya. Timira kembali berdiri. Ia mengacungkan belatinya ke depan sambil berjalan menuju pintu itu. Anehnya, tak ada serangan yang datang padanya. Timira kini berdiri di depan pintu itu, ragu untuk membukanya.

Timira mendecak. Ia menjauhi pintu itu. "Seharusnya aku mencari si kecil yang memegang boneka dan tidak berharap pada pintu sialan itu," ucap Timira kembali mengamati ruangan ini. sosok kecil itu mengutuk sang putra mahkota yang terjebak di istananya sendiri, si elang bermahkota.

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!