Menikahi Wanita Taruhan

Elmer menatap serius ruang obrolan antara kontaknya dengan kontak sang papa, di aplika.si WA. Tiga pesan terakhir di sana merupakan pesan darinya yang menanyakan nasib gajinya di bulan kemarin. Karena meski Elmer sempat disibukkan dengan agenda persiapan ijab kabul, Elmer tetap bekerja secara online.

Papa : Kenapa kamu enggak minta ke istrimu saja? Bukankah keluarganya kaya raya?

Elmer : Papa beneran tetap tidak mau gaji aku sebagai karyawan Papa?

Elmer : Sebentar lagi, tagihan biaya pengobatan mama keluar dan aku harus membayarnya. Sementara sekarang, aku juga sudah menikah. Tiga bulan lagi, kami akan menggelar resepsi, hingga otomatis, aku harus menyiapkan biayanya.

Elmer : Papa wajib bayar gajiku karena itu sudah menjadi kewajiban Papa. Andai memang ada pemotongan meski aku full kerja termasuk yang secara online, aku akan maklum. Namun jika sampai sama sekali tidak digaji, ini sudah menyalahi aturan, Pa.

Dari belakang Elmer, Hyera yang tengah membuat bekal ala-ala bento, diam-diam menatap serius punggung tegap milik suaminya. Bagi Hyera, saat sedang tidak bersamanya apalagi jika tengah mengurus pekerjaan, Elmer akan sangat serius. Jika keadaannya sudah begitu, Hyera jadi takut untuk sekadar bersuara. Karena ketika sedang serius, Elmer mirip orang sedang marah. Keadaan yang sangat berbanding terbalik dengan ketika Elmer menghadapi Hyera dan itu memang akan sangat manis.

Kini, sekadar mengambil sayur rebus dari piring menggunakan sendok saja, Hyera sengaja melakukannya dengan hati-hati. Sebisa mungkin, Hyera berusaha tak membuat suara bahkan itu dentingan dari sendok dan piring yang sangat lirih.

Papa : Kamu akan mendapatkan lebih, andai kamu bisa memanfaatkan keadaan. Termasuk juga, Papa yang akan memberimu keuntungan lebih asal kamu bisa membuat mertuamu andil membantu usaha perusahaan Papa.

Papa : Tidak usah pusing-pusing. Minta saja ke istrimu karena Papa lihat, dia sangat menyukaimu. Termasuk juga keluarga besar mereka, kamu bisa memanfaatkan hubungan baik kalian untuk membangun gurita bisnis baru keluarga kita.

Papa : Good job El! Papa tunggu kabar baiknya!

Pesan-pesan dari sang papa membuat kedua tangan Elmer gemetaran. “Sudah kuduga! Mereka sengaja memanfaatkan hubunganku dan Hyera!” batin Elmer benar-benar kesal.

“Pyar ... pyar ... pyar ... pyar ....”

Suara jatuhnya tutup panci yang benar-benar berisik dari belakang, mengejutkan Elmer. Di belakang sana, istrinya tampak ketakutan. Ia segera menghampiri sambil menyimpan asal ponselnya ke saku sisi celaka levis panjang warna hitam yang ia pakai.

“Sayang, ... kamu enggak apa-apa, kan?” sergah Elmer.

“Enggak ... ini cuma kaget ... ya ampun kaget banget!” ucap Hyera sambil jongkok memungut tutup pancinya.

“Kamu jangan memaksa diri kamu buat beresin semuanya. Kamu enggak perlu jadi istri yang serba bisa. Karena yang namanya rumah tangga memang ada dua pihak yang menjalani sekaligus mengisi,” ucap Elmer mencoba memberi Hyera pengertian.

Elmer menghela napas dalam kemudian menatap Hyera penuh keteduhan. “Kamu takut?” lembut Elmer karena itulah yang ia tangkap dari cara Hyera menatapnya.

Seperti yang Elmer duga, Hyera mengangguk membenarkan anggapannya.

“Om ada masalah, ya? Om kalau lagi urus kerjaan serius banget. Aku jadi takut,” ucap Hyera jujur.

Elmer mengangguk-angguk kemudian menghela napas dalam. Ia menunduk tanpa berani menatap Hyera, meski kini ia tengah meminta maaf.

“Maaf, ... orang tuaku dan keluargaku.” Elmer mendadak tidak bisa berkata-kata. “Namun sungguh, saya mencintai kamu! Kamu segalanya untuk saya!” Elmer memberikan bukti pesan antara dirinya dan sang papa.

“Uang tabungan saya tidak lebih dari dua juta. Kamu tahu, bahwa saya masih punya tanggungan selain ke kamu. Saya tetap harus urus mama,” ucap Elmer berangsur menatap Hyera. “Saya mau resign dari pekerjaan yang sekarang. Untuk sementara, saya jadi pengangguran. Namun hari ini juga, saya akan langsung cari pekerjaan.”

“Hubungan saya dengan keluarga saya memang kurang baik. Kamu dan orang tua kamu juga sudah tahu keadaan mama saya. Maaf karena sudah membuat kamu kecewa,” sesal Elmer berkaca-kaca menatap Hyera. Di hadapannya, Hyera justru jadi tersedu-sedu. Hyera menunduk dalam.

“Padahal tadi, Om sendiri yang memintaku untuk tidak serba bisa apalagi berjuang sendiri. Namun sekarang, Om malah melukai diri Om, dengan terus berusaha memberikan yang sempurna buat aku,” sedih Hyera sambil menahan sesak di dada.

“Aku tahu, ... keadaan keluarga om, enggak baik-baik saja. Dan itu juga yang masih bikin aku mikir keras. Bisa enggak ya, aku mengimbangi mereka. Sementara mereka tetap harus aku hormati karena mereka bagian dari Om,” ucap Hyera.

Jujur, meski bukan kesalahannya secara langsung, keadaan keluarganya memang membuat Elmer malu. Elmer minder kepada Hyera. Bahkan ketika akhirnya Hyera minta ditemukan dengan pak Alandra di perusahaan.

“Papa sengaja mengeksploi.tasi suami saya? Jahat banget sih jadi orang tua!” marah Hyera.

“Memangnya semua yang terjadi belum cukup?”

“Hubungan Papa dengan istri pertama Papa. Hubungan Papa dengan mama Ami hingga semuanya tersakiti?”

“Di sini pokok masalahnya Papa! Papa biang keroknya dan sudah bikin banyak pihak tersakiti!”

“Termasuk suami saya, ... andai beliau bisa memilih, pasti beliau tidak mau memiliki papa seperti Papa!” tegas Hyera.

Pak Alandra yang masih duduk di kurai kerjanya hanya diam kebingungan. Pak Alandra berangsur berdiri dan menatap wajah Hyera maupun Elmer, silih berganti. Keduanya masih berdiri di depan mobil kerjanya. Keduanya saling bergandengan, tapi Hyera terus berlinang air mata. Hyera terlihat begitu kecewa dan itu ditujukan kepada pak Alandra.

Di lain sisi, pak Alandra tak mungkin membalas apalagi marah-marah kepada Hyera. Karena biar bagaimanapun meski Hyera menantunya, wanita cantik itu merupakan anak dari kolega baiknya.

“Sekarang mau Papa bagaimana?” lanjut Hyera yang kemudian berkata, “Sekarang, ... lebih baik Papa fokus urus istri pertama Papa, maupun anak-anak kalian. Bahagiakan mereka, ... berikan semua kedudukan tertinggi di perusahaan untuk mereka.”

“Intinya, Papa harus memuliakan mereka sebagai wujud kesungguhan Papa yang telah melukai mereka sangat dalam,” ucap Hyera.

“Selebihnya, andai Papa memang ingin membuka usaha baru, ... insya Allah saya dan suami saya akan bantu.” Hyera masih menatap pak Alandra penuh keteduhan.

“Begitu lebih baik, Pa!” sergah Elmer.

Pak Alandra masih diam. Antara malu sekaligus merasa bersalah lantaran ia dikuli.ti habis-habisan oleh Hyera.

Di lain sisi, petugas hotel yang mengantar makanan, akhirnya mendengar suara tolong dari Zoya. Suara minta tolong yang terdengar sangat mengenaskan.

“Mohon maaf, Tuan. Itu ada apa, ya?” ucap pelayan wanita tersebut. Namun, beberapa orang dan merupakan petugas hotel, juga berangsur masuk.

Tua bangk.a itu digerebek. Pemandangan Zoya dan Chelline yang masih tidak bebusa.na dan jelas mengalami eksploit.asi se.ksual, menjadi barang bukti mereka untuk mengamakan si tua bangk.a. Karena kebetulan, sejak laporan dari pelayan wanita yang sampai dirab.a bokong.nya oleh si tua bangk.a, aktivitas penghuni kamar tersebut memang langsung menjadi pusat perhatian. Apalagi selama dua minggu lebih, kamar tersebut tidak menerima jasa kebersihan.