NovelToon NovelToon
Menggapai Langit Tertinggi

Menggapai Langit Tertinggi

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Romantis / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: DANTE-KUN

Jiang Shen, seorang remaja berusia tujuh belas tahun, hidup di tengah kemiskinan bersama keluarganya yang kecil. Meski berbakat dalam jalan kultivasi, ia tidak pernah memiliki sumber daya ataupun dukungan untuk berkembang. Kehidupannya penuh tekanan, dihina karena status rendah, dan selalu dipandang remeh oleh para bangsawan muda.

Namun takdir mulai berubah ketika ia secara tak sengaja menemukan sebuah permata hijau misterius di kedalaman hutan. Benda itu ternyata menyimpan rahasia besar, membuka pintu menuju kekuatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sejak saat itu, langkah Jiang Shen di jalan kultivasi dimulai—sebuah jalan yang terjal, berdarah, dan dipenuhi bahaya.

Di antara dendam, pertempuran, dan persaingan dengan para genius dari keluarga besar, Jiang Shen bertekad menapaki puncak kekuatan. Dari remaja miskin yang diremehkan, ia akan membuktikan bahwa dirinya mampu mengguncang dunia kultivasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 : Malam Yang Ramai

Malam itu kota Jinan seakan tidak pernah tidur. Dari sudut jalan, kedai minum, hingga rumah-rumah warga, hanya ada satu nama yang dibicarakan semua orang—Jiang Shen. Nama seorang pemuda desa yang sebelumnya tak pernah dianggap, kini disejajarkan dengan tiga Genius muda kota Jinan.

“Anak itu benar-benar monster … bisa mengimbangi Zhang Rui yang terkenal sombong itu, bahkan mengalahkannya!”

“Dan kau lihat? Dia punya atribut ganda! Api dan petir! Itu benar-benar level para Genius muda!”

“Besok … finalnya akan jadi sejarah. Kota Jinan akan melihat sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Bisik-bisik kagum, suara terkejut, bahkan sorakan bangga terus terdengar di sepanjang jalan. Di balik keramaian itu, Jiang Shen berjalan dengan langkah tenang menuju pinggiran kota, tempat rumah sederhananya berada. Wajahnya masih sedikit pucat setelah pertandingan keras melawan Zhang Rui, tapi matanya memancarkan keyakinan yang tak tergoyahkan.

Sesampainya di rumah reyot berdinding bambu itu, dia melihat ibunya, Jiang Yun, masih menunggu di beranda. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, wajahnya penuh kasih namun jelas menyimpan rasa khawatir. Begitu melihat Jiang Shen, matanya langsung berkaca-kaca.

“Shen’er … kau baik-baik saja?” tanya ibunya sambil memegang kedua lengannya.

Jiang Shen tersenyum kecil, meski ada rasa sakit yang masih menusuk tubuhnya. “Aku baik-baik saja, Ibu. Pertandingan hari ini berat, tapi aku menang. Dan aku datang untuk menepati janjiku.”

Tanpa berkata banyak lagi, dia menggenggam tangan ibunya dan membawanya menuju pusat kota. Di sepanjang jalan, orang-orang menoleh, berbisik, bahkan ada yang bersorak begitu melihat sosok Jiang Shen lewat. Ada rasa bangga tersendiri di dada ibunya, meski ia tetap diam sambil menunduk.

Setibanya di pusat kota, Jiang Shen langsung menuju sebuah penginapan mewah, jauh berbeda dari kondisi rumah mereka di pinggiran kota. Ia menyewa dua kamar, masing-masing seharga tiga koin perak per malam. Ketika masuk ke dalam kamar itu, ibunya bahkan tertegun melihat tempat tidur empuk, lampu minyak berukir indah, dan aroma harum dari dupa yang dibakar.

“Shen’er … ini … ini terlalu mahal …” ucap ibunya dengan mata berkaca-kaca.

Jiang Shen hanya tersenyum lalu menatapnya dalam-dalam. “Ibu, ini baru permulaan. Setelah turnamen selesai, aku akan membelikan Ibu sebuah rumah di pusat kota. Tidak perlu lagi tinggal di pinggiran dengan atap bocor dan dinding yang lapuk. Ibu selalu berkata ingin membuka kedai makanan, bukan? Aku akan mewujudkannya.”

Mendengar itu, air mata ibunya langsung jatuh. Ia menutup mulutnya, menahan isak haru. “Shen’er … dari mana kau mendapatkan semua ini? Jangan bilang kau melakukan sesuatu yang berbahaya demi uang …”

Dengan tenang, Jiang Shen menjawab, “Tidak, Ibu. Aku menjual resep pil tingkat empat yang sangat berharga. Harganya tinggi, dan sekarang aku punya seratus koin emas. Untuk rumah bagus di pusat kota, hanya butuh enam puluh atau tujuh puluh koin. Sisanya akan kita gunakan untuk membuka kedai makan. Aku ingin Ibu tidak bekerja keras lagi, hanya duduk di depan kedai sambil tersenyum pada pelanggan.”

Kata-kata itu menghantam hati Jiang Yun bagaikan gelombang besar. Tangisnya pecah, tapi kali ini bukan karena kesedihan, melainkan kebahagiaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia memeluk Jiang Shen erat, seolah takut itu hanya mimpi yang akan hilang saat terbangun.

Malam itu, di tengah hiruk pikuk kota yang masih membicarakan kemenangan Jiang Shen, dua orang sederhana—seorang anak dan ibunya—beristirahat di penginapan mewah. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, mimpi indah tentang masa depan tampak begitu nyata di depan mata.

Namun, jauh di lubuk hati Jiang Shen, ia tahu bahwa besok adalah hari yang akan menentukan segalanya. Partai final menunggunya. Lawannya bukan orang biasa, melainkan salah satu dari tiga Genius muda kota Jinan. Dan ia harus membuktikan bahwa dirinya benar-benar layak menyandang nama besar itu.

...

Langkah Jiang Shen dan ibunya menuju arena turnamen pagi itu seolah menarik seluruh perhatian kota. Jalanan penuh dengan orang-orang yang berdesakan, sebagian besar membicarakan tentang “pendatang desa” yang kini namanya sejajar dengan tiga Genius muda Kota Jinan. Suara riuh bercampur decak kagum dan bisik-bisik kagum terdengar jelas setiap kali Jiang Shen lewat.

“Dia itu Jiang Shen …”

“Lihat, benar-benar masih muda … masa bisa menyembunyikan kekuatan sebesar itu?”

“Bukan hanya muda, katanya dia bahkan punya atribut bawaan ganda! Setara dengan para genius sejati …”

Jiang Shen hanya berjalan dengan tenang, wajahnya datar tanpa terguncang oleh segala omongan. Namun di sampingnya, Jiang Yun—ibunya—tak kuasa menahan rasa bangga yang bergejolak dalam dadanya. Sesekali ia menunduk, matanya berkaca-kaca, melihat semua orang kini menghormati anak yang dulu sering diremehkan.

Begitu masuk ke dalam arena, Jiang Yun berhenti sejenak. Ia menatap anaknya dengan lembut lalu berkata, suaranya lirih tapi penuh makna.

“Shen’er, tidak perlu memaksa diri terlalu jauh. Menang atau kalah, bagi ibu kau sudah yang terbaik.”

Jiang Shen menatap ibunya sejenak, lalu tersenyum tipis dan mengangguk mantap. “Ibu tenang saja.” Setelah itu, ia melangkah ke area khusus para finalis, sementara Jiang Yun berjalan menuju tribun penonton, bergabung dengan lautan manusia yang sudah memadati setiap sudut.

Tak lama kemudian, rombongan klan Lin memasuki arena. Aura mereka agung dan menekan, menandakan betapa besarnya pengaruh keluarga itu di Kota Jinan. Namun, pusat perhatian jelas jatuh pada Lin Xueyin. Dengan gaun panjang berwarna hijau zamrud yang berkilauan di bawah cahaya matahari, rambut hitam panjangnya dibiarkan terurai indah. Wajahnya yang dingin dan menawan membuat banyak orang terdiam, seakan sosok peri benar-benar turun ke dunia fana.

“Cantik sekali … Peri Kota Jinan sungguh pantas dengan julukan itu.”

“Dia dan Jiang Shen … kalau bertarung, pasti akan jadi pertunjukan yang tak terlupakan.”

Tatapan Lin Xueyin langsung mencari satu orang, dan saat menemukannya, matanya menajam—Jiang Shen, yang duduk dengan tenang, seolah dunia luar tidak mampu mengguncang hatinya. Senyum samar terlukis di wajahnya, seakan keduanya memang sudah ditakdirkan untuk bertemu di puncak.

Pembawa acara lalu naik ke panggung, suaranya bergema lantang menguasai arena. “Hadirin sekalian! Hari ini, kita akan menyaksikan pertarungan final dari Turnamen Kota Jinan! Dua anak muda yang namanya mengguncang kota akan membuktikan siapa yang benar-benar berdiri di puncak!”

Suara sorak-sorai langsung memecah udara, mengguncang arena hingga terasa bergetar.

“Finalis pertama, Jiang Shen!”

“Finalis kedua, Lin Xueyin!”

Keduanya bangkit hampir bersamaan, melangkah ke atas panggung. Jiang Shen dengan pedang biasa yang tampak sederhana, seakan tak pantas dipakai di arena sebesar ini. Sedangkan Lin Xueyin, pedang pusaka tingkat Awan berkilauan di genggamannya, setiap ayunan saja sudah memancarkan aura dingin yang menekan.

Begitu berdiri saling berhadapan, Lin Xueyin melirik ke arah pedang Jiang Shen. Dengan suara yang tenang namun menusuk, ia berkata, “Aku harap kau tidak menjadikan pedangmu sebagai alasan saat kau kalah nanti.”

Jiang Shen menatapnya tanpa goyah, senyum tipis terangkat di bibirnya. “Tenang saja. Jika aku kalah, itu artinya kekuatanku memang masih lemah. Aku tidak berniat mencari alasan.”

Jawaban sederhana itu membuat Lin Xueyin terdiam sejenak. Tidak menyangka, ia justru merasakan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan lelaki seusianya—kejujuran dan keteguhan yang jarang ditemui. Senyum samar akhirnya muncul di wajahnya, meski cepat ia sembunyikan.

Tak lama kemudian, suara gong yang nyaring menggema di seluruh arena.

DUUUNG!

Pertarungan final resmi dimulai.

1
Ani Sumarni
Sayang sekali no25 Lolos
Ani Sumarni
Luar biasa mantap banget
Siap2lah Warga Masyarakat Rakyat
Kerajaan Fhoniks
Untuk memilih Raja/Presiden yang
Benar2 menjungjung tinggi ke Adilan
Kebijakan dalam melindungi Rakyatnya dan memberikan Rasa aman Nyaman merasa tenang dalam
Kehidupannya Sandang pangan dan
Lapangan pekerjaan tersedia sesuai dengan kemampuan/Propesi/Ke Ahlian masing2 tidak tercekik oleh pajak tidak tertekan dengan aturan
Yang menyusahkan Rakyatnya Pemimpin/Penguasa Raja Fhoniks tiad mementingkan kepentingan pribadi Pioritaskan Pegawai/bawahan dan Rakyatnya
Jangan memilih Pemimpin yang Serakah Ambisius kekuasaan yaaah
Nanti Kalian juga yang Rugi 😄😄
Benny
Thor, di bab 127 ini kok sudah ada jam ya, kenapa tidak menggunakan hitungan dupa aja,
Ani Sumarni
Mungkinkah Jiang Shen akan menjadi
Raja Fhoniks dia masih keturunan Raja Fhoniks terdahulu
Ani Sumarni
Kerajaan Fhoniks Tinggal Kenangan
Raja Ming Tianlong Musnah bersama keturunannya,
Erni Sasa
mc,y lambaat iih padahl sudah mendekati ending tapi masih di ranah Raja level 9,kan di awal dia punya ruang jiwa kenapa tidak di gunakan untuk berkualitivikasi.
Ani Sumarni
Lanjut 👍👍
YANI AHMAD
tersengat listrik ?? 😄😄😄🤣🤣🤣
Fitri Ayu
ternyata pertandingan acak, tiba2 langsung no urut 75
Fitri Ayu
bahasanya jadi bhs gen z ya
Ani Sumarni
Terus bantai para penjaga Istana Kerajaan Fhoniks Rajanya Ming Tianlong dan kedua Putranya ayo cepat Jiang Shen Hancurkan semuanya
Ani Sumarni
Jiang Shen benar benar nekad segala sesuatu yang menjadi tujuan pingin
Segera cepat selesai memang bagus
Tidak ingin melibatkan orang banyak
Yang akan menjadi korban
Tapi itu juga demi kepentingan umum
Masyarakat/Warga Kota/Rakyat Kerajaan Fhoniks biar hidup Tentram
Damai sejahtera dalam kehidupannya
Tidak tertindas/Tertekan oleh aturan
Kekuasaan Sang Penguasa
Kasian Ling Xuenyin lagi pula Jiang Shen kan punya banyak Sekutu Kuat
Klan Aliran putih pasti mereka juga akan membantunya
Ani Sumarni
Mei Mei masih beruntung tak langsung di bunuh oleh Jiang Shen
Tetapi Jiang Shen meminta Mei Mei
Sebagai Kompensasinya sebagai tanda penyesalan telah melakukan
Kesalahan/Penghianatan Sekarang Mei Mei harus mencari informasi tentang gerak gerik Apa yang dilakukan keluarga Raja Ming Tianlong dan para bawahannya Mei Mei harus melaporkanya Ke Jiang Shen (Papiliun Mata Terbit)
Ani Sumarni
Hampir semua orang/pelayan /Tuan
Tuan Rumah, Kantor, sebelum melayani Pembeli, Nasabah melihat dulu,penampilan kalau berdasi bawa Koper manggut2 sambil bicara ada yang bisa saya bantu/mau beli apa???
Tapi kalau lihat penampilan lusuh yang di tengteng di tangan kantong plastik kayaknya enggan berdiri/bertanya dunia dunia 🤭🤭sebegitu kah gak tau siapa yang datang itu 😄
Ani Sumarni
Lanjut
Tetap semangat💪💪 Author
Salam sehat sukses selalu Aamiin
Ani Sumarni
Karna keputusasaan Raja Tianlong
Mengadakan perekrutan/mengadakan Sayembara dengan iming2 yang menggiurkan siapa saja yang ikut bergabung perang Melawan/membunuh Jiang Shen akan di kasih kedudukan dan Koin Emas/Hadiah yang melimpah
Ani Sumarni
Sekarang Giliran Jiang Shen untuk menumpas Pohon Utamanya cabangnya sudah dipangkas tinggal
Biang kerok Pemimpin Utamanya Raja Tianlong Lengser dari Tahtanya
Ani Sumarni
Bagus sudah saatnya Klan Ming/Raja
Tianlong Lengser dari kekuasaanya
Digantikan dengan Era Baru
Pemimpin yang benar benar memajukan mensrjahterakan Rakyatnya dan dari masa penindasan
Orang2 yang berkuasa yang mementingkan kepentingan pribadi Jiang Shen Cocok menjadi Raja Fhoniks untuk massa depan lagi pula
Masih Keturunan dari Raja Fhoniks terdahulu 👍👍⭐⭐⭐⭐⭐
Ani Sumarni
Hehehe Ling Xuenyin Egonya Tinggi
Shok jual,mahal pura2 acuh padahal
Xuenyin selalu berharap dengan Jiang Shen
Ani Sumarni
Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!