Reina baru saja pindah ke kompleks perumahan baru atas permintaan suaminya karena lingkungan rumah lamanya sudah tak senyaman dulu. Tetangga sebelah rumahnya adalah seorang pria hot berotot bernama Nathan yang katanya adalah seorang duda keren.
Tetapi tetangganya yang lain ada yang menyebarkan rumor kalau Nathan bercerai dari istrinya karena ternyata ia adalah seorang gay. Reina jadi penasaran dengan tetangga barunya dan bertekad untuk mencari tahu yang sebenarnya. Yuk, kita simak kisah Reina yang ceria tapi kadang juga penuh lika-liku ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Efek Lelah Nathan
Setelah menjemput Reza pulang sekolah, Reina mengintip ke rumah Nathan lewat pintu belakang. Reina kaget melihat Nathan masih tertidur di sofa ruang tamu. Laney sepertinya sudah pulang dari tadi.
Setahu Reina seharusnya Nathan masuk kerja di siang hari, tetapi ia bingung melihat Nathan yang tertidur di sofa ruang tamu. Kemudian Reina pulang dulu sebentar untuk mengurus Reza, memastikan ia sudah berganti pakaian rumah dan makan siang.
Setelah itu Reina memberitahu Reza kalau Reina akan ke rumah Nathan untuk mengurusnya karena sepertinya Nathan sakit. Setelah memastikan pintu depan terkunci rapat dan Reza selesai makan siang dan menyuruhnya untuk beristirahat, Reina kemudian kembali ke rumah Nathan.
Nathan masih tertidur di sofa dengan posisi yang sama. Reina yang dari awal sudah merasa khawatir, ketika menyentuh dahi Nathan langsung kaget karena dahi Nathan panas. Setelah membersihkan luka-luka di tubuh Nathan, Reina memutuskan untuk membawa Nathan ke dokter dengan menggunakan taksi online. Reina ikut mengajak Reza yang kebetulan belum tidur siang.
"Ayo ja, bantu bunda bawa om Nathan ke. Mobil"
"Iya bun"
Untungnya supir taksi online juga sangat membantu. Postur Nathan yang tinggi besar membuat Reina yang bertubuh mungil dengan tinggi badan hanya 160 cm kesulitan untuk memasukan Nathan ke dalam mobil. Setelah cukup lama menempuh perjalanan, akhirnya mereka tiba juga di rumah sakit. Nathan segera masuk UGD.
Reina sebelumnya telah mengemasi pakaian Nathan dan membawa dompet Nathan untuk menunjukkan identitas untuk keperluan administrasi. Setelah di periksa dan akhirnya di pindah dari UGD ke ruang rawat inap.
Nathan akhirnya siuman juga keesokan harinya. Ia sempat bingung kenapa bisa berada di rumah sakit karena waktu ia siuman Reina sedang tidak ada di tempat. Reina sedang menitipkan Reza kepada Weni tetangga sebelahnya karena Reza masih di bawah umur jadi ia tidak boleh menemani bundanya di rumah sakit.
Ketika Reina tiba di rumah sakit, Nathan sedang di periksa oleh suster yang sepertinya senang berlama-lama memeriksa Nathan.
"Hei Nate, bagaimana keadaanmu?" Tanya Reina
"Lebih baik, berkat kau. Benar kan kau yang membawaku kesini, cupcake?"
"Iya. Kemarin kau sempat pingsan jadi aku membawamu kesini"
"Terima kasih, sayang. Bisa apa aku tanpamu?"
"Gombal" Muka Reina langsung berubah warna menjadi semerah tomat.
"Suster, sudah selesai periksanya? Aku ingin bercumbu dengan kekasihku"
"Nate! Malu ih!"
Nathan hanya menyeringai mendengar ocehan Reina. Suster yang tadinya ingin berlama-lama memeriksa Nathan menjadi kecewa ketika tahu ternyata Nathan memiliki kekasih. Setelah itu ia pergi meninggalkan Nathan dan Reina berdua.
"Tolong tutup tirainya, Rein. Aku butuh privasi"
"Oke, Nate"
Setelah Reina menutup tirai, Nathan langsung menarik Reina mendekat.
"Nate, kau masih sakit. Masih aja ingat untuk menciumku"
"Memangnya kenapa? Yang sakit kan bukan adik kecilku. Lagipula aku tak butuh obat lagi selama kau disini"
"Nate... "
"Just shut up and kiss me, baby"
Reina tak sempat protes lagi karena Nathan sudah langsung melumat bibirnya. Ia merindukan Reina seolah-olah mereka sudah tak bertemu selama sebulan. Reina yang awalnya tak merespon akhirnya luluh juga. Ia juga merindukan Nathan, tapi ia juga khawatir karena saat ini Nathan sedang sakit.
Tapi ternyata sakit dan tak sakit pun tak ada bedanya, Nathan tetap saja nakal dan mesum terhadap Reina, walau diam-diam Reina suka dengan sifat khas Nathan. Ketika masih asyik berciuman, Reina mendengar suara langkah kaki di luar. Secara refleks, Reina langsung melepaskan ciuman mereka.
Ternyata yang datang adalah rekan sekerja Nathan, terdiri atas empat orang pria yang belakangan diketahui adalah anak buah Nathan di hotel karena mereka memanggil Nathan dengan sebutan chef.
"Halo chef, gimana keadaannya sekarang?"
"Yah, seperti yang kau lihat. Sudah lebih baik sih sekarang."
"Chef Bobby heran waktu dengar chef sakit. Dia kira chef Nathan ga bisa sakit karena selama ini rajin masuk" Ujar salah satu anak buah Nathan yang bernama Rico sambil terkekeh.
"Emangnya aku manusia super apa ga bisa sakit?" Ujar Nathan sambil pura-pura cemberut. Kemudian salah satu anak buahnya ada yang menanyakan Reina.
"Oh iya chef, maaf ini siapa ya? Adiknya chef ya?"
"She's my girlfriend"
Reina jadi tersipu. Hari ini sudah dua kali Nathan mengakuinya sebagai kekasih.
"Oooh... Aku kira adiknya chef karena terlalu imut kalau buat chef"
"Sembarangan kamu kalau ngomong! Anyway, Reina, mereka berempat ini adalah anak buahku yang setiap hari selalu membuatku pusing. Yang ini Rico, Kevin, Dodi, dan Bernie. Sebenarnya ada satu lagi perempuan yang bernama Joan, tapi dia sedang tidak datang"
"Iya, Joan juga sedang sakit, chef" Ujar Rico.
"Benarkah? Sejak kapan dia sakit?"
"Sejak kemarin, sama seperti chef"
"I see. Tolong sampaikan padanya semoga lekas sembuh ya"
"Oke, chef. Sama juga untuk chef, semoga lekas sembuh. Walau kadang cerewet, tapi chef Nathan ga segalak chef Bobby! Hehehe... "
"Enak saja! Sejak kapan aku cerewet! Kayaknya selama ini aku baik-baik aja deh!" Ujar Nathan lagi-lagi sambil pura-pura bersedekap dada dan cemberut.
Lalu para anak buah Nathan sama-sama menertawakan Nathan. Mereka memang suka saling bercanda, termasuk ketika sedang bekerja. Setelah berbincang-bincang lagi sebentar, mereka kemudian izin pulang karena harus lanjut bekerja di siang hari.
Setelah anak buah Nathan pulang, Reina melakukan video call terhadap Reza bersama Nathan.
"Halo, ja."
" Bunda!"
"Lagi ngapain, ja?"
"Lagi main sama Tomi, bun"
Tomi adalah anak dari Weni.
"Yang akur ya, jangan berantem"
"Iya bun, waah... Om Nathan udah bangun ya?"
"Iya, ja. Makasih ya kemarin udah bantuin Bunda bawa om ke rumah sakit"
"Iya sama-sama om"
"Kamu ga sekolah ya, ja?"
"Iya, kata bunda hari ini aku libur dulu. Aku sih senang-senang aja di suruh libur... Hehehe... " Nathan ikut tertawa mendengar ucapan Reza yang polos. Setelah itu mereka mengakhiri pembicaraan di telepon. Nathan kemudian menggenggam tangan Reina sambil berbicara dengannya.
"Rein... "
"Ya?"
"Maaf ya telah merepotkan kamu sampai Reza ga masuk sekolah karena aku"
"Tidak apa-apa Nate, selama ini kan kamu sudah begitu baik sama aku dan Eja, makanya Eja ga masuk sekolah satu atau dua hari ga masalah bagiku."
Setelah itu Reina melepaskan tangan Nathan agar ia bisa memotong buah pemberian dari anak buah Nathan agar bisa di makan oleh Nathan. Dengan manjanya, Nathan minta di suapi buah yang telah di potong oleh Reina. Ketika sedang menyuapi Nathan, seseorang datang untuk menjenguk Nathan. Ternyata orang tersebut adalah Laney.
Melihat Nathan yang sedang di suapi oleh Reina membuat Laney cemburu.
"Hei Laney! Mari sini masuk!"
"Hei, Nathan. Gimana keadaan kamu?"
"Sudah lebih baik. Terima kasih ya sudah datang untuk menjenguk"
"Inilah akibatnya kalau kau suka ikut campur urusan orang lain" Ujar Laney dengan nada dingin. Reina yang mendengarnya jadi bingung.
'Apa maksud Laney berkata seperti itu ya?" Ujar Reina dalam hati.
"Rein, maaf bisa tolong tinggalkan kami sebentar?"
"Baiklah, Nate"
Kemudian Reina memberikan sisa buah yang telah ia potong kepada Nathan. Setelah itu ia keluar ruangan.
Setelah memastikan Reina sudah keluar, Nathan langsung bicara.
"Laney, tolong jangan bahas soal Reifan di depan Reina"
"Memangnya kenapa?"
"Karena aku tak mau menyakitinya"
"Sebegitu pedulinya kah kau kepadanya?"
"Iya, aku peduli"
Kemudian Laney menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan matanya yang sudah berkaca dan menahan air mata jatuh ke pipi.
"Kalau begitu aku pamit pulang dulu"
"Kenapa buru-buru?"
"Tidak apa-apa. Aku memang hanya ingin mampir sebentar. Oh iya, ini untukmu. Semoga lekas sembuh, Nathan. Daah... "
"Oke, daah...."
Setelah Laney pulang, tentu saja Reina langsung bertanya tentang ucapan Laney tadi. Tapi bukannya menjawab, Nathan malah mencium Reina sampai Reina kehabisan nafas.
"Nate, kau sengaja mengalihkan ya supaya aku lupa?"
"Iya memang. Sudahlah Rein, itu tak penting. Yang penting sekarang aku kangen padamu. Sini naik ke atas kasur dan peluk aku"
"Tak bisa, Nate. Ini kan ranjang untuk satu orang dan hanya untuk pasien"
"Aku tak peduli. Ayolah turuti perintahku, nanti aku jadi tak bisa tidur"
"Pasien yang satu ini cerewet sekali ya"
Tapi Reina akhirnya menuruti permintaan Nathan, jadi sementara pertanyaan Reina terlupakan.