NovelToon NovelToon
MAAFKAN AKU, AYAH

MAAFKAN AKU, AYAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Bayu, seorang remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Emosinya yang masih labil, membuat ia mudah tersulut emosi dan juga mudah terhasut.

Suatu malam, Bayu pulang dalam keadaan mabuk. Sang ayah yang kecewa dan marah, tanpa sadar memukulinya.

Termakan hasutan tetangga, Bayu tega melaporkan ayahnya dengan tuduhan kekerasan anak. Hubungan ayah dan anak yang sebelumnya sudah goyah, menjadi semakin buruk. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis sedikit membuka mata hatinya.

Sebuah rahasia besar terungkap ketika ibunya pulang kembali ke kampung halaman setelah dua tahun menjadi TKW di luar negeri.

Apa rahasia besar itu?
Mampukah rahasia itu menyatukan kembali hubungan ayah dan anak yang terlanjur renggang?

Ikuti kisah selengkapnya dalam 👇👇👇
MAAFKAN AKU, AYAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Pulang

.

Bayu tiba kembali di rumahnya ketika matahari baru saja bergeser ke arah barat. Pak Hasan yang mengantarnya berpamitan pulang bahkan ketika dirinya baru saja turun dari mobil. Pria itu beralasan ada urusan mendadak yang harus segera diselesaikan. Bayu tidak ingin berbasa-basi untuk menahannya. Baginya, yang terpenting adalah ia sudah sampai di rumah.

Begitu masuk ke dalam rumah, Bayu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Rumah itu tampak begitu sepi, begitu sunyi, begitu dingin menusuk kalbu. Dulu, rumah ini selalu ramai dengan suara perdebatan antara dirinya dan sang ayah. Perdebatan yang dulu ia benci. Suara yang dulu ia anggap cerewet, Sekarang, hanya ada keheningan yang memilukan. Ia merindukan suara itu, ia rindu mendengar berbagai omelan dan nasehat dari ayahnya.

"Ayah..." gumamnya lirih.

Buru-buru tangannya menghapus air matanya yang perlahan menetes. Ia tidak boleh cengeng. Ia harus kuat demi bisa menjadi kebanggan ayahnya kembali.

Bayu melangkah masuk ke dalam kamarnya yang berukuran tak seberapa luasnya. Kamar itu tampak berantakan, dipenuhi oleh pakaian kotor dan sampah makanan ringan yang berserakan. Ia menghela napas panjang dan duduk di tepi ranjang.

Bayu mengambil ponselnya dari saku celana, ponsel yang mati sejak kemarin karena kehabisan daya. Awalnya, dia pikir dia hanya akan disuntik lalu diberikan obat saat di Puskesmas, lalu pulang. Siapa sangka dirinya harus menginap di gedung yang keseluruhan dindingnya didominasi oleh warna putih itu selama empat hari. Empat hari yang terasa seperti siksaan baginya.

Sambil menunggu ponselnya terisi daya, Bayu berbaring di ranjang. Ia memejamkan mata, mencoba untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Ia merasa begitu lelah, baik secara fisik maupun mental.

Tiba-tiba, ia teringat akan janji yang ia ucapkan kepada dirinya sendiri di rumah sakit. Ia harus sembuh, ia harus mencabut laporan polisi terhadap ayahnya, dan ia harus meminta maaf atas semua kesalahannya.

"Aku harus mulai dari mana?" gumamnya dalam hati.

Ia membuka matanya dan menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Ia merasa begitu bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa seperti orang yang tersesat di dalam hutan belantara yang gelap dan menakutkan.

Akhirnya, Bayu bergerak perlahan membersihkan kamarnya. Ia memungut sampah-sampah yang berserakan, melipat pakaian kotor, dan merapikan tempat tidurnya. Meskipun hanya kamar kecil, namun ia ingin kamarnya terlihat bersih dan nyaman.

Setelah selesai membersihkan kamar, Bayu melangkah menuju kamar mandi tunggal yang ada di belakang, di dekat dapur. Kamar mandi itu tampak kotor dan berllumut semenjak ayahnya tak ada di rumah tak ada yang membersihkan. Mungkin dia akan membersihkan nya, nanti.

Bayu menyalakan air dan mulai membersihkan dirinya. Air dingin yang menyentuh kulitnya terasa menyegarkan dan sedikit meredakan rasa lelah di tubuhnya. Ia mandi dengan cepat, lalu mengenakan pakaian bersih yang ia temukan di dalam lemari. Ia merasa sedikit lebih segar dan bersemangat setelah membersihkan diri.

Selesai mandi, ia kembali ke kamarnya dan melihat ponselnya sudah terisi daya meskipun belum penuh. Begitu dia mengaktifkannya, notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab langsung berhamburan masuk. Ia melihat ada banyak panggilan tak terjawab dari Riana dan juga pamannya, Wahyu.

Dadanya berdegup dengan kencang melihat nama kontak pamannya. Dengan sedikit ragu, ia melakukan panggilan balik.

"Assalamu'alaikum, Paman," ucap Bayu dengan suara bergetar.

"Wa'alaikumsalam. Bayu, kamu ke mana saja?" tanya pamannya di seberang sana, terdengar begitu marah. "Sudah berhari-hari tidak masuk sekolah dan tanpa ada keterangan izin atau apapun. Sebenarnya kamu masih ingin sekolah atau tidak? Gak kasihan kamu sama ayahmu?"

Bayu terdiam sejenak. Ia tahu pamannya pasti sangat marah padanya. Yang tidak diketahui oleh Bayu, pamannya datang ke rumah dan mencarinya pada saat dirinya sedang berada di rumah sakit.

"Maafkan Bayu, Paman," jawab Bayu lirih. "Bayu baru saja pulang dari Puskesmas."

Pamannya terdiam sejenak sebelum menanyakan, "Puskesmas? Kenapa? Ada apa? Kenapa harus ke Puskesmas berhari-hari?"

Bayu menggigit bibirnya. Ia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya tentang kondisinya. "Pinggang Bayu sakit, Paman." Hanya itu yang Bayu katakan.

“Sakit bagaimana?" Suara paman Wahyu berubah lunak.

“Hanya sakit saja, Paman. Sekarang sudah tidak apa-apa." Ia tak ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tak ingin membuat pamannya yang selama ini ikut menanggung malu atas ulahya di sekolah, menjadi kepikiran.

Terdengar pamannya menghela napas di seberang sana. "Ya sudah, istirahat saja. Jangan lupa minum obat. Kalau ada apa-apa, kabari Paman!"

"Iya, Paman. Terima kasih,” jawab Bayu.

Sebelum pamannya memutus panggilan, Bayu berkata, "Maafkan Bayu, Paman Wahyu."

Pamannya terdiam seakan menunggu kelanjutan ucapan Bayu.

"Maafkan kalau selama ini aku membuat malu Paman. Aku berjanji mulai saat ini hal itu tidak akan terjadi lagi." Bayu melanjutkan, suaranya bergetar menahan tangis.

Di seberang telepon, Wahyu mendengar suara Bayu yang sedikit berbeda. Ada nada penyesalan dan kesungguhan di sana.

"Itu bagus," ucap Wahyu singkat. "Semoga kamu benar-benar menepati janjimu, bukan hanya sekedar janji seperti janji pemilu.”

"InsyaaAllah, Paman. Bayu benar-benar akan berubah. Bayu tak akan membuat Ayah dan Paman malu lagi.”

"Ya sudah, istirahat sana," ucap Wahyu yang kemudian menutup telepon setelah mengucapkan salam.

Setelah panggilan berakhir, Bayu memeluk erat ponselnya. Ia merasa sedikit lega karena pamannya tidak terlalu marah padanya. Ia juga merasa termotivasi untuk berubah menjadi lebih baik.

"Aku harus membuktikan kepada Ayah dan Paman bahwa aku bisa menjadi anak yang baik," tekatnya pada dirinya sendiri.

Setelah panggilan dengan pamannya tertutup, Bayu membaca beberapa pesan dari Riana yang intinya menanyakan keadaan dan keberadaannya, lalu melakukan panggilan balik. Ia merasa untuk saat ini hanya Riana satu-satunya teman yang bisa ia mintai tolong. Ia tak ingin menghubungi teman satu geng-nya yang selama ini menjadi teman berhura-hura, yang ternyata hanya menjebaknya dalam pergaulan yang salah.

"Lo0 dari mana aja sih, Bay?" tanya Riana begitu panggilan terhubung.

"Assalamualaikum, Ri," Bayu mengucapkan salam sebelum menjawab pertanyaan Riana.

Terdengar suara gadis itu menghela napas sebelum pun menjawabnya, "Wa'alaikumsalam. Gue dari kemarin nyariin lo ke rumah, tau nggak? Tapi rumah lo kunci. Lo ke mana aja sih?" tanya Riana dengan nada khawatir.

"Aku baru saja pulang dari Puskesmas, Ri," jawab Bayu lirih.

"Puskesmas? Pinggang Lo masih sakit?" tanya Riana dengan nada terkejut.

Bayu menghela napas panjang. "Iya, Ri. Makanya aku ke Puskesmas."

Setelah sedikit berbincang dan Bayu menceritakan sedikit kondisinya secara singkat, Bayu meminta Riana untuk datang ke rumahnya. "Ri, bisa nggak lo datang ke rumah gue sekarang? Ada yang pingin gue mau minta tolong sama Lo," pinta Bayu dengan nada memohon.

Riana terdiam sejenak. "Oke, Bay. Gue ke rumah lo sekarang. Tunggu ya," jawab Riana akhirnya.

"Makasih banget, Ri," ucap Bayu dengan nada lega.

"Iya, sama-sama. Udah ya, gue siap-siap dulu," kata Riana sebelum menutup telepon.

Bayu menutup ponselnya seraya menghela napas lega. Ada setitik harapan untuk bisa segera bertemu ayahnya.

1
Nar Sih
sdh terbukti salah kok ngk mau ngaku ,dan pasti nya hukuman berat menanti mu pk hasan 🤣
Hasanah Purwokerto
Wis tuek kok yo neko" to pak...
Selamat bermalam di hotel prodeo pak Hadan...👊👊👊👊👊👊
Hasanah Purwokerto
Awal penderitaanmu dimulai pak Hasan..
Hasanah Purwokerto
Rio CS pasti kalang kabut nih..
Mo kabur...????? oooo..tidak bisa.....
kalian sdh dibawah pengawasan....🤭🤭🤭🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
gak usah ngaku Hasan. biarkan polisi bekerja, setelah itu kamu akan membusuk di penjara. apalagi kamu tak mau bekerja sama dengan polisi
ora
Masih aja ngelak🙄😒
Dew666
🥰🥰🥰🥰
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hasan sepertinya bandar narkoba ya?
Nar Sih
asyikkk ...ahirnya pk hasan di tanggkap juga ,syukurin biar tau rasa🤣🤣
Dewi kunti
sejak awal mereka sudah......ad yg kurang gak sich kata2nya
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: aduh, opo kui meng 🏃🏃🏃
total 1 replies
ora
Pak,, pak,, udah tua banyak tingkah sih. Siap-siap aja mengahabiskan banyak waktu mu di balik jeruji besi ....
Patrick Khan
nah lo ketangkep kan 😅😅
partini
hemmm tua bangka ga tau diri
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
kenapa gak bayu pradana sih? kan biar mirip gitu sm yg onoh
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: ya gak tahu klo namanya bayu itu🤣
total 4 replies
Cindy
lanjut kak
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apa yang akan terjadi pada doni & Rio?
ora
Kuapoook nggak kalian😒😒
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: harusnya sih kapok
total 1 replies
Dewi kunti
dua kaaaakk ap menang dia🙈
Fatkhur Kevin
tangkap rio dan p hasan
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!