King Mafia And Queen Mafia

Rombongan tuan Keynand sampai di sebuah hotel yang akan mereka tempati menginap malam ini. Mereka perlu makan siang dan beristirahat sebentar.

Setelah itu, mereka akan melanjutkan pencarian dengan mendatangi sebuah rumah yang digadang-gadang tempat putrinya disekap.

Tak lupa tuan Keynand mengabari orang di rumah bahwa sanya rombongannya sudah tiba di negara xxx.

"Daddy, orang suruhan kita sedang mengawasi rumah itu dari jarak jauh. Belum ada tanda-tanda para penghuni rumah itu keluar untuk beraktivitas." ucap Victor memberitahu ayahnya.

"Bagus, itu tandanya mereka tidak berencana untuk mengasingkan Violet dari kediamannya. Terus update perkembangan dari sana, tapi selalu ingatkan orang suruhan kita untuk selalu waspada, jangan sampai mereka tertangkap." timpal tuan Keynand kepada putranya.

"Baik Daddy." ucap Victor dengan anggukan kepala. Kemudian pamit keluar dari kamar ayahnya. Pasalnya ia harus menghubungi orang suruhannya.

Sementara itu, di dalam kamar yang ditempati oleh Evan. Terlihat pria itu sedang sibuk dengan ponselnya. Karena baru saja sekretarisnya menghubunginya perihal perusahaannya sedang dilanda masalah.

"Kenapa waktunya bertepatan seperti ini. Lagian kenapa Dani terlambat menghubungi ku, akkkkhh...sungguh bodoh sekertaris ku itu. Sekarang aku menjadi pusing dengan masalah ini." ucapnya kesal lalu melempar ponselnya ke atas ranjang.

Disaat genting begini, ia kembali mendapatkan masalah di perusahaannya. Mendadak data-data penting perusahaannya bocor, seolah diretas oleh orang yang memiliki dendam terhadap perusahaannya.

"Sebaiknya aku selesaikan dulu masalah pribadiku. Setelah itu, barulah aku menyelesaikan masalah perusahaan. Semoga Dani dan Simon bergerak cepat menyelesaikan masalah perusahaan." ucap Evan sambil menghembuskan nafas dengan kasar.

Kemudian ia melangkah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ia berencana mendatangi rumah itu secara diam-diam untuk menyelamatkan Violet.

*

*

*

Kediaman Nyonya Laurent...

Dari pagi hingga menjelang malam Nyonya Laurent terus mengurung diri di dalam kamar. Hanya pelayan yang membawa makan siang untuknya ke kamar.

Ia menjadi seperti itu karena begitu kecewa kepada putranya yang menikah secara diam-diam dengan putri dari Keynand dan Viona. Begitu banyak wanita di dunia ini, kenapa mesti putri mereka yang harus dinikahi oleh putranya.

Namun di lain sisi, Oma Meggy begitu mengkhawatirkan kondisi putrinya. Wanita tua itu tidak tahu harus melakukan apa dan menjadi serba salah untuk mengambil tindakan.

Ia sangat menyayangi cucunya dan tidak mempermasalahkan keputusan cucunya yang menikah dengan wanita lain, bukan wanita pilihannya dari keluarga terpandang di negaranya.

"Tuhan, tolong lindungi keluarga kami. Jauhkan segala badai yang menerpa keluarga kami." ucapnya dengan raut wajah sendu sambil menatap pintu kamar putrinya.

"Aku harus membuat mereka berbaikan." ucap Oma Meggy. Kemudian melangkah menuju kamar putrinya.

Tok

Tok

Tok

"Laurent, buka pintunya nak, mommy mau bicara denganmu." ucap Oma Meggy dengan suara parau sembari mengetuk pintu kamar putrinya.

Nyonya Laurent yang sedang berdiam diri di dalam kamar sontak terkejut mendengar suara ibunya dari luar kamarnya. Ia langsung bergerak membuka pintu kamarnya.

Ceklek

"Mommy"

Nyonya Laurent terkejut melihat ibunya berdiri di depan pintu kamarnya.

Oma Meggy lantas masuk ke dalam kamar lalu memilih duduk di sofa sembari menghela nafas panjang.

"Ada apa mommy?" tanya Nyonya Laurent lalu ikut duduk di samping ibunya.

"Jangan membenci putramu. Restui lah pernikahan putramu dengan wanita pilihannya. Karena bagaimanapun semuanya sudah terjadi, mereka sudah menikah dan kau tidak boleh merusak kebahagiaan mereka dengan sikapmu yang seperti ini" ucap Oma Meggy dengan tatapan sendu.

"Tapi mommy, Ares sungguh keterlaluan dan bisa-bisanya dia membuat malu keluarga kita. Terus bagaimana dengan Kayla beserta keluarganya, mereka pasti sangat kecewa dan menganggap kita sebagai keluarga pembohong." timpal Nyonya Laurent menjelaskan kepada ibunya. Ia menjadi cemas memikirkan keluarga Kayla.

"Laurent, biarkan putramu bahagia. Kita bisa meminta maaf kepada Kayla dan keluarganya." bujuk Oma Meggy dengan mata berkaca-kaca.

"Mommy, ak-aku...." Nyonya Laurent tak kuasa melanjutkan ucapannya, air matanya berhasil lolos membasahi pipinya hingga ia pun langsung menutup mulutnya.

"Turunkan egomu nak. Kadangkala kita sebagai seorang ibu ingin melakukan hal yang terbaik untuk anak-anak kita. Namun, terkadang keputusan kita bertolak belakang dengan keputusan anak-anak ketika mereka sudah dewasa." ucap Oma Meggy lalu menarik putrinya masuk ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku mommy, aku terlalu egois menjadi ibu Ares...hiks... hiks..." ucapnya terisak.

Oma Meggy perlahan melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah putrinya.

"Tidak sayang, kau ibu terbaik bagi Ares dan jangan pernah katakan itu lagi. Dan..Mommy akan selalu memaafkan mu sayang, karena mommy sangat menyayangimu, menyayangi Ares dan selamanya kalian berdua adalah kebahagiaan mommy." ucap Oma Meggy tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

Kemudian mereka kembali berpelukan diiringi isak tangis. Mendadak suasana kamar itu menjadi melow.

Sementara di kamar Ares sendiri, tampak pasangan pengantin baru itu terlihat uring-uringan berada di ruangan yang sama.

Violet merasa jenuh dan bosan terus berada di dalam kamar bersama Ares, pria yang super menyebalkan menurutnya. Pasalnya Ares sengaja mengurungnya di dalam kamar berduaan begini.

Aku yakin dia sengaja tidak ke kantor hanya untuk mengawasi ku di dalam kamarnya, bahkan dia tidak melakukan aktivitas lain selain terus berada di kamar ini. Batin Violet sebal lalu meneguk segelas susu yang baru saja dibawa oleh pelayan hanya dua kali tegukan hingga tandas.

"Violet" panggil Ares yang baru saja keluar dari ruang ganti.

Violet tak menggubris panggilan Ares. Ia berpura-pura sibuk dengan majalah di tangannya.

"Violet!" ulang Ares memanggil namanya sembari mendekatinya. Sontak Violet langsung mengangkat wajahnya hingga pandangan mereka bertemu.

"Ada apa!" ketus Violet lalu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Tidak apa-apa, aku hanya iseng memanggil namamu tanpa embel-embel nona." ucap Ares terkekeh.

Violet memutar bola matanya jengah mendengar ucapan pria itu.

"Ayo, kita temui mama ku. Aku tidak ingin mama terus bersedih karena ulahku yang sudah mengecewakannya." ucap Ares sambil menarik tangan Violet, refleks Violet langsung bangkit dari duduknya.

"Lepaskan, kau tak perlu menarik tanganku!" kesal Violet dan dengan kasar menghempaskan tangan Ares.

"Semua orang tua akan marah jika memiliki putra yang kelakuannya sangat menjijikkan!" ucap Violet dengan tatapan sinisnya.

"Cukup Violet! aku tidak ingin berdebat denganmu. Dan terserah kau menganggap ku seperti apa, yang jelas kita sudah menikah dan kau adalah istriku." tegas Ares dan kembali menarik tangan Violet untuk membawanya menemui ibunya. Mau tak mau Violet mengikuti langkah kaki Ares.

Saat mereka sampai di depan pintu kamar yang diyakini kamar itu adalah kamar Nyonya Laurent. Mendadak Violet menjadi ragu masuk ke dalam kamar tersebut.

"Ayo, kita harus menemui mama." ajak Ares dengan tatapan hangat menatap wajah cantik Violet.

"Aku tidak...."

"Tuan Ares, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda." ucap salah satu pelayan dengan pandangan tertunduk.

"Siapa?" tanya Ares dengan kening berkerut. Siapa kira-kira yang ingin bertemu dengannya malam-malam begini, pikirnya.

"Saya kurang tau tuan. Tapi orang itu sedang ditahan oleh penjaga." jawab pelayan itu lalu pamit undur diri untuk melanjutkan pekerjaannya di belakang.

"Tunggu disini, aku akan menemui orang itu." ucap Ares mengingatkan kepada Violet, kemudian melangkah ke teras rumah.

Namun, bukan Violet namanya jika harus mengikuti ucapan Ares. Wanita itu bergegas menyusul Ares untuk memastikan siapa yang datang.

"Lepaskan dia!" teriak Ares ketika melihat sosok pria sedang di tahan oleh penjaga.

"Baik tuan." ucap salah satu penjaga bertubuh kekar, lalu melepaskan orang itu.

Ares langsung membulatkan kedua matanya saat melihat pria itu melangkah menghampirinya. Tunggu, bukankah pria itu sangat mirip dengan wajahnya, pikirnya.

Diluar dugaan satu unit mobil baru saja sampai di depan gerbang rumahnya. Dan mereka adalah rombongan tuan Keynand.

"Evan!" panggil Violet, membuat kedua pria itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Violet.

Gadis berandal.

"Violet" ucap pria itu sambil mengangkat sebelah tangannya dan tak lain adalah Evan.

Mendadak raut wajah Ares berubah masam dengan kedua tangan dikepal kuat.

"Pergi dari kediamanku!" ucap Ares dengan tatapan sulit diartikan.

"Aku datang untuk menjemput tunanganku!" ucap Evan dengan nada tegas.

"Kau bukan lagi tunangannya, perlu kau ingat.. Aku adalah suaminya." ucap Ares dengan nada penekanan di akhir kalimat.

Bersambung...