Mendapatkan batu roh ungu dan bertemu dengan seorang Dewi. Wan Tian yang tidak memiliki akar spiritual pun menjalani pelatihan keras dari Yang Yue, Dewi Alkemis dari batu roh ungu.
Menjadi kuat bukanlah masalah, ketika menghadapi kejamnya dunia. Bukankah ada guru seorang Dewi membantunya? Ketika mendapatkan kekuatan dan mengalahkan musuh kuat, para wanita cantik di dunia juga datang sendiri memperebutkannya.
Menjadi kultivator maupun alkemis hebat, semua dilaluinya dengan kerja keras. Jalan menuju abadi dan menjadi dewa, menginjak orang jahat, melindungi jalan kebenaran.
Tingkatan Ranah Kultivasi Manusia : Manusia Pejuang, Manusia Sakti, Manusia Luar Biasa, Tubuh Emas, Tubuh Berlian, Manusia Suci dan Manusia Tertinggi.
Tingkatan Ranah Kultivasi Abadi/Immortal : Darah Abadi, Janin Abadi, Tulang Abadi, Tubuh Abadi, Jiwa Abadi dan Setengah Dewa.
Tingkatan Ranah Kultivasi Dewa : Kelahiran Dewa, Dewa Abadi, Dewa Suci, Dewa Agung dan Dewa Tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanto Trisno 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pedang Sengat Hitam
Sebuah benda berkecepatan tinggi meluncur menusuk telapak tangan pria yang menyentuh Su Menglan. Sebuah pedang berbentuk sangat ramping. Sama seperti sebuah jarum yang berukuran kecil.
Pedang selebar kelingking orang dewasa dan setipis kuku adalah senjata yang telah menembus jemari para perampok suruhan Chu Yao. Setelah itu, pedang itu kembali ke sarung pedang yang berukuran telunjuk orang dewasa. Sarung pedang terbuat dari bambu hitam utuh. Itu bisa menekan energi pedang agar dapat digunakan dengan mudah.
"Ahh! Siapa? Seorang gadis lagi? Kenapa masih ada satu lagi? Beraninya kau menusuk tanganku." Setelah telapak tangannya tembus, pria itu sangat kesakitan dan merasa kesal. Ia juga tidak bisa mengendalikan pendarahan.
"Kau tidak pantas tahu siapa diriku. Pria tak tahu malu seperti kalian ini, hanya merusak pemandangan saja," ucap gadis berusia dua puluh tahun itu dengan nada mengejek.
"Kurang ajar! Kamu berani, kami juga akan memperlakukan kamu sama seperti gadis itu. Kalian berdua hanya bisa melayani kami, hahaha!"
"Benar sekali! Kau gadis cantik tapi sangat angkuh dan sombong. Biar ku sumpal kesombonganmu dengan barang milikku!" Tak terima dipermainkan oleh seorang gadis, pria besar itu pun maju menyerang.
"Hemm, kalau begitu, buktikan jika kalian bisa lolos dari pedang kecilku ini." Gadis itu memegang gagang pedang dengan kedua jarinya yang mengapit. Lalu ia hunuskan pedang itu dengan kecepatan tinggi.
Kecepatan tinggi bagaikan sengatan lebah yang datang dari segala arah. Serangan yang begitu mematikan membuat leher lawan berlubang dan mengeluarkan banyak darah. Seketika enam pria itu meregang nyawa di tangan seorang gadis yang hanya berusaha dua puluh tahun.
Su Menglan merasa syok saat melihat darah mereka keluar dengan derasnya dari leher. Seperti air mancur namun berwana merah pekat. Membanjiri tanah dengan darah manusia tanpa rasa berdosa. Gadis dua puluhan tahun itu mengibaskan pedangnya untuk menghilangkan sisa darah di pedang runcing tersebut. Lalu menyarungkan pedangnya kembali.
"Seorang gadis dengan nyali lemah, berkeliaran sendiri di dunia yang kejam ini. Apa kamu akan trauma hanya dengan melihat darah? Ketahuilah di masa depan, hanya yang terkuat yang mampu bertahan. Membunuh adalah hal yang biasa di dunia kultivasi ini."
"Ti-tidak. Aku ... aku akan jadi kuat. Te-te-ri-ma ka-sih," ucap Su Menglan terbata. Sebelumnya ia sudah lupa dengan pembunuhan di depan matanya. Sekarang kembali melihat pembunuhan yang lebih kejam.
"Terima kasih? Cih! Dengan menyebut itu, kamu selamanya tak akan menjadi lebih kuat. Kalau hanya begini saja, mungkin kamu akan mati lain kali."
Su Menglan tidak menduga akan bertemu dengan seorang wanita yang begitu kuat. Bahkan bisa membunuh musuh hanya dengan sekali serang. Namun jika kekuatan Su Menglan diaktifkan kembali, ia tidak tahu siapa diantara mereka yang akan menang. Seharusnya mereka bisa bertarung dan bertukar beberapa jurus.
"Hey, siapa namamu? Namaku Su Menglan. Suatu hari nanti aku akan mengalahkanmu. Jika kekuatanku kembali, mungkin kita akan bertemu lagi." Kini Su Menglan memberanikan diri. Ia tidak akan takut lagi meski tubuhnya masih bergetar.
Su Menglan merangkak dan memeriksa luka Wan Tian. Ia mengangkat kepala Wan Tian dan diletakan di pangkuannya. Sementara gadis penolong itu hanya menggeleng kepala. Ia tidak tahu mengapa gadis itu peduli dengan orang yang tidak berguna itu.
"Namaku? Baiklah! Namaku adalah Luo Qiaolin! Senjataku ini bernama Pedang Sengat Hitam. Kau ingat itu, jika segel di tubuhmu sudah dilepas, kamu bisa berkelana untuk mencariku."
"Huh, baiklah. Kalau begitu, sampai jumpa lagi. Kita akan membuktikan siapa di antara kita yang terkuat." Su Menglan tersenyum lebar. Mendapatkan pencerahan seperti itu, harus ia manfaatkan dengan baik.
"Hemm, baiklah. Aku tunggu kedatangan kalian berdua. Tampaknya bocah itu penting untukmu? Sayangnya dia hanya orang yang cacat dan bodoh saja. Kelak, kau akan kesulitan jika dia tidak bisa berkembang."
Luo Qiaolin melompati udara dengan wajah datarnya. Dalam hidup, ia hanya akan menjadi lebih kuat dan menjadi ahli pedang yang terkenal dan ditakuti. Pedang yang sangat unik di tangannya tak semua orang dapat menggunakannya.
Orang tidak akan pernah menyangka, senjata yang dibawanya adalah sebuah pedang yang sangat langka. Dengan bentuk yang paling aneh dan tiada duanya. Memiliki tampilan ramping dan ujung sangat tajam dan setiap sisi pedang akan memotong apapun yang ada di depan mata.
Jarang pedang itu digunakan karena sangat berbahaya. Ketajaman pedang itu jika dibawa oleh orang yang tepat, dapat memotong gunung dalam satu tebasan. Ia seperti sebuah sengatan jika digunakan untuk menusuk. Awalnya mereka yang terkena pedang itu, tidak merasakan apapun. Namun seiring berjalannya waktu, rasa sakit akan semakin besar. Membuat siapapun akan mati karena seperti mengandung racun yang terasa sangat panas.
"Huh, hari ini aku harus lebih cepat. Kalau tidak, semua orang akan meremehkanku." Luo Qiaolin bergerak dengan cepat. Membunuh orang-orang yang bersebrangan dengan dirinya.
Ada seratus orang yang sudah siap menyerang. Namun Luo Qiaolin menghadang dengan kekuatan penuh. Ia sudah berurusan dengan para pemburu yang menginginkan nyawanya.
"Hehehe! Itu adalah Luo Qiaolin! Kesempatan bagi kita untuk memburunya! Ayo kita buru gadis cantik itu! Setelah mempermainkan dia, baru ambil kepalanya!"
"Siapa suruh dia menyinggung pemimpin kita? Ah, gadis itu sangat cantik. Tapi juga sangat arogan. Serang!"
Luo Qiaolin memegang gagang pedang dengan dua jarinya. Lalu melepaskan aura kematian yang sangat pekat. Ia melemparkan gagang pedang itu ke depan dan bergerak dengan sendirinya.
Gagang pedang terbuat dari bambu hitam itu meluncur dengan kecepatan tinggi. Menembus setiap tubuh lawan seperti sate. Selanjutnya, Luo Qiaolin melesat dengan cepat tanpa disadari oleh mereka. Tiba-tiba mayat-mayat dengan darah mengalir deras berjatuhan di tanah.
Dalam waktu sekejap, sebagian orang telah tewas. Itu karena kultivasi mereka yang begitu lemah. Sehingga tak bisa dipungkiri, membuat mereka tidak bisa berdiri dengan tegak. Namun ada satu orang yang berdiri dengan stabil. Meskipun kekuatannya di bawah gadis itu, ia masih saja percaya diri.
"Huh, kau Luo Qiaolin, bukan? Huh, rasanya sangat menyenangkan membunuh semua saudaraku, bukan? Bagaimana jika kamu menyerahkan dirimu untuk aku bunuh? Itu bisa membuatmu mati tanpa dosa!"
"Tak tahu diri. Jelas-jelas kemampuanmu sangat lemah. Baiklah, aku akan mengabulkan permintaan. Tapi itu permintaan dariku. Matilah!" Luo Qiaolin menebas pria itu dengan satu gerakan.
Selanjutnya, sarung pedangnya terbang kembali padanya. Pedang kembali ke sarungnya tapi pertarungan itu masih berlanjut. Pertarungan itu sama seperti sedang membunuh semut. Tak ada perlawanan yang berarti bagi Luo Qiaolin.
Dalam sekejap, semuanya mati dengan menjadi lautan darah. Luo Qiaolin meninggalkan tempat itu dengan melayang di udara. Setelah membunuh tanpa berkedip, ia masih belum puas karena belum menemukan lawan yang imbang dengannya.
***