Dalam novel Yuna sering membaca tentang perjodohan, dari benci hingga akhirnya saling mencintai.
Namun ia tidak pernah menyaka bahwa kisah tentang perjodohan terjadi kepadanya. Ternyata rasanya campur aduk, cemas dan kebingungan karena belum pernah mengenal satu sama lain. Terlebih lagi Yuna memiliki pujaan hati yang bernama Sunoo, cinta pertamanya.
Pertemuan pertama Yuna dan laki-laki yang di jodohkan olehnya terbilang tidak baik, ada kesalahan disana.
Bagaimana pun Yuna harus menerima perjodohan tersebut, terlebih lagi mereka sudah di jodohkan sejak balita. Meski begitu ia menyadari bahwa tersimpan rahasia terdahulu antara mereka yang tidak Yuna ketahui, selain Jungkook.
Entah rahasia apa yang di sembunyikan Jungkook?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apriliyakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Masih marah?" tanya Jungkook kepada Yuna yang kini sudah berada di sampingnya.
Yuna menggeleng lesu, bahkan siapa pun yang melihatnya akan tahu bahwa dia masih marah.
"Maaf ya, sudah membuatmu salah paham. Serta cemburu."
Yuna menongak,"Siapa yang cemburu?!"
Jungkook terkikik, lucu melihat wajah Yuna yang ambigu."Iya, aku percaya."
Tidak percaya Jungkook mampu melihat Yuna cemburu kepadanya. Rasanya seakan ia mendapatkan bintang jatuh. Permohonannya selama ini sudah terkabul.
"Yuna, bagaimana kalau kita segera menikah?" tanya Jungkook serentak ketika Yuna tengah mengupas buah untuknya.
Dahi Yuna mengerut,"Menikah? Aku masih kecil."
Jungkook meraih kedua tangan Yuna, menyuruhnya untuk menatap kedua manik mata dengan dalam."Aku tidak ingin hubungan kita hanya sebatas ini, aku ingin lebih." ujar Jungkook.
Yuna bingung, di satu sisi ia tahu bahwa pada akhirnya Jungkooklah yang akan menjadi suaminya. Namun di sisi lain Yuna merasa hal ini terlalu cepat terlebih lagi ia yang masih sekolah. Bagaimana kalau seisi sekolah tahu?
"Sepertinya ini terlalu cepat Jungkook." ujar Yuna menggeleng pelan.
Jungkook terheran,"Apa ini karena kamu takut ketahuan oleh orang lain? Atau karena kamu masih sekolah?"
Yuna mengangguk.
Dengan berat hati Jungkook harus mengerti, ia juga harus mengerti perasaan Yuna sekarang. Menikah bukanlah hal yang mudah, apalagi Yuna yang masih menyesuaikan.
Senang tapi juga khwatir, itu yang di rasakan Yuna saat ini.
Apakah sebaiknya Yuna tidak terlalu dekat dengan Jungkook?
Sepertinya hati Yuna goyah, ia akan menjaga jarak mulai sekarang. Tidak memperlihatkan hal apa-apa, mungkin jika memang jodoh maka terjadilah.
"Aku harus pulang, boleh aku minta kunci rumahku?" tanya Yuna kepada Jungkook.
"Untuk apa?"
"Itu rumahku Jungkook, aku harus mengambil sesuatu."
"Apa?"
Yuna memutar kedua bola matanya, sebal dengan Jungkook yang terus saja bertanya.
"Apa?" tanya Jungkook berulang kali.
"Bukan apa-apa."
"Katakan Yuna, apa yang kamu sembunyikan!"
Yuna muak di atur begitu saja seakan ia tidak mempunyai privasi.
"Jujur saja aku muak dengan tingkahmu ini, kamu memang baik Jungkook. Tapi kamu selalu saja mengekang, meminta menikah secara tiba-tiba seakan menganggap aku ini apa? Kita baru memulai semua ini, aku juga belum melupakan orang yang pernah aku cintai. Aku hanya akan belajar mencintaimu, tapi kamu seakan meminta hati ketika aku memberikan jantung." ujar Yuna dengan tegas.
Jungkook tersentak, mungkin selama ini ia sudah salah memperlakukan Yuna. Ia seharusnya lebih mengerti apa yang di butuhkan oleh Yuna saat ini, pantas saja Yuna sulit untuk mencintainya.
"Baik, kamu bisa mengambil kuncinya di dalam nakas di dekat kasur."
Setelah ucapan Jungkook itu, Yuna pergi tanpa pamit. Mungkin saat sakit Jungkook kekanak-kanakan.
Sesampainya Yuna di apartemen, ia segera masuk ke kamar Jungkook untuk mengambil kunci rumahnya. Salah orang- tuanya yang sudah memberikan tanggung jawab kepada Jungkook yang menyebabkan ia tidak dapat seperti dulu, bebas.
"Akhirnya ketemu!" pekik Yuna ketika ia berhasil menemukan kunci rumahnya.
Bergegas Yuna segera pergi ke rumahnya, ia merindukan tempat penuh kenangan itu.
Yuna terkejut ketika ia baru saja tiba disana, ia melihat rumahnya kini terasa indah. Terawat, seakan ada orang yang tinggal di sana. Padahal sudah lama Yuna meninggalkannya.
"Nona Yuna bukan?" tanya seorang wanita paruh baya yang menghampirinya.
"Maaf, siapa ya?" heran Yuna.
"Tuan Jungkook yang mempekerjakan saya, dia bilang Nona akan kemari. Jadi saya menyambut Nona, silahkan."
Yuna mengangguk, ia mengerti siapa yang merawat rumahnya beberapa minggu ini.
"Apa bibi yang menanam bunga di taman?" tanya Yuna, seakan rumahnya bertambah hidup.
"Bukan Non, Tuan Jungkook yang menyuruh saya untuk menanamnya katanya Nona sangat suka bunga itu."
Yuna terheran, sejak kapan Jungkook mengetahui apa yang di sukai oleh Yuna. Jujur Yuna tidak mengatakan apa pun kepada Jungkook soal apa yang ia sukai, apa jangan-jangan Ibunya yang memberitahu.
"Bunga mawar putih?"
"Iya, bahkan Tuan sendiri yang menanamnya setiap punya waktu luang. Di rumah Tuan juga memiliki taman berisikan mawar putih, apa Nona sudah kesana?"
Yuna menggeleng, sepertinya belum pernah.
"Tuan sangat mencintai Nona begitu dalam, padahal itu sudah sangat lama sekali."
Lama kelamaan Yuna jadi orang linglung karena tidak mengerti apa yang di katakan oleh beberapa orang seakan Yuna dan Jungkook memiliki ikatan yang kuat.
Di dalam rumah Yuna segera menaiki anak tangga untuk ke kamarnya, ia sangat merindukan kasur itu.
"Ahhhh.... Akhirnya!!" ujar Yuna meregangkan tubuhnya di atas kasur empuk dan lebar.
Apa Yuna salah menilai Jungkook? Tapi Yuna sangat muak dengan perlakuannya. Memang menjaga tapi ini semua berlebihan, apalagi kejadian waktu itu. Yuna tidak ingin sampai seseorang kehilangan nyawa karena dia.
Dua jam lamanya Yuna berada di rumah, namun puluhan pesan berhasil menembus handphone- nya. Tentu itu dari Jungkook, siapa lagi memangnya?
Isi pesan dari Jungkook tidak lain menanyakan kapan Yuna segera ke rumah sakit.
Yuna menghela napas seakan ia tidak bisa jauh dari pria itu, dasar bayi besar!
...****************...
Mata Jungkook tertutup rapat, namun telinganya masih bisa mendengar dengan jelas. Ia kini sedang menguping pembicaraan Jimin kepada Tuan besar, yang tidak lain Ayahnya Jungkook.
"Kenapa? Apa dia khwatir aku akan mati?" tanya Jungkook saat Jimin mematikan handphonenya.
Jimin terkejut,"Tuan mendengarnya?"
"Memangnya aku tuli?"
"Tuan besar hanya khwatir, dan dia mengatakan bahwa ada masalah di perusahaan cabang di Amerika Serikat."
"Lalu? Apakah dia tega membiarkanku pergi dengan keadaan seperti ini?"
"Bukan begitu Tuan, ini masalah besar. Jika tidak di atasi maka seluruh perusahaan dalam bahaya."
"Atur jadwal penerbangan kesana, hari ini kita harus pergi."
"Tapi Tuan.."
"Kamu tahu kan ambisiku bagaimana? Aku tidak akan membiarkan kotoran kecil menghancurkan perusahaan." ujar Jungkook.
Jungkook segera bangkit dari tidurnya, ia akan meminta Jimin untuk mengurus semuanya agar Jungkook bisa segera keluar meskipun paksa. Tapi Jungkook baik-baik saja, hanya tangannya saja.
"Tapi Tuan, apa Nona Yuna sudah di beritahu?"
"Jangan beritahu dulu, tapi lebih baik kita berangkat ke Amerika sekarang."
"Itu akan membuat Nona khwatir, terlalu mendadak Tuan."
"Sebetulnya siapa Tuanmu?"
Jimin segera pergi untuk mengurus segalanya, sampai tidak selang lima belas menit Jessi menghampiri Yuna.
"Ada apa? Kenapa kamu pergi?" tanya Jessi dengan penuh khawatir.
"Ada urusan mendadak, aku harus segera pergi ke Amerika. Jika nanti Yuna kemari tolong bilang bahwa aku ada urusan dan segera kembali. Mengerti Jessi? Jangan bilang aku pergi ke Amerika."
Jessi mengangguk,"Baik aku mengerti."
"Sudah siap, Tuan." ujar Jimin dari balik pintu.
Jungkook yang sudah siap segera pergi di bantu oleh Jimin. Ternyata tidak lama dari kepergian mereka Yuna baru saja sampai, sangat di sayangkan bahwa Jungkook sudah pergi.
Dengan bingkisan di tangannya, bahkan lengkung di wajah indah itu Yuna segera masuk ke ruangan. Sangat terkejut ia melihat kasur di depannya sudah rapi, tidak ada Jungkook yang terbaring di sana. Tidak lama Jessi datang, ia mengatakan bahwa Jungkook sudah pergi.
"Jungkook sudah pergi, ia bosan denganmu. Kamu terlalu kekanak-kanakan untuk dia. Dia juga mengatakan bahwa hubungan kalian berakhir sampai di sini, selamat kamu sudah di buang oleh Jungkook. Mengertikan kalau dia tidak mencintaimu?" ujar Jessi dengan senyum smirk, puas sekali melihat Yuna terdiam dengan rasa sedih.
Apa benar dia mengatakan itu semua?
Dan makanan yang Yuna bawa terjatuh begitu saja, tertumpah ruah di atas lantai dengan tatapan kosong.
"Sudah lupakan saja, Jungkook memang tidak pernah serius kepada wanita selain aku. Selamat menikmati rasa sakit di tinggalkan, daaah!!"
Tidak Jungkook tidak akan mungkin meninggalkannya, jelas dia mengirimi Yuna pesan agar kembali. Tapi kenapa kini ia meninggalkan Yuna.
PEMBOHONG!!