NovelToon NovelToon
Sulastri, Aku Bukan Gundik

Sulastri, Aku Bukan Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Era Kolonial / Balas Dendam / Nyai
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

“Sekarang, angkat kakimu dari rumah ini! Bawa juga bayi perempuanmu yang tidak berguna itu!”

Diusir dari rumah suaminya, terlunta-lunta di tengah malam yang dingin, membuat Sulastri berakhir di rumah Petter Van Beek, Tuan Londo yang terkenal kejam.

Namun, keberadaanya di rumah Petter menimbulkan fitnah di kalangan penduduk desa. Ia di cap sebagai gundik.

Mampukah Sulastri menepis segala tuduhan penduduk desa, dan mengungkap siapa gundik sebenarnya? Berhasilkah dia menjadi tengkulak dan membalas dendam pada mantan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sulastri 5

Suara gemericik minyak panas di warung nasi pecel menyela di antara riuhnya pasar. Kasman—kusir yang biasa mengawal Kartijo, duduk di kedai nasi pecel sambil mengangkat sebelah kakinya. Tangannya menyomot gorengan tahu isi yang masih mengepulkan asap, dengan suara berat laki-laki itu kemudian memesan segelas kopi.

“Kopi ireng siji.”

Penjual nasi pecel yang sedang mengaduk sambel tersentak kecil. 

“Tumben, pagi-pagi kamu sudah ada di pasar, Man?” sambutnya pada pelanggan pertama pagi itu. 

Kasman mengambil satu batang rokok kretek di sakunya. “Ngawal Juragan putri,” sahutnya, kemudian menyulut rokok yang terselip di jarinya. 

“Biasanya si Dasim yang mengantar,” ujar Ngatemi sembari mengulurkan satu gelas kopi hitam pesanan Kasman.

Kasman menghisap rokoknya dalam, asap tipis mengepul dari bibir hitamnya. “Sudah di pecat,” sahutnya singkat.

Ngatemi—penjual nasi pecel, mengernyitkan alisnya. “Lho, kenapa? Bocah itu rajin padahal, tiap ngawal Juragan putri selalu mengikuti di belakangnya.” 

Kasman menyesap kopinya, kemudian menyomot satu gorengan pisang. “Tidak tau.”

Ngatemi menghela napas kasar, “Den ayu kok ndak pernah kelihatan, apa sudah melahirkan?” tanyanya kemudian. 

Kasman melihat sekeliling sekilas, matanya menyapu pasar yang mulai ramai dengan pedagang yang mengamparkan dagangannya. Wajahnya menyeringai samar. “Den ayu minggat. Dibawa kabur perjaka lain,” jawabnya kemudian. 

Ngatemi terbelalak seketika, tubuhnya membeku sejenak. “Kamu itu kalo ngomong jangan asal mangap, Man,” protesnya. 

Kasman menatap serius, “Lho bener iki, habis lahiran minggat. Yo, si Dasim itu yang membantu. Begitu konangan Den bagus, langsung dipecat!”

“Kamu yang bener kalau bicara, Man. Mosok bocah alus gitu main gila,” sahut Ngatemi seolah tak percaya. 

“Yo bener to, buat apa saya bohong. Ndak ada untungnya juga,” ujar Kasman.  

Ngatemi semakin mendekat, matanya bergerak cepat menelisik sekitar. “Sama orang mana, Man?” tanyanya pelan. 

“Mantan pacarnya.”

Ngatemi masih termangu mendengar kabar dari Kasman, saat pelanggan lainnya tiba, bibirnya terus saja menggumamkan ketidakpercayaan.  

“Heh, bocah ayu-ayu, kok kelakuannya bejat,” gumamnya. 

“Sopo, Mbak yu?” tanya pelanggan Ngatemi.

“Sulastri, mantune juragan Sasmitro. Katanya habis lahiran, minggat sama pacarnya,” sahut Ngatemi. 

Pelanggan itu pun turut terbelalak tak percaya. “Bocah ayu itu, yang kalo bicara alus?”  

“Iyo. Kusir dokarnya yang cerita barusan, lho … kemana orangnya, tadi duduk di sini,” Ngatemi pun berlari keluar warungnya sebentar mencari Kasman yang sudah tidak ada di tempatnya. “Man … koe belum bayar, lo?” teriaknya kemudian. 

“Bon,” sahut Kasman yang sudah berjalan menjauh. 

Ngatemi kembali melayani Surti yang menunggu dengan wajah masih tak percaya. 

“Mosok to, Mbak yu, bocah ayu itu edan sama wong lanang liyo?” tanya Surti menegaskan informasi yang didapat. 

“Iyo, katanya anaknya begitu lahir mirip pacarnya itu, dia takut Den Kartijo ngamuk, terus milih minggat,” jelasnya. “Iki berapa bungkus nasi pecelnya, Sur?” tanyanya kemudian. 

“Dua, yang satu titipannya Ijah, mintak seng pedes katanya. Tapi, Mbak yu, opo ya mungkin, Sulastri itu macam-macam, saya kok agak nggak percaya,” ujar Surti.

Ngatemi meletakkan dua bungkus nasi pecel yang di pesan Surti, kemudian memasukkannya ke dalam kresek hitam.

“Saiki apa sih, Sur, yang nggak mungkin. Bocah ayu, alus luarnya tok, dalamnya …,” sahut Ngatemi. 

Surti pun keluar dari warung Ngatemi dengan mulut yang bergumam. Pikirannya masih tidak percaya dengan informasi yang didapatnya.

“Kamu kenapa jadi kaya dukun, Sur, umik-umik(bergumam) tidak jelas,” sambut Ijah saat Surti memberikan nasi pecel titipannya. 

Surti mengangkat sebelah alisnya, tatapannya menyapu sekitar, dengan sedikit berbisik dia menceritakan apa yang baru saja dia dengar kepada Ijah. 

Ijah yang memang biang gosip, membelalak sembari meninggikan suaranya. “Hah! Den ayu Sulastri minggat sama laki-laki lain?!”

Sontak suara Ijah mengundang pedagang lain berkumpul. Tidak butuh waktu lama, gosip pun mulai menyebar di antara aroma ikan asin dan sayuran busuk. 

Sulastri yang cukup terkenal karena kecantikan dan keanggunannya menjadi topik utama. Ada yang merasa iba, adapula yang heran, bahkan tak sedikit mencibir penuh kebencian. 

“Nggak nyangka bocah secantik itu,” sesal pedagang cabai yang menjadi langganan Sulastri. 

“Lha iyo, terakhir beli jamu di sini, mintanya yang asem,” timpal pedagang jamu. 

“Heh, kurang opo hidupnya. Di rabi wong sugeh, bagus, kok masih main gila,” cibir pedagang lain. 

Gosip itu menyebar cepat, menembus gendang telinga para penghuni pasar, menerobos hamparan sayuran yang kian layu, hingga akhirnya sampai di telinga Rasmi. 

Wanita sepuh itu seketika membelalakkan mata saat pertama kali mendengar gosip yang dibawa Surti. 

“Kamu jangan asal bicara, Surti. Mantuku bukan wanita seperti itu,” ucap Rasmi. 

Surti menggaruk tengkuknya yang tak gatal, matanya menelisik sekeliling. “Saya mendengar sendiri dari kusir dokar yang mengantarnya, Juragan. Kalau tidak, mana berani saya asal bicara,” sahut Surti.

“Kalian itu terlalu mudah termakan gosip,” ujar Rasmi kemudian beranjak pergi, meninggalkan para pedagang yang masih saling menggunjing. 

Di atas dokar, Rasmi terus-terusan meremas ujung kebayanya. Matanya memerah dengan bibir yang tak henti menghela napas kasar. Kasman yang menyadari itu, melirik sembari tersenyum sinis. 

Rasmi yang menangkap basah tatapan Kasman, bertanya dengan suara dingin. “Apa kamu yang menyebarkan gosip tentang Sulastri di pasar?!”

Kasman sontak berpura-pura terkejut, matanya bergerak cepat, wajahnya sedikit menegang. “Sa-saya tidak tau apa-apa juragan, bukan saya,” sahutnya. 

“Kalau bukan kamu, lalu siapa? Kusir dokar yang ada, hanya kamu.”

Kasman menghela napas pelan. “Bisa jadi Dasim, dia kan kusir dokarnya Den ayu. Saya tadi juga lihat dia ada di pasar itu.”

Rasmi menyipitkan matanya, tatapannya menyelidik. “Kenapa kamu malah menuduh Dasim?” tanyanya. 

“Bisa jadi dia tidak terima di pecat Den bagus, lalu menyebar fitnah. Siapa yang tau?” sahut Kasman santai. 

Rasmi menyeringai tipis, tatapannya masih menyelidik. “Kamu dan juraganmu itu sama saja. Sama-sama ular,” tekan Rasmi. 

Kasman tertawa sumbang. “Kalau saya ular, lalu sampean apa, Ndoro?”

Bersambung.

1
Sayuri
g prlu d permalukan kmu dh malu2in kok
Anna: Nggak sadar diri emang.
total 1 replies
Sayuri
otak anakmu itu di urut. biar lurus
Anna: Laa emaknya aja ....🤧
total 1 replies
Sayuri
buah jatuh spohon2nya
Anna: Nahh ...🤣
total 1 replies
Sayuri
ngapa g rekrut karyawan baru sih buk
Anna: Dia juga tak tahannn 🤣
total 1 replies
Sayuri
comelnya🥰
Anna: 🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶
total 1 replies
Sayuri
peter nyebut gak lu. pelan2 woy. awas kejungkang si sul
Anna: Suka keceplosan 😭
total 1 replies
Sayuri
lihat sul. anak yg g di akuin bpknya. tp brharga di org yg tepat
Anna: Jadi anak emas🫶
total 1 replies
Sayuri
bisa aja lu no
Anna: Remaja vintage 😭
total 1 replies
Sayuri
kok sedih y 😔
Anna: makanya mereka berharap Petter nikah, ehh ... ketemu Sulastri🤭
total 1 replies
SooYuu
gundik juga kek anaknya pasti
Anna: Ituu anu .... ituu 🤧
total 1 replies
SooYuu
keturunan ternyata 😭😭
Anna: buah jatuh sepohon-pohonnya🤣
total 1 replies
SooYuu
apa maksudmu, Meneer?????
Anna: ngaku-ngaku🤧
total 1 replies
Nanda
mending simpen energi gue buat yang lebih penting ketimbang ampas ini
Anna: Wkwkwkwkkk ... bangkotan tak tau malu🤧
total 1 replies
Nanda
jangan bilang Peter itu anaknya Rasmi?? atau mantan gundiknya ayahnya Peter??
Anna: Mana yang lebih seru? 🤭
total 1 replies
CallmeArin
uluh uluhh lutunaaaa😍
Anna: 🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶🫶
total 1 replies
Sayuri
profesional bung. jgn gitu
Anna: Cari-cari kesempatan.
total 1 replies
Sayuri
gk. g ada yg di kuasai emosi d sni. ini udh berbulan2. lastri mengambil keputusan bukan krna emosi lg, tp krn kesadaran sndiri.
Anna: Yeeheeee 🫶
total 1 replies
Sayuri
ayo jgn gugup. ini kesempatan mu
Anna: Libass habis, ya
total 1 replies
Sayuri
wkwkwkwkwk mamphossssss
Sayuri
awas mulutmu di tempiling pakai buntut ikan
Anna: Ngikk-ngikk ... Kakk komenmu selalu jadi mood benget loo🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!