Seumur hidupnya Anne selalu hidup dalam tekanan, dia tumbuh menjadi gadis lemah dan penakut. Kata-kata andalannya hanya satu, "Maafkan Saya."
Anne percaya hanya kata maaf yang mampu membuat hidupnya selamat.
Hingga sebuah peristiwa membuatnya terjebak dengan seorang Presdir dingin, Jackson Wu.
"Maafkan Saya, Tuan. Saya mohon jangan pecat Saya. Saya mohon maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Cepat Sekali Tidurnya
'Astaga,' batin Jackson saat dia mendengar jawaban Anne, untuk sesaat dia bahkan menatap Anne lekat. Ingin wanita itu merubah jawabannya, tapi sepertinya Jackson berharap pada orang yang salah.
Anne bahkan tidak bisa memahami arti dari sorot matanya. "Aku akan mengantarmu ke kamar lebih dulu," ucap Jackson setelahnya.
Deinara berdecak kesal, bahkan untuk bicara saja rasanya sulit sekali. Jackson sampai harus repot-repot mengantarkan wanita miskin itu ke kamar. "Dia bisa pergi sendiri, Jack," ucap Deinara yang kesabarannya setipis tisu.
"Jika kamu tidak bisa menunggu lebih baik tidak usah bicara, aku paling benci manusia tidak sabaran," balas Jackson dengan sengit.
Sungguh sedikitpun dia tidak menaruh perasaan ataupun simpati pada Deinara. Wanita manapun yang bekerjasama dengan Yessa berarti adalah wanita yang licik.
Sama seperti Yessa, saat ini Deinara pun sedang melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Manusia serakah yang paling menjijikkan di mata Jackson.
"Bukan seperti itu maksudku, Jack. Aku hanya tidak ingin kamu kerepotan, sementara wanita itu bisa pergi sendiri ke kamar."
"Jaga ucapanmu, wanita yang kamu sebut secara tidak sopan itu adalah istriku. Kamu paham? Istriku," balas Jackson semakin tegas, bahkan sampai mengulang kata istriku agar Deinara paham.
Di tengah-tengah perdebatan ini Anne jadi merasa tak nyaman, ingin langsung berlari pergi tapi Jackson menggenggam tangannya.
Dan Deinara akhirnya memilih diam saat ini, tak ingin memperpanjang perdebatannya dengan Jackson hanya gara-gara Anne. Wanita yang kini terus menunduk seolah tidak bersalah. Padahal dialah biang masalahnya.
"Aku akan menunggu mu di ruang tengah," ucap Deinara, lalu memutuskan untuk pergi lebih dulu.
Anne melirik kepergian wanita itu dan setelahnya menghela nafas lega, bersyukur karena perdebatan tak berlangsung terlalu lama.
"Tuan, sebenarnya aku memang bisa pergi sendiri ke kamar," ucap Anne lirih, dia yakin betul suaranya hanya mampu di dengar oleh Jackson. Karena itulah dia memanggil Jackson dengan sebutan tuan lagi, bukan kakak.
Dan lagi-lagi kalimat Anne itu membuat Jackson tak habis pikir. Benarkah di dunia ini ada wanita yang mampu mengabaikan pesonanya?
Benarkah sedikitpun Anne tidak merasa tertarik padanya? Sampai wanita itu terus bersikap menghindar, sedikitpun tidak ada usaha untuk mendekat.
Meskipun apa yang mereka jalani sekarang hanyalah sandiwara tapi setidaknya sedikit saja Jackson ingin melihat usaha Anne untuk mendekatinya.
Karena dengan begitu maka Jackson akan mampu meremehkan Anne, bukan malah terus membuatnya yang bingung.
"Ikut aku," balas Jackson kemudian, juga langsung menarik Anne untuk menaiki anak tangga. Sekarang yang membuat kepalanya mendidih bukan Deinara, tapi malah Anne.
Anne, Anne dan Anne.
Karena ditarik jadi Anne hanya mampu mengikuti langkah sang Presdir, hingga akhirnya langkah mereka berdua berhenti saat sudah tiba di dalam kamar.
Pintu tertutup dan Anne langsung menarik tangannya secara perlahan agar genggaman tangan mereka segera terlepas.
Sentuhan seperti itu membuat Anne tak nyaman.
Namun Jackson kalah merasakan hal yang lain, setelah tangan mereka terlepas hanya kekosongan di tangan yang dia rasakan.
'Astaga,' batin Jackson, dia mengusap wajahnya kasar.
"Ma-maaf Tuan, apa saya melakukan kesalahan?" tanya Anne was-was, gerakan mengusap wajah dengan kasar seperti itu diartikannya sebagai tanda frustasi. Anne langsung berpikir bahwa Jackson pasti frustasi karena dirinya, mungkin saja tadi tanpa sengaja Anne melakukan kesalahan.
"Ya! kamu melakukan kesalahan," balas Jackson tegas, Anne yang takut langsung menundukkan kepalanya.
"Istri mana yang membiarkan suaminya bicara dengan wanita lain, tidak ada Anne, tidak ada. Harusnya tadi kamu menahanku," cerca Jackson, rasanya Ini bukan bagian dari sandiwara tapi benar-benar isi hatinya.
Anne terdiam, dia tak berpikir sejauh itu. Lagipula bisa saja Deinara bicara karena ingin menyelesaikan semua permasalahan yang ada?
Bukankah itu tidak salah?
Pikir Anne, sebenarnya banyak yang yang dia ungkapkan di dalam benak. Tapi mulutnya tetap terkunci rapat, yang mampu keluar hanya kata maaf.
"Maaf, Tuan," ucap Anne lirih.
"Jangan meminta maaf terus."
"Tapi saya salah."
Jackson menghela nafas kasar, "Angkat wajahmu."
Anne memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, menunjukkan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
'Astaga, apa dia akan menangis? Hanya karena ku tegur seperti itu?' batin Jackson. Emosinya langsung mereda secara perlahan.
"Di hadapan semua orang kita adalah sepasang suami istri yang saling mencintai, jadi coba posisikan dirimu seperti itu, paham?"
Anne mengangguk, bahkan mengulangi kata-kata di hatinya. 'Di hadapan semua orang kita adalah sepasang suami istri yang saling mencintai, jadi coba posisikan diriku seperti itu,' batin Anne.
'Saling mencintai.'
'Saling mencintai.'
'Saling mencintai,' batin Anne terus.
"Jadi jangan biarkan aku dekat-dekat dengan Deinara."
"Ba-baik Tuan, lain kali akan saya lakukan seperti itu."
Jackson mengangguk, untuk beberapa saat mereka hanya saling diam. Anne yang memang tak punya hal yang untuk dibicarakan dan Jackson yang tak tahu harus bicara apa lagi.
Hingga akhirnya Jackson memutuskan untuk keluar, menemui Deinara di ruang tengah dengan setengah hati. Dia tahu kemana arah pembicaraannya mereka nanti, pasti wanita itu ingin mempertanyakan kenapa membatalkan pertunangan.
"Jack," panggil Deinara setelah Jackson datang, dia bahkan berdiri dari duduknya demi menyambut.
Namun Jackson tak mempedulikan, dia langsung duduk. "Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Jackson, sorot matanya nampak dingin.
Kini Deinara kembali duduk dengan hati yang mencelos, perbedaan perlakuan Jackson itu membuat hatinya remuk. Bersama Anne, Jackson berubah jadi pria yang begitu lembut tapi kebalikannya saat berhadapan dengannya.
"Kenapa kamu begitu membenciku, Jack?"
"Karena kamu berkerja sama dengan Yessa," balas Jackson tanpa keraguan sedikitpun.
Deinara tak langsung menjawab, kedua matanya menelisik ruangan tersebut memastikan tak ada siapapun di sini selain mereka berdua. "Aku akan menjauhi mama Yessa andai kamu memilih ku, Jack," balas Deinara lirih.
Seketika berubah jadi memiliki dua wajah, di hadapan Jackson dia akan mendukung penuh pria tersebut. Begitu pula jika di hadapan Yessa. Bagaimana caranya tujuan Deinara hanya satu, yaitu mendapatkan Jackson.
"Itu adalah kata-kata paling lucu yang pernah aku dengar," balas Jackson, dia kemudian memilih untuk berdiri, merasa pembicaraan ini sedikitpun tidak penuh. "Pergilah dari rumah ini jika masih ingin ku hargai," ucap Jackson.
Deinara terdiam, menyaksikan Jackson yang pergi meninggalkannya seorang diri.
Jackson masuk ke dalam kamar dan kedua matanya langsung mencari dimana keberadaan Anne, sampai akhirnya dia melihat wanita itu sudah tertidur di sofa.
Bagi Jackson kepergiannya tadi tidak begitu lama, tapi kenapa Anne cepat sekali tidurnya?
Jackson mendekat dan menatap wajah Anne yang sudah tertidur pulas.
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
😀😀❤❤😉😉
good job Anne
😀😀😀❤❤😉😉😍😙😗😗
Kak Jackson adl suamimu,, dan selamanya akan begitu....,, yakini itu,, dan qta meyakini juga bahwa kak Jackson skrg hatinya sedang penuh dgn kembang setaman Krn saking bahagianya mendengar ucapan mu 🥰💐💐💐💞