Alzahro adalah pria miskin dan hanya bekerja serabutan. Awalnya pernikahan itu terjadi karena kecelakaan kecil, ya itu Saat Genisa hendak menikah, tunangan Genisa kabur di hari pernikahannya. kebetulan Alzahro sedang lewat ia pun di tarik oleh Genisa sebagai pengganti pengantin pria.
Selama hidupnya di rumah keluarga Genisa, ia tidak pernah di anggap sebagai keluarga, melainkan seorang pembantu di rumah itu, tapi meskipun Genisa tidak mencintainya, Genisa juga tidak membencinya. Hanya Genisa yang baik padanya di rumah itu.
Berkali-kali Ibu Genisa minta Alzahro bercerai dengan Genisa, tapi Alzahro selalu menolaknya, hingga akhirnya Ibu mertuanya itu pun melakukan sesuatu padanya, memukulnya dengan kayu hingga ia sekarat.
Di saat ia sekarat, ia mendapatkan sebuah berkah, yaitu sistem yang mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Misi
.......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️.......
Di tengah kesibukan antrean kasir supermarket, sebuah kejadian mengejutkan terjadi. Seorang remaja laki-laki kurus, tak lebih dari 13 tahun, tiba-tiba dipukul oleh petugas keamanan. Suara pukulan itu cukup keras di tambah dengan jeritan anak itu.
Bak buk! Bak buk!
Pukulan menggema, mengalihkan perhatian semua orang.
Petugas keamanan itu, dengan wajah merah padam dan urat leher yang menegang, berteriak dengan keras.
"Dasar pencuri kecil! Apa ini yang diajarkan orang tuamu, hah? Disuruh mencuri?! Makanya kalau mau sesuatu itu harus kerja, bukan mencuri!" teriak petugas kemanan itu menarik perhatian para pembeli.
Remaja itu terduduk, tubuhnya gemetar. Di tangannya, beberapa kaleng susu dan jajanan murah tampak berceceran. Tatapan mata semua orang tertuju padanya, ia terlihat kesakitan, tapi ia segera memeluk kaleng susu itu dengan erat. Entah apa yang di alami oleh remaja itu sehingga tidak rela kaleng susu itu di ambil.
Tapi, Tidak ada satu pun yang menunjukkan rasa iba melihat bocah itu dipukul. Hati Alzahro tersentuh, ia ingin membantu, tetapi ia khawatir. Bagaimana jika bocah itu kembali mencuri? Alzahro merasa sebagai salah antara ingin menolongnya atau membiarkan begitu saja?
Ting!
Sebuah notifikasi berbunyi dari sistem.
[Misi Baru]
[Menyelamatkan Pencuri]
[Status misi: Sedang Berlangsung]
Alzahro mengerutkan dahi. "Eh, kenapa pencuri harus diselamatkan?" gumamnya, bingung. Harusnya, pencuri itu dilaporkan ke polisi, bukan diselamatkan. Misi ini terasa aneh.
"Mungkin sistem punya alasan lain," pikir Alzahro, mencoba memahami situasi yang tak terduga ini.
Ia meninggalkan antrean, langkahnya cepat dan berlari. Dengan hati yang sedikit ragu-ragu, ia mendekati petugas keamanan yang masih berdiri di dekat bocah itu.
Saat petugas keamanan itu hendak melayangkan pukulan lagi, Alzahro dengan sigap menangkap tangan sang petugas. Gerakannya cepat dan tepat, menghentikan aksi kekerasan yang di lakukan petugas itu.
"Jangan pukul lagi! Dia masih anak-anak!" seru Alzahro, suaranya tegas, untuk meredakan amarah petugas keamanan itu.
Wajah petugas keamanan itu semakin memerah, amarahnya semakin kuat. "Apa-apaan kamu?! Kamu mau membela pencuri kecil ini? Atau jangan-jangan kamu komplotan pencuri?!" teriaknya, suaranya bergetar karena emosi yang tak terkendali, karena ia belum puas memukul anak tersebut.
Alzahro tetap tenang, tatapannya tajam dan tak menunjukkan rasa takut. Ia memegangi tangan bocah itu, merasakan lebam yang mulai membiru akibat pukulan keras tadi.
Dengan suara datar Alzahro berkata, "Jangan menuduh saya sembarangan! Saya bisa melaporkan Anda atas pencemaran nama baik dan kekerasan terhadap anak di bawah umur! Ini bukan hanya soal mencuri, ini tentang kekerasan!" Suaranya Alzahro cukup keras, menarik perhatian para pengunjung yang lain. Beberapa dari mereka mulai berbisik-bisik.
"Apanya Kekerasan?! Aku hanya memberinya pelajaran! Anak kecil seperti dia sudah berani mencuri! Aku menggantikan ayah dan ibunya untuk memberi pelajaran padanya!" teriak petugas keamanan itu, tak terima dibantah. Ia menunjuk-nunjuk bocah itu dengan jari yang bergetar karena amarah, wajahnya merah padam.
Alzahro mengalihkan pandangannya pada bocah itu. Tubuhnya gemetar hebat, tangan kecilnya masih menggenggam erat kaleng susu yang hampir jatuh. Air mata mengalir di pipinya, membasahi debu yang menempel di wajahnya yang kurus.
Dengan lembut, Alzahro berjongkok hingga sejajar dengan mata bocah itu. "Kenapa kamu mencuri? Apa kamu tidak punya uang?" tanyanya dengan suara yang menenangkan.
Bocah itu terisak, suaranya tercekat oleh tangis. "I-iya, Ibu... Ibu saya meninggal dua hari yang lalu... Ayah saya kabur dengan wanita lain... Dan ada adik saya, masih delapan bulan... Dia... dia terus menangis minta susu... Di rumah tidak ada apa-apa lagi untuk dimakan... Saya sudah meminta-minta di lampu merah, tapi uangnya tidak cukup untuk membeli susu... Saya... saya terpaksa mencuri agar adik saya bisa minum susu..." ucapannya terputus-putus, diselingi isak tangis yang begitu pilu dan menyayat hati .
Kaleng susu itu terus di pelukannya, dan tidak ingin melepaskan apa pun yang terjadi, Alzahro merasa amat sedih karena beban hidup yang dipikulnya di usia yang begitu muda.
Cerita bocah itu menyayat hati, membuat orang-orang itu menjadi iba.
Jangan lupa like dan subscribe
.......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️.......