Mencintai Anak Pembantu

Pagi-pagi mbak Ana sudah berada di kamar Vania.Saat ini ia sedang membantu Vania menata rambutnya.

"Kemarin liburan Nia kemana?"

"Nia jalan-jalan bersama teteh dan papa."

"Oh ya,seneng dong."

"Iya papa beliin Nia es krim,lalu teteh menemani Nia bermain."

"Ya sayang sekali mbak Ana nggak ikut,mbak Ana kan juga pengen dibeliin es krim."mbak Ana pura-pura sedih."Hmm...Nia seneng main sama teteh Raya?"

"Tentu saja,teteh sangat baik."

"Setelah itu?"

"Papa membawa Nia dan teteh ke apartemen papa,kita tidur disana."

"Ke apartemen?"mbak Ana mencoba bertanya kembali dan Vania pun menjawab iya.

Mbak Ana mencoba mengaitkan apa yang selama ini dilihat nya.Ia berfikir mungkin saja tuan nya dan Raya memiliki hubungan.Karena ia yang sudah tiga tahun menjadi pengasuh Vania saja belum sekalipun dibawa ke apartemen,sedang Raya.Ah,,ia akan mencaritahu tentang hal ini.

Tok...tok...tok

"Apa Papa boleh masuk?"

"Masuk saja Papa."

Vano selalu meminta izin jika akan masuk ke kamar Vania,ia melakukan itu agar sang anak pun mengikuti nya.Tidak sembarangan masuk tanpa izin pemiliknya.

Melihat Vania sudah siap Vano lalu menggandeng tangan sang Anak.Sedang mbak Ana mengikuti nya dibelakang sembari membawa kan tas Vania.

Tiba di meja makan,Vano mendapatkan tatapan tajam dari mommy Amira.

"Pagi Mom Dad."

"Pagi Van."jawab mommy Amira dan daddy Andrew, mommy Amira tampak menahan diri untuk menegur Vano karena ada Vania disana.

Setelah selesai sarapan,mommy Amira meminta mbak Ana membawa Vania untuk menunggu di mobil.Karena ada yang ingin ia bicarakan dengan Vano.

"Mommy nggak suka Van kamu meninggalkan Karina disini begitu saja."Meski berucap santai namun tampak sekali mommy Amira sedang kecewa.

"Nia ingin bermain Mom."hanya itu alasan yang mampu Vano berikan.

"Nia akan menurut apapun perkataan mu Van,jangan jadikan anakmu sebagai alasan."

"Maaf Mom."lebih baik Vano meminta maaf toh apapun alasannya memang dia salah.

"Mommy tidak ingin hal itu terulang lagi,mommy malu."

Mendengar ucapan sang mommy Vano jadi merasa bersalah.Sedang daddy Andrew memilih diam,ia sudah menyerahkan semua keputusan kepada Vano.

"Mommy berangkat dulu,ayo Dad."

"Iya mom."daddy Andrew beranjak mengikuti sang istri.Sebelum ia benar-benar pergi,daddy Andrew terlihat mengusap bahu Vano.

"Daddy duluan Van."

"Iya Dad."

Vano ingin sekali memberitahu kedua orang tua nya tentang hubungan nya dengan Raya.Namun mengingat usia Raya dan Raya pun masih sekolah,Vano pun mengurungkan niat nya.

Vano harus segera menyelesaikan permasalah ini.Ia tidak ingin Karina berharap lebih dan itu akan semakin menyusahkan nya.

Satu persatu akan Vano selesai kan tentu saja setelah itu ia akan jujur tentang hubungan nya dengan Raya.Vano tidak ingin menerka-nerka apa tanggapan kedua orang tuanya nanti.Ia merasa sudah dewasa dan sudah semestinya akan mengambil keputusan sendiri.

.

.

Di sekolah

Sekolah masih tampak sepi.Turun dari ojek online yang mengantar nya,Raya berjalan menyusuri koridor sekolah.

Tidak berapa lama Mat datang,sejak ada Raya,Mat lebih rajin datang pagi kesekolah.Tidak seperti dulu ia sering sekali kena hukuman karena datang terlambat.Hingga kini teman-teman nya menjuluki si "Badboy insaf."

"Selamat pagi cantik."

"Pagi."

"Kamu cantik banget Ray."Mat sampai terkesima,biasa nya Raya datang kesekolah polos tanpa make up namun hari ini Raya memoles tipis wajah nya.Memang aura orang sedang jatuh cinta itu berbeda.Raya yang biasa cuek dengan penampilan nya kini ia selalu ingin terlihat cantik terlebih di depan Vano.

Raya tersenyum,ah Mat yang melihat semakin jatuh terperosok pada pesona Raya.

Tidak lama Cynthia dan Bara datang,dari pintu masuk sepasang kekasih itu tampak bebisik-bisik.Sesekali Bara mengusap pipi Cynthia.

Raya dan Mat terus memperhatikan kedua sahabat nya tersebut.Setelah dekat baru lah terlihat jika kedua mata Cynthia sembab,seperti nya ia usai menangis.

Cynthia terus menunduk hingga ia duduk dibangku nya.Sedang Bara berdiri disamping nya.

Mat dan Raya bertanya dengan isyarat mata namun Bara menjawab dengan senyuman yang tertahan.Membuat Mat dan Raya semakin bingung.

"Cyn ada apa?"Raya mengusap bahu Cynthia.

Cynthia menggeleng dan Raya mengerti,mungkin Cynthia butuh waktu untuk bercerita atau ini adalah permasalahan pribadi yang tidak ingin Cynthia bagi kepada siapapun.Raya tak ingin memaksa.

"Kapanpun kamu mau cerita aku mau dengerin Cyn."

"Makasih Ray."Raya menjawab lengkap dengan senyuman.

"Sayang kamu jangan takut ya,aku nggak akan lari dari tanggung jawab."ucap Bara pelan sebelum ia duduk dibangku nya.Samar-samar Raya mendengar apa yang diucapkan Bara.Namun Raya memilih cuek.

Setelah itu bel berbunyi kemudian mereka semua mengikuti pelajaran.Tidak terkecuali Cynthia,walau sehabis menangis ia cukup semangat mendengar kan penjelasan guru.Cynthia juga mampu menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.

Hingga terdengar bunyi bel semua siswa berhamburan keluar kelas.Bara menghampiri Cynthia lalu menggenggam tangan nya.Cynthia mengikuti langkah Bara.

"Ayo Ray."ajak Cynthia pada Raya.

"Ah iya."Raya dan Mat mengikuti langkah mereka dari belakang.Biasa Raya dan Cynthia jalan beriringan sedang Mat dan Bara mengikuti nya namun kali ini berbeda.

Tiba di kantin,Raya dan Mat memesan mie ayam.Entahlah Mat selalu mengikuti apa yang Raya pesan.Memang cinta kadang membuat seseorang bertindak diluar logika.

Sedang Bara hanya memesan baso saja,yang akan ia makan berdua dengan Cynthia.Tadi saat ia menawari kekasih nya itu berkata sedang tak ingin apapun.

Semakin penasaran saja Raya dibuat nya,ada apa dengan Cynthia.Sahabatnya yang selalu ceria itu terlihat murung.Sama seperti pagi tadi saat baru datang ke sekolah.Cynthia terlihat bersemangat hanya ketika pelajaran berlangsung.