Hidden Ceo

Sementara itu, gadis yang sedari tadi tengah sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan sekitarnya, di mana mereka tengah menatap ke arahnya dengan tatapan berbagai presepsi. Karena memang apa yang di lakukan oleh Dilla pun sangat absurd sekali.

“Sayang, buruan tumbuh di perutnya Mami, ya. Biar nanti Opa nggak nyuruh-nyuruh Mami nikah nikah lagi,” ujar Dilla yang berbicara sendiri dengan tangan yang terus mengusap perutnya.

Padahal, di dalam sana pun belum di pastikan kalau memang bibit yang sempat ditanam di sana dua hari yang lalu bakalan tumbuh menjadi sebuah janin.

Akan tetapi raut muka Dilla sungguh mengekspresikan orang yang tengah berbahagia dan sangat kentara sekali jika gadis itu tidak sabar menunggu kemunculan janin dari rahimnya.

“Mulai sekarang, Mami juga sudah mulai puasa nggak minum alcohol lagi. semua itu Mami lakukan agar kamu tumbuh sehat di dslam sana,” ujarnya lagi.

Sangking terfokus mengobrol dengan perutnya sendiri, sampai-sampai Dilla tidak menyadari kehadiran seseorang yang bahkan saat ini tengah berdiri di samping meja Dilla dengan bibir yang tersenyum ke arah gadis itu.

Tanpa di duga dan di sangka sebelumnya, pun juga tanpa ijin terlebih dulu, pria itu mengulurkan tangannya dan melingkar ke perut Dilla dengan gerakan yang begitu lembut. Namun, tetap saja membuat Dilla terjingkat kaget dan langsung menoleh ke belakang dengan mata yang melebar. Lebih lagi ketika mengetahui siapa orang yang tengah memeluk dirinya dari belakang.

“Apa yang Bapak lakukan?” tanya Dilla dengan suara yang spontan sangat keras. Lagi dan lagi membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Ada beberapa anak remaja yang menatap ke arah mereka dengan wajah senyum malu-malu. Seolah baru pertama ini melihat adegan yang sangat romantis secara langsung. Selain dari serial drama yang mereka lihat sebelum sebelumnya, mungkin.

Berbeda dengan Dilla yang begitu kaget akan tindakannya barusan, Kendra justru tersenyum dengan begitu santainya.

“Kalau Cuma diisi satu kali, belum tentu jadi baby-nya,” ujar Kendra dengan suara lirih lalu mengedip genit matanya.

Dilla semakin terbelalak dengan ucapan Kendra barusan. Sontak, gadis itu langsung menepis tangan Kendra yang justru turut mengusap perutnya.

“Anda yang sopan ya, Pak!” sentak Dilla menatap tajam ke arah Kendra. Gadis itu langsung berdiri, menghadap ke arah pria yang sudah berani kurang ajar dengannya.

Meskipun di dalam hati gadis itu merapalkan doa, semoga saja Kendra yang tidak lain ialah dosen pengganti ini tidak mengingat apa yang pernah merela lewatkan bersama.

“Kenapa bicara sendiri sambil ngelus perutnya? Sakit perut?” tanya Kendra.

Pria itu bersikap biasa saja. meskipun sudah dua kali di bentak oleh Dilla. Ia sama sekali tidak merasa malu. Justru Kendra merasa senang, karena secara tidak langsung mereka dilihat sebagai sepasang kekasih. Anggap Kendra secara sepihak.

Kemudian Kendra mengambil duduk tepat di depan Dilla dan tersekat oleh meja bundar di depan mereka.

“Jangan bilang kalau kamu sedang hamil?” tebak Kendra seraya memasang wajah terkejutnya. Kendra sadar, sepertinya gadis yang ada di hadapannya ini sedang ingin bermain amnesia dengannya.

Sontak saja Dilla dibuat tersedak dengan tebakan Kendra. Dengan cepat pun ia menerima air minum dari tangan pria itu.

“Jangan asal bicara deh, Pak. Ucapan Pak Kendra barusan bisa disebut fitnah dan bisa dilaporkan dengan pencemaran nama baik loh, kalau saya mau menuntut,” protes Dilla dengan perasaan begitu gugup. Namun sebisa mungkin gadis itu terlihat galak di depan dosen pengganti bu Mawar tersebut.

Bukannya takut dengan ancaman yang keluar dari mulut Dilla, Kendra justru terkekeh. Membuat Dilla dan bahkan teman-temannya yang berada di meja lain dan tidak jauh dari mereka pun menatap heran.

Di tambah lagi ketika Kendra berdiri lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Tampak pria itu berbisik sesuatu dan seketika itu juga membuat mimic wajah Dilla terkejut tak terkira.

“A-anda …” sampai-sampai Dilla tidak bisa menyelesaikan ucapannya.