Sebelum lanjut membaca di sarankan membaca (Terjebak pernikahan dingin) kali ini menceritakan pasal pernikahan kedua yang mangakibatkan banyaknya prahara dalam rumah tangga Raditya bersama kedua istri. Memiliki dua wanita sekaligus tidak lantas membuat Raditya bahagia, justru akan membuatnya terjerat benang mereh. Dan bagaimana proses yang harus di lewati Liona selaku istri pertama? lalu sikap apa yang akan Zahra perlihatkan sebagai istri kedua Raditya? ikuti terus kelanjutkan kisah mereka, jangan sampai lupa like and tanda hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nur Hastaman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Kebahagiaan
"Tau rasa kamu dasar pelakor murahan. (Menjambak Zahra sampai depan pintu pagar rumah lalu mendorongnya paksa) Seorang pekerja komersial jauh lebih mulia daripada seorang pelakor seperti kamu" Mbak Mimin meludah di depan Zahra saking muak melihat kejahatan yang di lakukan Zahra selama ini.
Merasa sangat tidak di hargai sampai seseorang berani meludah, membuat emosinya meledak "Kurang ajar kamu nenek tuwir...." Zahra mulai kehilangan kendali sampai dia menjambak Mbak Mimin sekencang mungkin "Dasar perawan tua berani sekali meludah di depanku, sama saja kamu menginjak harga diriku"
"Memang kamu punya harga diri?" Sambung seseorang menimpali ucapan Zahra.
"Diam kamu."
"Pasti nenek tuwir ini yang sudah menghasut kalian, bukan? Memang dia bis akasih apa sama kalian? Bisa bisanya kalian memihak sama dia" Semakin mencengkeram erat.
"Aw.....lepaskan dasar pelakor sialan" Ketus Mbak Mimin sembari menahan sakit.
"Perawan Tua lebih terhormat dari seorang pelakor seperti kamu...." Sambung salah satu tetangga yang menyaksikan pertengkaran mereka.
Mbak Mimin terlihat kesakitan tapi tetap berusaha melepaskan diri "Sekarang juga lepaskan aku atau kamu akan tau akibatnya...." Berusaha memperingati. Zahra tidak bergeming sama sekali justru semakin menjebaknya dengan keras sampai hampir kulit kepala mengelupas.
Sekali dua kali peringatan tidak di gubris, akhirnya Mbak Mimin mengeluarkan jurus menginjak kaki lalu menyodok bagian perut. Akibatan tersodok siku Mbak Mimin, Zahra mengalami kram pada perut sampai jatuh berguling guling. Baru saja keguguran pasti perutnya masih teras sakit.
"Sakitttttttt......" Meringkuk sambil berguling guling kesakitan. Semua orang hanya melihatnya tanpa ras aiba sedikitpun.
"Tau rasa kamu. Anggap saja itu karma buat pelakor kaya lo...." Perlahan semua orang pergi meninggalkan Zahra yang masih kesakitan.
Mengulurkan tangan memohon bantuan dari para warga namun tidak satu orangpun mau menolongnya. Sampai pada akhirnya Zahra melihat darah di kakinya. "Tolong....." Teriak sskuat tenaga tapi tidak ada satupun orang mau menolongnya. Mereka terlalu banyak di bohongi Zahra sampai rasa iba tak lagi ada.
"Kasihan tuh buk apa nggak kita tolong saja dulu...." Ucap salah satu warga.
Mbak Mimin menghentikan beliau "Biarkan saja dia seperti itu, orang jahat seperti dia pasti akan mendapat karma, dan anggap saja ini karma dari perbuatannya"
"Banar juga apa kata mbak Mimin, kita sudah banyak di bohongi sama dia untuk apa kita menolong dia, lebih baik kita pulung yuk buk" mereka semua lalu meninggalkan Zahra yang masih kesakitan.
Di sisi lain Liona baru saja selesai melakukan pemeriksaan medis, dan di nyatanya baik baik saja. Hanya kram perut biasa saja.
"Untung saja janin dalam kandungan kamu baik baik saja, Li. Makanya lain kali jangan bertindak gegabah lagi, oke? Apa lagi kalau harus berhadapan dengan nenek sihir seperti Zahra itu, kamu haru berhati hati. Wanita licik seperti dia bisa berbuat apa saja untuk mendapatkan apa saja yang di inginkan" Ucap Bramantio sembari membantu Liona memposikan diri dari ranjang rumah sakit. Di temani rekan sesama dokter kandungan ia memeriksa kondisi Liona sampai sedetail mungkin. Kenapa dia meminta bantuam dokter lain, sebab yang periksa adalah wanita paling berharga dalam hidup. Ia tidak mau nanti Liona merasa risih ketika di sentuh olehnya, jadi lebih baik meminta bantuan Dokter lain biar lebih mudah dalam memeriksa.
Rekan kerja sesama Dokter berkata "Karena pemeriksaan sudah selesai jadi saya mau pamit keluar dulu ya, masih ada banyak pasien menunggu" Ujarnya sembari mengulas senyum.
"Terima kasih banyak Dokter, tadi aku sudah bilang sama Dokter Bram kalau aku tidak kenapa napa, tapi masih saja ngeyel membawaku kemari"
Menyentuh lengan Liona sembari menatapnya dalam "Begitulah dia kalau menyangkut orang penting bagi dirinya pasti akan begitu. Tapi, Dokter Bram ada benarnya juga, yang namanya kehamilan itu sangatlah rawan. Demi keselamatan janin beserta samg ibu lebih baik memang segera di periksa ke dokter. Apalagi kalau di tangani oleh Ahlinya...." Jelasnya sambil melempar pandang ke arah Bramantio. Beliau sesama Dokter kandungan yang juga bertugas di rumah sakit tempat Bramantio bertugas.
Bramantio tidak bisa menyembunyikan perasaan cintanya kepada Liona di hadapan Dokter Windy, selaku teman dekatnya ketika bekerja. Hampir setiap hari Bramantio selalu menceritakan tentang Liona beberapa bulan terkahir. Dokter Windy mengira kalau wanita yang di amksud adalah seorang gadis atau janda, tidak taunya istri orang.
Cinta tidak pernah menghalangi seseorang melabuhkan rasa, kepada siapa saja yang di kehendaki. Cinta adalah tuan bagi manusia, ketika Cinta mulai mengusai seseorang maka kesadaran diri di pertaruhkan. Kerap kali cinta jatuh kepada milik orang lain, sebab dalam pandangan nampak begitu menawan. Begitulah cinta ketika milik sendiri seolah tak berarti tapi merasa milik orang lain jauh sempurna.
Dokter Bram menggaruk kepala sambil tersipu malu "Oh iya katanya tadi Dokter Windy banyak pasien ya, kalau begitu mari saya antar, pesti tidak enak dong ninggalin pasien" Meraih tangan Dokter Windy lalu membawanya keluar ruangan.
"Kamu...." baru saja membuka pintu, Bramantio terkejut melihat Raditya berdiri tegap di depan pintu. "Kamu mendengar semua pembicaraan kami?''
Tanpa sepatah kata Raditya masuk tanpa perduli semua ucapan Bramantio. Tatapan terjutu pada seorang wanita yang tengah duduk di tepi ranjang tengah mengusap perut.
"Apa benar semua yang aku dengar tadi....."Ucap Raditya sembari perlahan mendekati sang istri. Saat ini Raditya terlihat bingung apakah dia harus bahagia atau sebaliknya. Semua terlalu secara tiba tiba, mau senang tapi dia merasa kecewa karena Liona menyembunyikan kehamilannya itu.
Liona terkejut mendapati suaminya berada tepat di depan mata, segera turin dari ranjang lalu menghampiri sang suami "Mas.....sebenarnya" Menyentuh lengan Raditya namun di tepis olehnya.
"Kenapa kamu sembunyikan kehamilan kamu dariku?"
"Sudah lama aku ingin memberitahu kamu, mas. Tapi aku memikirkan bagaimana perasana Zahra ketika tau kalau aku hamil setelah dia kehilangan janinnya. Pantaskah aku bersuka hati di atas air matanya? Aku hanya menunggu waktu yang tepat saja untum memberitahu kamu, mas" Ucap Liona berterus terang.
Raditya menatap mata sang istri dengan mata beekaca kaca "Betapa bodohnya aku sudah menyiakan istri sebaik kamu. Meski berulang kali Zahra menyakiti perasaanmu tapi kamu masih memikirkan perasaan dia. Sunggun mulia hatimu, Liona" Menyentuh wajah Liona lalu mencium keningnya.
"Paling tidak kamu bilang sama aku kalau kamu mengandung anak kita...." Dengan tangan gemetaran ia menyentuh perut Liona. "Maafkan ayahmu ini nak, ayah tidak menyadari kehadiran kamu di berut bunda:
Dari jauh Bramantio menyaksikan kedua orang saling berbahagia "Melihatmu bahagia membuatku ikut bahagia. Aku harap kebahagian kalian langgeng sampai selamanya. Akan aku simpan perasaan ini untuk diriku sendiri" Bramantio terlihat sedih harus patah hati kedua kalinya.
Tak berapa lama kemudian Bramantio masuk ke dalam ruangan "Ehem.....bikin iri saja" Sambil merapihkan jas putih kebesaran seorang Dokter.
Raditya lalu menghampiri Bramantio dengan tatapan berbeda dari sebelumnya. "Terima kasih banyak kamu sudah banyak membantu istriku, dan aku juga berterima kasih berkat kamu aku bisa mengetahui kebanarannya"
Menepuk pundak Raditya "Lain kali kalau punya otak di pake buat mikir, jangan sampe salah menilai orang lagi"
Bramantio menjabat uluran tangan Raditya "Mulai sekarang jangam sia siakan Liona, atau aku akan mengambilnya darimu"
"Bram....bicara apa sih kamu ini" Sambung Liona.
Baram meringis meski hatinya terasa sakit "Bercanda kali gitu aja sensi"
Tok, tok....
"Permisi dok ada pasien butuh pertolongan segera" Ucap seorang suster dengan tergesa gesa.
"Baik saya kesana segera" Menepuk lengan Raditya lalu berkata "Aku masih banyak pasien kalian pulang saja. Kapan kapan kita ketemuan kalau ada waktu luang" Segera ia bberlari kecil menuju IGD
sekarang wanita tangguh2 sentil buang😏